Run
Tepat lima menit, bel suite room itu berbunyi. Ellena yang tadinya sedang duduk, seketika melompat berdiri, tapi Zane menahannya untuk tetap di tempatnya, sementara pria itu pergi ke pintu untuk mengecek.
"Room service." Suara di luar pintu itu melengking.
Zane lalu menoleh pada Ellena. "Kamu harus masuk ke kamar. Kalau kamu di situ, mereka bisa ngelihat kamu pas aku buka pintunya ntar."
Ellena bergegas berdiri, ia sudah hendak pergi ke kamar ketika sudut matanya menangkap gerakan, dan ia memekik kaget ketika Zane melepaskan kemejanya.
"Kamu mau ngapain?!"
Zane menoleh padanya, lalu melempar kemejanya beberapa meter di depan pintu.
"Cuma mau buat ini kelihatan lebih real aja," ujar pria itu santai.
"Harus banget ya, kita sampai kayak gini?" gemas Ellena.
"Atau, kamu lebih milih ikut aku di sini dan nyium aku di depan mereka semua?" sebut Zane.
Ellena menatap Zane seolah dia sudah gila, sebelum berbalik dan pergi ke kamar tidur di suite itu. Tepat begitu ia menutup pintunya, Zane membuka pintu suite room dan samar Ellena mendengar Zane berbicara dengan seseorang. Khawatir ia mungkin akan mengacaukan rencana Zane, Ellena memutuskan untuk menunggu. Tak sampai semenit, Zane sudah mengetuk pintu di depannya.
Begitu Ellena membuka pintu, pria itu, -syukurlah dia sudah mengenakan kaus hitam polos lengan panjang yang entah didapatnya dari mana, menangkap pergelangan tangan Ellena dan menariknya keluar ruangan. Tiba di depan troli yang dibawa seorang pria berseragam room service hotel itu, Zane menyingkap kain putih besar yang menutupi permukaan troli, menunjukkan ruang di bawahnya yang cukup untuk satu orang dewasa.
Tapi ... satu? Tunggu. Satu? Itu berarti ...
"Ntar aku nyusul kamu dan kita ketemu di gedung sebelah," Zane berbicara, seolah bisa membaca tanya tak terucap Ellena itu.
"Tapi, kamu ..."
"Percaya sama aku. Aku bakal nemuin kamu di sana. Lima belas menit, oke?" Zane menatap tepat ke matanya, dan lagi, Ellena tak punya pilihan selain memercayai kata-kata pria itu. Lagi.
Zane tersenyum tipis.
"Kita nggak punya banyak waktu, Ellena," Zane mendesaknya ketika Ellena masih mematung di tempatnya.
Ellena pun akhirnya terpaksa merangkak masuk ke rak bagian bawah troli itu. Zane sempat meremas bahunya, seolah berusaha menguatkannya, melemparkan sebuah senyum menenangkan, sebelum ia menutup kain putih di sekitar Ellena.
"Tolong jaga dia," Zane berkata.
"Kamu harus hati-hati," balas si pria room service itu.
Zane tak menjawab, tapi Ellena bisa membayangkan pria itu mengangguk, lalu ia mendengar suara si pria room service memberitahunya bahwa mereka akan segera bergerak. Ellena pun berpegangan di sisi bawah kanan-kiri troli itu, dan detik berikutnya, ia merasakan troli itu bergerak.
Begitu troli itu, dan dirinya, sudah berada di luar suite room, Ellena tak bisa melepaskan pikiran cemasnya akan Zane. Dia akan baik-baik saja, kan?
***
Kecemasan Ellena saat gadis itu akhirnya keluar dari suite room, membuat bibir Zane terangkat mengukir senyum. Dia tak berubah. Selalu mencemaskan Zane lebih daripada dirinya sendiri. Dia bahkan tak tahu, hal yang sama juga berlaku pada Zane. Ia tak keberatan terluka separah apa pun, selama Ellena baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Kurgu OlmayanMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...