Pernikahan
"Ini benar-benar gila," Ellena berkata, untuk kesekian kalinya. Zane bahkan sudah menyerah menghitungnya. "Gimana bisa kamu ... aku ... kita ... apa? Nikah? Wow." Ellena memutar mata, sarkasme terdengar jelas dalam suaranya. "Kita harus cari tahu tentang Athena. Cewek itu mungkin udah gila dan ..."
"Ellena," Zane memotong kalimat Ellena.
Gadis itu kini menatapnya, terlalu fokus.
"Aku udah nyelidikin Athena dan dia nggak gila," beritahu Zane, mengundang gurat kecewa di wajah Ellena.
Tunggu. Apa? Gadis itu kecewa?
'Jadi, sekarang ... aku benar-benar harus nikah sama Zane? Kata Athena, cuma itu cara buat mastiin Zane aman. Tapi ... bahkan setelah semua yang harus aku alami sama dia, haruskah kami nikah dengan cara kayak gini?'
Zane mengernyit, menerima tikaman rasa sakit di dadanya.
Tahukah Ellena, Zane akan melakukan apa pun demi memastikan gadis itu aman? Apa pun.
"Besok kita ngedaftarin pernikahan kita," Zane memutuskan.
Ellena tidak menjawab, tak menanggapi, tak protes. Tapi, dalam pikirannya, lagi-lagi Ellena mengucapkan kata-kata yang mampu menikam Zane,
'Apa Zane bahkan tahu apa arti pernikahan itu buat aku?'
Dan tidakkah Ellena tahu apa arti gadis itu bagi Zane? Dia adalah hidup Zane.
***
Rendy masuk ke jok belakang mobil yang ditumpangi Zane dan Ellena setelah memasukkan dua koper berisi pakaian yang dipesan Zane.
"Aku udah nyiapin dokumen yang kalian perluin buat daftarin pernikahan kalian," Rendy berkata seraya menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal pada Zane. "Dan aku udah buat identitas palsu buat kalian juga, buat kalian sembunyi sementara."
Zane mengangguk. "Trims, Ren."
"Nggak masalah," sahut Rendy enteng. Ia lalu menepuk bahu Zane. "Dan selamat buat pernikahanmu," ucapnya sebelum keluar dari mobil.
Zane dan Ellena terkurung dalam hening yang canggung setelah kepergian Rendy. Dalam kepala Ellena, Zane bisa melihat dengan jelas kesedihan gadis itu. Mereka akan menikah dan gadis itu tampak begitu sedih.
Zane berusaha keras mengabaikan kesedihan gadis itu. Biarlah ia menjadi egois kali ini. Ia akan melindungi gadis ini, apa pun yang terjadi, apa pun yang harus ia lakukan. Bahkan meskipun ia harus menyakiti gadis ini dan menikam hatinya sendiri karenanya.
"Setelah kita nikah, kita bakal terbang ke Kanada dan tinggal di sana buat sementara, sampai aku nemuin info lebih banyak tentang orang-orang yang nyari Athena, dan mereka yang ngejar kamu itu," Zane memberitahukan rencananya pada Ellena.
Sebenarnya, Kanada adalah tujuan yang dipilihkan Rendy. Zane harus bertemu seseorang di sana untuk misinya. Ya, misi. Lagi. Di tengah kacaunya masalahnya seperti ini. Dan Zane lagi-lagi tak bisa menolak. Bukan, bukan karena ia ingin menyibukkan diri agar tak memikirkan Ellena, tapi karena ada yang ia butuhkan dari organisasi.
Sementara itu, Zane bisa melihat ketidakpedulian Ellena dengan jelas dalam kepalanya. Gadis itu masih marah pada Zane. Juga pada situasi yang mengikat mereka ini. Marah karena alasan Zane menikahinya. Marah karena ia tak punya pilihan lain selain menikahi Zane jika ingin melindungi Zane.
Bahkan di tengah amarahnya, gadis itu masih bisa berpikir untuk melindungi Zane. Memang Zane yang bodoh karena melepaskan Ellena. Kini bahkan ia memaksa gadis itu tinggal di sisinya karena keegoisannya yang lain lagi. Meski dalam hati, Zane merasa senang akan kenyataan bahwa mereka akan menikah. Egoisnya yang lain lagi. Keinginan untuk memiliki Ellena, yang dengan rapi ia tutup dengan alasan untuk melindungi Ellena. Zane yang paling tahu, ia menginginkan ini. Bersama gadis ini, menikahinya, menghabiskan seumur hidup dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...