Garis Penghubung
"Kayaknya mending ngobrolnya kita lanjutin besok aja, deh," Zelo akhirnya angkat suara, tak tahan lagi melihat pikiran menyedihkan kakaknya. "Ini udah malam banget dan Athena juga pasti udah capek."
Tatapan Zelo kemudian terjatuh pada tangan Ellena yang masih menggenggam erat tangan Zane. Ia mencelos melihat ketakutan Ellena. Ia tak pernah tahu, reaksi Ellena akan separah ini.
"Aku nggak bakal pergi lagi, Ellena," Zane berkata seraya balik menggenggam tangan Ellena.
Ellena mengangguk. "Kamu ... beneran nggak pa-pa, kan? Kamu baik-baik aja, kan? Nggak terluka?"
Zane menjawab kecemasan Ellena dengan senyum dan gelengan. Bohong.
Zane bahkan nyaris terbunuh karena luka tembak di dadanya. Berdasar pikiran Athena yang mengoperasinya, pelurunya meleset hanya beberapa senti dari jantungnya. Zane bisa saja ....
"Kamu tidur duluan, ya? Aku masih ada yang mau diomongin sama Zelo." Kata-kata Zane itu memutus pikiran Zelo.
Ellena tak segera mengangguk.
"Athena malam ini tidur sama kamu nggak pa-pa, kan?" Zane meminta izin.
Ellena akhirnya mengangguk.
Zane menarik Ellena mendekat dan mendaratkan kecupan lembut di keningnya.
"Besok kita ngobrol lagi," Zane berkata. "Kamu harus istirahat dan Athena juga butuh istirahat."
Kali ini, karena Athena, Ellena menurut. Sementara Athena, gadis itu punya banyak hal yang ingin ia ceritakan pada Ellena, tapi ia menahan diri. Zane meminta gadis itu tidak langsung mengatakan semuanya pada Ellena, untuk sementara waktu. Dan Zelo tersadar, ada terlalu banyak orang yang terluka di sini.
Zane pamit lebih dulu untuk mengantar Ellena dan Athena ke kamar mereka, sementara Zelo juga meminta Veryn untuk tidur lebih dulu.
Saat mereka sudah berada di kamar, Veryn segera menyemburkan tanya demi tanya yang tadi mati-matian ditahannya,
"Kenapa Zane baru balik sekarang? Dan cewek yang namanya Athena itu siapa? Dia siapanya Ellena? Zane dari mana aja, sih? Kenapa dia baru balik sekarang? Oh, tadi aku udah tanya itu. Jadi itu tadi, di mana Zane ketemu cewek itu? Kenapa cewek itu dibawa ke sini? Karena masalah Ellena itu, kan? Alasan dia nikah sama Zane itu juga karena masalah Ellena itu. Jadi sebenarnya, masalahnya Ellena tuh apa? Dia ..."
Zelo membungkam Veryn dengan satu ciuman panjang. Saat Zelo mengakhiri ciuman mereka, Veryn merengut protes, membuat Zelo tak dapat menahan diri untuk mendaratkan satu ciuman ringan di bibirnya.
"Itu masalah mereka," Zelo berkata. "Zane bakal ngeberesin itu, jadi jangan bikin kamu repot mikirin masalah itu juga. Cukup dengan kamu nemenin Ellena, Zane udah berterima kasih banget. Jadi, kita jangan ikut campur urusan mereka, dan cukup bantu mereka sebisa kita aja. oke?"
Veryn mendesah berat, mengangguk.
"Aku masih ada yang harus diomongin sama Zane, jadi ..."
"Iya, aku tidur duluan, aku tahu," Veryn memotong.
Gadis itu bahkan tanpa perlu disuruh sudah naik ke atas tempat tidurnya.
"Kamu habis makan malam tadi belum sikat gigi dan cuci muka, Ve," Zelo mengingatkannya.
"Besok sekalian," balas Veryn cuek seraya menarik selimut ke atas tubuhnya.
Zelo mendengus pelan seraya menghampiri Veryn. Ia menunduk di atas gadis itu untuk mengecup keningnya lembut. Tapi kemudian, Veryn mengalungkan lengannya di leher Zelo, membuatnya mengangkat alis heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...