Sang Pelindung
"Siapa itu?" Dari mobil yang terparkir di depan kafe Stephen, Zane menatap tajam ke arah lantai dua ketika samar melihat sorot cahaya dari sana.
"Who?" Kris yang duduk di kursi kemudi ikut menatap ke lantai dua. "Someone's there."
Zane menyipitkan mata. Cahaya senter. Seseorang ada di sana dan berusaha mencari sesuatu. Zane bisa melihat dari kepala orang itu, dia mengobrak-abrik meja kerja Stephen, lemarinya, tempat tidurnya.
Zane dan Kris memutuskan untuk menunggu sembari mengamati. Zane menatap bagian bawah kafe yang sudah tertutup garis polisi. Pikirannya melayang akan hari pertama ia ke kafe itu.
Seandainya hari itu ia berkeras mendapatkan informasi dari Stephen, seandainya ia datang tepat waktu dua hari kemudian, seandainya ...
"Zane?" Panggilan Kris menarik perhatian Zane.
"Hm?" sahut Zane yang kembali mengawasi lantai dua.
"That's not your fault," ucap Kris.
Zane mengernyit. "Aku nggak ..."
"Dia yang milih ini," ucap Kris.
Zane menoleh. "Apa? Maksudmu, Stephen ..."
"Ya," sela Kris. "Aku udah makai semua cara buat nyelidikin Red Dragon ini, tapi nggak ada informasi tentang mereka. Kalau sampai Stephen tahu tentang mereka, itu berarti dia mungkin pernah jadi bagian dari mereka, atau dia kenal sama orang dalam. Dan lagi, Black Dragon bahkan nggak sampai nyari Athena ke sini, itu berarti, nggak banyak yang tahu tentang Stephen. Kamu juga ingat kan, aku juga nggak punya banyak informasi tentang Stephen. Tapi, Red Dragon bisa nemuin dia.
"Dugaanku, Stephen yang ngundang mereka. Dia sengaja manggil orang-orang itu buat nunjukin ke kamu siapa mereka. Dan betapa berbahayanya mereka. Ini jalan terakhirnya buat ngasih peringatan ke Athena kalau dia dalam bahaya. Ini harapan terakhirnya buat nyelamatin Athena lewat kamu, Zane."
Zane mencelos. Stephen sampai mengorbankan nyawanya sendiri. Berdasarkan informasi yang didapat Kris dari karyawan perempuan Stephen, Athena sangat dekat dengan Stephen. Lalu, bagaimana nanti Zane akan memberitahukan pada gadis itu, apa yang telah dilakukan Stephen untuk dirinya?
"Stephen pasti ninggalin petunjuk, sesuatu, di kamar itu, Zane. That's why he stayed there even though he knew he's in danger. Dia pengen ngasih petunjuk ke kamu di kamar itu. Karena kamu satu-satunya harapannya buat nyelamatin Athena, dia pasti ninggalin petunjuk buat kamu di kamar itu," cetus Kris.
Benarkah itu? Zane berusaha mengingat-ingat saat ia bertemu dengan Stephen. Meja kerja pria itu, orang-orang yang ada di lantai dua itu sudah mengobrak-abriknya, tapi tak ada apa pun di sana. Sial, di mana ...
"Atap," sebut Zane ketika ia teringat pesan terakhir Stephen.
Sebelum menyebutkan tentang Red Dragon, ia menunjuk ke langit-langit kamarnya.
"What did you say, Zane?" Kris menatapnya bingung.
"Atap, langit-langit kamar. Stephen sempat nunjuk itu sebelum dia nyebutin Red Dragon. Pasti ada sesuatu di sana. Di langit-langit kamarnya," ucap Zane mantap.
Kris tersenyum. "Aku tahu pasti ada petunjuk di sana."
Zane kembali menatap ke lantai dua. Stephen benar-benar mengorbankan nyawanya demi Athena.
***
Satu jam setelah orang-orang yang kemungkinan adalah Red Dragon itu keluar dari kafe Stephen, Zane dan Kris masuk dari lantai dua, dengan kacamata night vision mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...