Apa? Dia?

6.5K 541 10
                                    

Semenjak kehadiran Bilqis di klinik nya, pekerjaan Ara terbantu. Mereka sudah akrab, kadang mereka bertukar cerita, bercanda, dan bahkan Ara sering makan siang bersama Bilqis.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Ara untuk mengenal Bilqis, Ara sudah tau sifat Bilqis, tau hal-hal yang tidak Bilqis sukai. Bagi Ara Bilqis memang wanita yang baik, solehah, pintar, mempunyai wawasan yang luas. Ara suka berteman dengannya, tapi ada satu yang membuatnya tidak tenang, takut, takut jika hal yang Ara takutkan terjadi.

Ara bersiap-siap untuk pulang. Ia memasukkan handphone nya dan novel ke dalam tasnya. Jam kerja sudah habis, waktunya untuk kembali ke rumah dah beristirahat.

"Bee" Azam berdiri di depan ruangan Ara. Ia terdiam menatap wanita yang ada di ruangan itu, ia tidak menyangka wanita itu ada di ruangan istrinya. Ara menggigit ujung bibirnya, ia tidak menyangka Azam menghampirinya ke ruangan.

"Abang" Bukan suara Ara, melainkan suara Bilqis yang juga menatap Azam. Ekspresi wajah Azam berubah menjadi datar.

"Bee ayo!" ucap Azam dengan nada ketus.

"Kak saya duluan" ucap Ara beranjak pergi meninggalkan Bilqis yang masih terdiam.

"Bee kenapa dia ada disitu?" tanya Azam ketika mereka sudah jauh dari ruangan Ara.

"Dia bekerja di sini Bang" jawab Ara

"Hah? Bekerja di sini? Bee kenapa gak cerita? Bagaimana bisa dia kerja di sini?"

"Lupa mau cerita. Abang...jangan beritahu Kak Bilqis ya tentang hubungan kita" Azam terkejut mendengar permintaan Ara

"Kenapa?"

"Ara mau menjaga perasaan Kak Bilqis. Nanti pasti dia akan tau, tapi bukan sekarang, Ara mohon jangan beritahu dia tentang kita"

"Huh...Abang benar-benar kaget tiba-tiba dia ada di ruangan Bee. Bee juga kenapa nerima dia? Bee gak takut nanti kalau Abang sering ke sini melihat dia Abang jatuh Cinta lagi?"

"Jangan sampai Bang, awas aja! Ara juga kaget waktu Kak Hana memperkenalkannya, Ara memang tau nama Dokter itu Bilqis tapol tidak tau ternyata Kak Bilqis" ucap Ara

"Mau apa dia ke sini?"

"Dia mau kerja Bang. Katanya dia merantau ke sini. Mungkin dia ingin memperjuangkan Cinta yang dulu"

"Bee! Ingat Bee jangan ingat hubungan Abang dengan dia dulu, dia hanya masa lalu Abang Bee..."

"Iya Bang. Bang Ara mau ke toko buku dulu ya"

"Iya. Mau beli novel lagi?"

"Iya"

Ara dan Azam menuju mobil mereka, lalu pergi meninggalkan klinik. Sudah lama Ara tidak membeli novel, karena memang akhir-akhir ini ia jarang membaca novel, karena sibuk kerja. .

Sesampainya di toko buku, Ara dan Azam masuk ke dalam. Kebahagian Ara adalah bisa memiliki novel-novel yang ada di toko buku itu.

"Masih ingat gak Bee, kita pernah ketemu di sini?"

"Iya ya Bang. Abang mau novel yang Ara mau, itu kali pertamanya Abang melihat Rafiq"

"Iya Bee, gak nyangka kan? Ternyata itu Bee. Masih tidak percaya Allah atur sebaik mungkin pertemuan kita"

"Iya Bang. Abang mau beli juga?"

"Gak, Abang baca setelah kamu selesai baca"

Ara melihat-lihat novel-novel yang membuat mata Ara segar, rasanya ia ingin membeli novel best seller itu semua.

"Aku ikhlaskan kamu. Sepertinya seru Bang" Ara memegang novel itu

"Yang itu aja Bee, nih yang ini juga sepertinya bagus"

"Ya udah dua ini ya Bang"

"Iya. Nih uangnya"

"Eh jangan Bang. Ara bisa bayar sendiri" Itulah Ara, barang-barang yang ia inginkan tidak memakai uang Azam, kecuali jika ia membeli bahan-bahan dapur, baru ia memaknainya, jika Azam memberikannya uang, Ara selalu menyimpannya, sebagai tabungan, jika suatu hari nanti uang itu berguna untuk mereka.

****

Ara menghampiri Azam yang sedang duduk di sofa sambil menonton berita di ruang tamu. Ara merebahkan tubuhnya di sofa, dan kaki Azam sebagai bantalnya. Ia membaca novel yang ada di tangannya, karena bosan sendirian di kamar akhirnya ia menghampiri Azam.

"Bee belum tidur juga?" tanya Azam

"Iya. Ara gak ngantuk"

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ara belum juga mengantuk, biasanya jam setengah sepuluh pun ia ngantuk, tapi kali ini ia susah untuk tidur.

Azam mengusap rambut Ara yang ia biarkan terurai. Rambut yang panjang dan Wangi, Azam memang suka memegang rambut Ara yang panjang. Rambut yang selama ini Ara tutupi di balik jilbab rambut yang Indah.

"Abang tidak ngantuk?"

"Belum, jarang Abang nonton berita"

"Iyalah jarang, Abang sering main game"

"Bee...Bee baik-baik saja jika dia bekerja di Klinik?"

"Ara baik-baik aja Bang, lagian dia tidak macam-macam sama Ara, dia bantu-bantu Ara memeriksa pasien"

"Bee kalau dia cerita tentang masa lalu Bee jangan di tanggapi ya, dia itu hanya masa lalu Abang"

"Iya Abang...dah jangan bahas itu lagi. Sebenarnya Ara resah juga Bang, dia masih mencintai Abang"

"Hah? Masih Cinta? Beraninya dia bilang masih Cinta, setelah apa yang dilakukan pada Abang. Bee jangan akrab dengan dia"

"Tapi dia baik kok Bang"

"Iya dia memang baik, tapi entah rasanya Abang tidak suka aja liat dia, mungkin karena perbuatanya di masa lalu"

"Abang...semua orang pasti pernah buat salah, termasuk Ara juga pernah, kita sesama manusia harus saling memaafkan"

"Sulit rasanya Bee, kecewa ini begitu besar"

"Ara tau apa yang dia lakukan adalah kesalahan yang besar, tapi Abang harus memaafkannya Bang, Abang harus belajar untuk bisa memaafkan kesalahan Kak Bilqis, maafkan, dan lupakan" ucap Ara. Azam mengangguk mengiyakan ucapan Ara.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang