Bab 100 - Things That Never Change (End)

2.8K 133 77
                                    

Things That Never Change

Kata orang, anak-anak kecil itu tidak pernah kehabisan energi. Ellena melihat sendiri ketika anak-anak berlari ke arah rumah begitu mereka tiba di pulau setelah perjalanan selama tiga hari. Veryn menggendong Vely yang mengantuk, siap untuk tidur, tapi saat mereka turun dari kapal, Zelo mengambil alih Vely dan membawa Vely ke rumah lebih dulu.

Mereka memutuskan untuk memakai rumah utama bersama-sama. Toh sejak ada anak-anak, mereka sudah merenovasi rumah itu agar bisa dipakai bersama-sama.

Ketika Ellena tahu jika pulau ini adalah pulau hadiah dari Zane untuk Athena, ia benar-benar berterima kasih pada Zane. Athena berkata jika ia akan memberikan pulau ini pada Ellena, tapi Ellena menolak. Lagipula, dia sudah punya rumah di Kanada.

Biasanya, jika liburan sekolah, mereka akan berlibur ke Athena atau kemari. Seperti saat ini. Mereka akan menghabiskan liburan kenaikan kelas anak-anak mereka di sini, menikmati musim panas di sini. Apalagi anak-anak juga suka berenang. Tapi, ini pertama kalinya Vely ikut ke sini.

Di rumah itu, Athena sudah merapikan kamar-kamar mereka juga, ia juga sudah mengisi stok camilan kesukaan anak-anak. Bahkan di ruang keluarganya, Athena memasang foto keluarga mereka. Ada John dan Roman juga di foto itu.

Memasuki rumah itu, kenangan membanjiri Ellena. Teringat bagaimana dulu dia tertawa bersama keluarganya, sahabat-sahabatnya, di tempat ini. Juga, ketika dulu Paman Stephen mengajaknya ke tempat ini.

"Mau nengok Paman Stephen dulu?" ajak Zane yang sudah merangkul Ellena.

Ellena menoleh, tersenyum. "Nanti sore aja, habis anak-anak istirahat. Biar mereka bisa ikut sekalian. Paman pasti senang lihat mereka."

Zane mengangguk.

Makam Paman Stephen dipindahkan ke sini, karena menurut Zane, ini adalah tempat yang pasti ingin dikunjungi pamannya. Setidaknya dengan begini, pamannya sudah menepati janji untuk datang ke tempat ini lagi bersama Athena dan Ellena.

"Anak-anak, ayo makan siang, habis itu tidur siang," ajak Athena. "Jangan lupa cuci kaki-cuci tangan dulu. Kalian habis dari perjalanan jauh."

"Iya, Ma!"

"Iya, Tante!"

Anak-anak itu berseru bersamaan.

"Dan jangan ribut, Vely lagi tidur," Athena menambahkan.

Kali ini mereka menyahut dengan suara bisikan, membuat Ellena tersenyum geli melihatnya. Setelah mencuci tangan, ia membantu Athena menyiapkan makanan di dapur. Tak lama kemudian, Veryn bergabung. Untunglah, sejak Valent, anak pertama Veryn, lahir, dia mau belajar memasak.

"Oh iya, kalian udah ngomongin ke Zane sama Zelo belum?" tanya Athena seraya mengeluarkan telur dari kulkas.

"Ngomongin apa?" Ellena balik bertanya.

Athena menoleh ke belakang, lalu kembali menatap Ellena dan Veryn.

"Alena, Valent, Alex, sama Vely, nanti pas mereka sepuluh tahun, apa mereka bakal punya kemampuan kayak suami kalian?" tanya Athena setengah berbisik.

Ellena dan Veryn berpandangan, lalu menggeleng. Tidak tahu.

"Aku belum tahu, sih," ucap Ellena.

"Tapi, kalau nanti emang mereka punya kemampuan itu, aku sama Zelo udah mutusin buat nerima mereka apa adanya dan ngajarin mereka buat ngendaliin kemampuan mereka, biar mereka bisa hidup senormal anak-anak lainnya," urai Veryn.

Ellena mengangguk. "Aku khawatir juga sih, nanti gimana reaksi Alena. Meski dia selalu nunjukin sikap dewasa, tapi dia toh tetap anak-anak. Tapi, mungkin ada baiknya aku nyoba caramu itu, Ve."

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang