Sakit yang Sama
Athena benar-benar bodoh. Bagaimana bisa dia tidak tahu jika dia hamil? Dia dokter, astaga! Bagaimana bisa ...
Athena menunduk ketika air matanya kembali jatuh. Sebulan sudah berlalu, tapi rasa kehilangan itu tak sedikit pun berkurang. Sakitnya ... perihnya ... dukanya ....
"Athena?" panggil Ellena yang sudah duduk di sebelahnya.
Athena tersenyum getir. "Sekarang, kamu pasti lebih marah lagi ya, sama aku? Karena aku ... nggak bisa jagain ..."
Ellena menggeleng, lalu memeluk Athena. Tepukan lembut Ellena di punggungnya membuat tangis Athena pecah.
"Aku tahu kamu lagi berduka, jadi aku tunda marahku sementara. Karena itu, kamu manfaatin waktu ini buat numpahin semua kesedihanmu di depanku. Jangan ditahan lagi dan nangis aja kalau kamu pengen nangis, teriak kalau kamu pengen teriak. Aku udah capek ngelihat kamu kayak mayat hidup selama sebulan terakhir ini. Aku bahkan sampai nggak punya kesempatan buat marah sama kamu. Makanya, kamu juga ... manfaatin kesempatan ini buat numpahin semuanya ke aku. Aku di sini, Athena."
Kata-kata Ellena itu membuat Athena menangis semakin keras. Selama sebulan terakhir, Athena hanya mengurung diri di kamar, sesekali turun ke ruang keluarga dan hanya duduk berjam-jam di depan televisi dengan tatapan kosong, menyesali kebodohannya, lagi dan lagi.
"Kalau kamu berduka, kamu bisa berduka, Athena. Karena kamu manusia. Kamu nggak perlu sembunyi atau nahan diri buat berduka. Itu hak kamu sebagai manusia," Ellena berkata lembut. "Dan berhenti nyalahin dirimu sendiri. Itu bukan salahmu, Athena."
Tapi, tak peduli berapa kali pun Ellena mengatakan jika itu bukan salah Athena, Athena tak bisa berhenti menyalahkan dan membenci dirinya sendiri. Jika bukan karena Ellena, saat ini Athena pasti sudah tidak mau hidup lagi. Ketika hidup terasa semenyakitkan ini, kenapa ia harus tetap hidup?
***
Zane benar-benar terkejut ketika Roman datang ke rumahnya malam itu. Sendirian.
"Aku mau bicara dengan kamu dan Ellena," Roman berkata.
Zane mengerutkan kening. "Apa kamu bahkan tahu apa yang terjadi sama Athena?"
Roman mengangguk. "Aku baru kembali dari penyelidikanku di Thailand. Ketika aku bertemu Darrel, dia mengatakan kalau Athena ..." Roman menghela napas berat.
"Kenapa kamu tega nyerahin Athena ke Darrel, pas kamu tahu betapa brengseknya dia?" sengit Zane.
Roman menatap Zane, tatapannya begitu tenang. "Karena aku tahu, hanya Darrel yang bisa melindungi Athena."
Apa?
"Aku dan Darrel membuat kesepakatan, kalau aku membantu Darrel membalaskan dendam atas kematian ayahnya, dia akan memberi kehidupan baru untuk Athena. Kehidupan normal. Sebagai gantinya, aku yang akan mengurus Troya untuknya," ungkap Roman.
Zane mendengus tak percaya. "Apa kamu tahu apa yang udah dilakuin Darrel ke Athena?" Suaranya meninggi.
Roman masih tampak tenang. "Dan apa kamu tahu apa saja yang dilakukan Darrel untuk Athena?" balasnya.
Zane menatap Roman bingung. Memangnya apa yang dilakukan Darrel untuk Athena selain menyakitinya?
Tapi kemudian, dari kepala Roman, Zane melihat Darrel yang berdiri di balik pepohonan, tak jauh dari tenda-tenda medis tempat Athena berada. Darrel lalu berkata pada Roman untuk menjaga Athena di sana, sementara Darrel akan membereskan orang-orang di belakang mereka yang mengincar Athena.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...