Bab 17 - Confession in the Middle of Forest

970 134 10
                                    

Confession in the Middle of Forest

Dari jembatan gantungnya, Ellena dan Zane melanjutkan perjalanan ke Twin Falls. Mereka menikmati pemandangan sungai dan dua air terjunnya dari jembatan kayu di atasnya selama beberapa waktu. Di sini, Ellena bisa dengan santai memotret pemandangan di sekitarnya, juga air terjun di bawahnya karena jembatannya tidak bergoyang seperti jembatan gantung tadi.

Dari jembatan itu, mereka turun untuk bersantai di tepi sungai. Zane mengamati Ellena yang memotret pemandangan air terjun, sungai, hutan, bahkan hingga bebatuan di tepi sungai. Bibir Zane melengkung membentuk senyum saat melihat antusiasme Ellena.

Mungkin bagi gadis itu, berada di sini adalah hiburan. Tapi bagi Zane, melihat senyum gadis itu adalah hiburannya. Ia mungkin akan harus menyerah mengenai kotak besi yang ditinggalkan Stephen dan mulai mencari petunjuk baru lagi. Yah, ia akan melakukan apa pun untuk bisa melindungi Ellena. Ia akan mencoba cara apa pun, yang mana pun itu.

Saat Ellena kembali ke sampingnya, gadis itu sibuk mengecek foto-foto yang diambilnya, berbicara pada dirinya sendiri dalam kepalanya tentang bagaimana dia seharusnya mengambil foto itu agar tampak lebih bagus. Zane tersenyum mengikuti pikiran gadis itu.

Tapi tiba-tiba, pikiran gadis itu berhenti dan Zane mendengar suara aneh dari perut gadis itu. Zane langsung menatap ke depan, seolah tak mendengar apa pun, saat Ellena menoleh panik ke arahnya.

'Ya ampun. Ini hari sialku atau apa, sih? Malu-maluin banget, deh.'

Zane berusaha untuk tidak tersenyum mendengar pikiran gadis itu. Tapi mengejutkannya, bukannya mengajak mereka pergi, Ellena justru merebahkan tubuh di atas batu besar di tepi sungai itu.

'Tadi bukan suara perutku. Aku nggak lapar,' Ellena berbicara dalam kepalanya, berusaha mensugesti dirinya sendiri.

Astaga, gadis ini.

"Wah, pemandangannya di sini juga keren," ucap gadis itu seraya mengangkat kamera dan kembali memotret dengan posisi tubuh berbaring. "Mumpung aku lagi baik hati, kamu mau difoto, nggak?"

'Ellena, seriously! What a lame excuse!'

Zane berusaha menahan senyum mendengar pikiran gadis itu dan hanya mengangguk.

"Bikin aku kelihatan cakep, ya?" Zane berkata.

'You already are,' gadis itu berkata dalam kepalanya, tapi bibirnya berucap, "Bakal butuh usaha keras buat itu."

Zane tersenyum. Rasanya saat ini juga, ingin ia mengatakan pada gadis itu, bahwa ia bisa melihat dan mendengar semua yang ada dalam kepalanya, jadi dia tak perlu menyembunyikan apa pun darinya. Kekecewaan, kekesalan, kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaannya, Zane bisa menerima semua itu. Karena itu ...

Tidak. Zane menggeleng pelan. Ia tidak perlu alasan tambahan untuk membuat gadis itu menghindarinya. Tapi, ia ingin menahan Ellena di sisinya, untuk seterusnya. Untuk itu, ia harus mengatakan pada Ellena setidaknya satu rahasianya. Tapi masalahnya, begitu Zane mengungkapkan rahasianya itu pada Ellena, masihkah gadis itu mau berada di sisinya?

Senggolan pelan kaki Ellena di kakinya menyadarkan Zane.

"Jangan ngelamun di tengah hutan. Ntar kalau kamu kerasukan penunggunya, aku yang repot," ucap Ellena.

Zane tersenyum geli. "Kamu ada tempat lain yang pengen dikunjungi?" tanyanya.

Ellena menyipitkan mata, curiga.

"Kenapa? Kamu mau ngirim aku sama Ronnie ke mana lagi?" sengitnya.

"Emang aku ada bilang kamu bakal pergi sama dia?" balas Zane.

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang