Hadiah Kenangan
Zane memperhatikan Athena yang berdiri di teras, di luar, tampak melamun dengan tatapan tertuju ke arah jalan. Dari pikirannya, Zane melihat gadis itu masih memikirkan tentang pulau yang disebutkan Zane tadi.
"Ada yang kamu pikirin?" tanya Zane saat ia bergabung dengan Athena di teras.
Athena tampak kaget saat menoleh dan melihat Zane. "Oh, nggak," balas gadis itu pendek, lalu kembali menatap ke depan.
'Apa mending aku tanya aja, ya? Apa dia tahu tentang aku sama Ellena yang pernah liburan ke negara ini pas kami masih kecil? Tentang pulau itu juga ...'
"Kenapa Stephen ngirim kamu ke Athena?" Zane memulai bertanya, diam-diam memberi gadis itu kesempatan untuk bertanya juga.
"Aku juga nggak tahu," jawab Athena. Jujur. "Paman cuma bilang kalau Paman bakal nyusul aku sama Ellena ke sana."
"Apa itu ada hubungannya sama namamu?" tanya Zane. "Itu petunjuk yang ditinggalin pamanmu tentang keberadaanmu."
Athena termenung sebentar teringat Stephen, dan Zane bisa melihat kesedihan dan kerinduan dalam kepala Athena, meski seperti biasa, gadis itu dengan cepat menepisnya, tak suka menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Mungkin Ellena pengecualian.
"Mungkin juga," Athena menjawab. "Paman udah nyiapin tempat tinggal buat aku di sana."
Berarti itu rencana yang memang ada sejak lama. Cepat atau lambat, Stephen memang ingin agar Athena pergi ke sana. Mungkin, memang ada sesuatu tentang tempat itu. Sepertinya Zane perlu menyelidiki lebih jauh tentang tempat itu.
"Kamu ... kenapa kepikiran buat bawa aku, Ellena, sama Veryn ke pulau? Itu pulau apa? Pulau pribadi yang disewain?" Athena memberondongnya dengan pertanyaan.
Zane tersenyum kecil, mengangguk. "Pulau pribadi yang disewain."
Athena mengangguk-angguk. "Tentang pulau itu ..."
"Harrieth bilang, Stephen biasanya setahun sekali pergi ke sana," Zane berkata.
Athena menahan napas, tatapannya tertuju pada Zane.
"Kamu ... ketemu Harrieth?" tanya gadis itu.
Zane mengangguk. "Tapi saat ini, nggak ada yang bisa nemuin dia, bahkan kamu sekalipun. Dia dalam bahaya, soalnya."
Athena mengangguk, mengerti. "Dia ... baik-baik aja, kan? Apa dia nggak ngomong sesuatu tentang Paman? Apa pun?" Mata gadis itu menyorot penuh harap.
Zane menggeleng. "Stephen udah nitipin pesan terakhirnya langsung ke kamu."
Athena tampak kecewa, tapi ia mengangguk.
"Tapi Harrieth bilang, Stephen pernah cerita, kalau pulau yang sering dia kunjungi itu punya arti yang sangat penting buat Stephen," Zane melanjutkan.
Athena tampak antusias. "Kamu ... udah tahu di mana pulau itu?" tanya gadis itu.
Zane tersenyum. "Besok kita bakal ke sana."
Athena mengerjap, masih tampak tak percaya. "Kamu ... serius? Kamu beneran udah nemuin pulau itu? Dan besok kita beneran ke sana?" serbu Athena.
Zane mengangguk. "Mungkin dulu waktu kamu masih kecil kamu nggak ingat di mana daerahnya. Dan mungkin setiap kali kamu ke sini, Stephen nggak pernah lagi ngajak kamu ke sana, karena dia mungkin nggak mau kamu sedih karena keingat Ellena. Ya, aku udah tahu di mana pulau itu."
Athena membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian menutup mulutnya lagi.
"Satu lagi," Zane berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...