2

13.4K 860 7
                                    

Pagi-pagi Ara sudah sibuk memeriksa pasien, itulah tugasnya mencek perkembangan kesehatan pasien yang di rawat di ruang Melati. Ara senang dengan profesinya menjadi seorang Dokter, ia senang bisa membantu banyak orang yang membutuhkan bantuannya, itulah Ara, ia tidak sombong, bahkan Ara orang yang rendah hati, suka ngobrol dengan keluarga pasien ataupun pasiennya.

"Besok Ibu sudah boleh pulang"

"Yes...makasih Dok"

"Bahagianya Ibu" ucap Ara

"Iya Dok, bosan banget di rumah sakit ini, mau pulang saja ke rumah"

"Semoga keadaan Ibu lebih baik

"Aamiin makasih Dokter cantik. Dok saya mau nanya"

"Tanyalah"

"Dokter masih sendiri atau sudah berkeluarga?"

"Masih sendiri Bu, umur baru 24"

"Siapa tau Dokter sudah menikah, menikah muda, kan banyak sekarang orang-orang memilih nikah muda. Pasti sudah punya calon kan? Jelas lah Dokter kan cantik"

"Calon pun gak punya Bu, saat ini yang menjadi prioritas saya adalah kerja"

"Gak percaya ah Dokter gak punya, Dokter cantik, masa gak punya"

"Iya Ibu beneran. Dah ah bicaranya, gak kerja-kerja saya kalau ngobrol sama Ibu, obat jangan lupa diminum"

"Nanti ke sini lagi ya"

"Ngapain?"

"Kita ngobrol-ngobrol"

"In Syaa Allah Bu. Yaudah saya lanjut ke sana dulu"

"Makasih Bu Dokter"

"Iya Bu" jawab Ara. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Dokter hari ini boleh pulang kan?" tanya pasien

"Eh kata siapa?"

"Lah kata Dokter kemarin"

"Saya yang bilang?" tanya Ara

"Iya, masa Dokter lupa"

Ara tertawa melihat ekpresi wajah pasien, "Iya hari ini sudah boleh pulang"

"Alhamdulillah..."

"Kenapa gak betah di rumah sakit?"

"Gimana mau betah, di suntik mulu, di infus, tidur kurang nyaman, bau obat-obatan, keluarga jarang jenguk"

"Oh pantas Ibu mau cepat-cepat pulang, nih obat mau habiskan? Nanti beli lagi untuk di rumah, Ibu harus istirahat yang banyak di rumah, jangan kerja dulu"

"Siap Dok. Makasih sudah mencek keadaan saya setiap pagi"

"Sama-sama Bu, itu sudah menjadi kewajiban saya"

"Nanti pasti rindu Dokter Ara"

"Kalau rindu sakit lagi Bu, biar ketemu saya" jawab Ara sambil tertawa

"Ih Na'udzubillah, jangan sampai sakit lagi"

"Bercanda Bu. Yaudah saya ke sana dulu, salam untuk keluarga di rumah"

"Iya Dok, makasih"

Setelah tugasnya selesai mencek perkembangan pasien, Ara melangkah menuju ruangannya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan nya, ternyata sudah pukul 11 tidak akan lama lagi waktu istirahat tiba.

"Dokter ada pasien yang baru masuk"

"Ruangan berapa?"

"Empat"

"Oh disini?"

"Iya Dok"

Ara gagal kembali ke ruangannya, Ara kembali melangkah memasuki ruangan pasien.

*******

Jam istirahat  kali ini Ara gunakan untuk makan siang bersama sahabat Farah, Farah salah satu sahabat terbaik yang Ara miliki, Farah lah yang sering menemani hari-harinya di rumah sakit, mereka sama satu profesi namun mereka bertugas di ruangan yang berbeda. Dari SMK bersama-sama, kuliah bersama, sampai bekerja mereka masih bersama.

"Dokter Ara, Dokter Farah"

"Eh Dokter Zian. Ini siapa?" tanya Farah

"Saya Hanif"

"Saya Farah"

"Dokter baru" ucap Zian

"Ganteng Ra" bisik Farah

Ara terdiam sambil menatap Hanif.

"Hei suka saya ya?" tanya Hanif yang membuyarkan lamunan Ara

"Is...ge'er. Dah Fah kita ke kantin" ucap Ara menarik tangan Farah

"Bye Dokter ganteng" ucap Farah

Ara terus menarik Farah sampai kantin. Memang Dokter baru yang bernama Hanif memiliki paras wajah yang ganteng, pria bertubuh tinggi dan berkulit putih membuat Farah terpesona dengannya.

"Ya Allah ganteng nya Dokter Hanif"

"Biasa aja"

"Kenapa kamu menatapnya begitu tajam? Pasti kamu suka?"

"Siapa yang suka? Enggak lah, aku menatapnya karena..."

"Karena apa?"

"Karena ingin aja" jawab Ara

"Ingin apa?"

"Dokter Lisa. Duduk Dok" ucap Ara

"Sudah ketemu sama Dokter baru?"

"Sudah Dok. Ya Allah ganteng Dok" ucap Farah

"Lumayanlah, dari pada Dokter yang lainya" ucap Lisa

"Bener kata Dokter"

"Mau makan apa Dok?"

"Nasi sop sama teh es" jawab Ara

"Sama seperti Ara Bu"

"Dokter Lisa?"

"Hem...rawon aja Bu minumannya es jeruk"

"Baik, tunggu ya"

"Iya Bu"

Sambil menunggu pesanan, Ara dan kedua teman kerjanya ngobrol, bercerita tentang pasien mereka masing-masing, mereka bercerita tentang pasien yang lucu, itulah yang membuat Ara tertawa keras mendengar cerita dari Dokter Lisa, tanpa Ara sadari, dari kejauhan ada seorang pria yang memperhatikannya.

"Dokter Ara memang seperti itu, gelak ketawanya, sebenarnya dia gak sombong, kalau kamu sudah kenal dia pasti asik, dia orang yang mudah akrab, suka bercanda, apalagi ngobrol itu hobinya, dia itu baik loh Nif"

"Tapi kenapa dia cuek?"

"Dia memang begitu, kalau belum akrab. Dia masih sendiri Nif"

"Gak ada niatan untuk mendekati dia"

"Sudah ada calon?" tanya teman di sebelah nya, namun tak ada jawaban.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang