Kehilangan

7.9K 591 26
                                    

Hari-hari Azam tak sebahagia dulu, semenjak kepergian Ara, Azam tidak mempunyai semangat untuk menjalani hari-harinya, makan dan tidurnya tidak teratur, Azam menghabiskan waktunya untuk termenung, berpikir ke mana istrinya pergi. Berbagai tempat sudah ia cari berharap Ara masih berada di Bandung. Meski Ara meminta untuk tidak perlu mencarinya, tapi Azam tidak akan tenang jika ia tidak menemukan sang istri.

Ini sudah tiga hari Ara pergi meninggalkannya. Keluarga besar Ara dan keluarga besar Azam ikut mencari keberadaan Ara sekarang, mereka juga khawatir tiba-tiba saja Ara pergi. Sudah dua hari Azam tidak masuk kerja, ia meminta libur untuk sementara, ia benar-benar tidak mempunyai semangat untuk menjalani aktivitasnya di luar sana, yang Azam lakukan saat ini adalah menunggu, menunggu Ara pulang. Sudah lelah ia mencari Ara namun belum kunjung ketemu.

Azam stres, seperti orang kehilangan dirinya sendiri, tatapannya kosong, matanya merah dan ada kantong mata karena tidak tidur. Azam kesepian, Azam kehilangan, Azam sedih, Azam larut dalam kesedihannya sampai membuat kesehatannya tidak ia perhatikan.

"Azam..." Arini berlari dari pintu masuk. Ia melihat Azam yang sedang duduk di sofa sambil memeluk foto Ara.

"Azam...kamu kenapa Nak?" Arini dan Afnan hadir karena Karin yang memberitahu mereka berdua tentang keadaan Azam saat ini.

"Ara belum pulang Ma" jawab Azam tanpa menatap sang Mama maupun Papa nya

"Azam tidak boleh seperti ini. Nanti Ara akan kembali" ucap Afnan

"Azam rindu Ara...Azam ingin ketemu Ara" Arini meneteskan air mata, ia sedih melihat keadaan Azam saat ini. Arini langsung memeluk Azam.

"Kamu sudah makan?" tanya Afnan. Azam menggelengkan kepalanya.

"Mama masak dulu ya, nanti kamu harus makan. Pa nasehati dia" ucap Arini

"Iya Ma" jawab Afnan. Arini melangkah menuju dapur untuk membuatkan makanan untuk Azam, ia tidak tau apakah selama ini ia makan.

"Hai...laki masa lemah? Kamu jangan seperti ini, gak baik Zam, kamu harus yakin, Ara baik-baik saja, Ara akan kembali, jangan lemah seperti ini Zam, kamu harus tegar, ini ujian untuk kamu, Allah pinjam Ara sebentar, nanti Allah kembalikan dia. Jangan sedih seperti ini, jangan biarkan diri kamu seperti ini" ucap Afnan, Azam hanya diam mendengarkannya

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Ada kabar tentang Ara Zam?" tanya Karin.

"Tidak ada Bun"

"Ya Allah...kemana Ara nih...gak ngerti kenapa dia main pergi-pergi gitu saja" Karin duduk di sofa ruang tamu.

"Kak Arini mana Bang?"

"Lagi di dapur. Sepertinya Azam gak makan dari kemarin, lihat kondisinya seperti ini gak kepikiran untuk makan" jawab Afnan

"Ya Allah...Azam jangan siksa diri sendiri. Kamu jangan berlarut dalam kesedihan, Bunda juga sedih khawatir dengan Ara tapi Bunda berusaha untuk selalu berpikir positif tentang Ara saat ini, kita doakan Ara semoga baik-baik saja, semoga Allah jaga dia dan cepat pulang"

"Iya Bunda" jawabnya lemah.

"Waktu itu Ara pernah menanyakan kabar tentang Neneknya yang di Bogor, katanya ia rindu, tapi Bunda tidak tau apa Ara pergi ke sana"

"Bunda...jangan-jangan Ara ke sana" ucap Azam langsung memotong ucapan Karin

"Mungkin Zam, tapi kalau memang dia ada di sana, Bunda tidak akan tanya dengan Nenek, kita aja yang langsung ke sana"

"Iya Bun, kita harus ke sana. Azam yakin Ara ada di sana. Bun kapan kita ke sana? Azam rindu Ara"

"Tenang. Besok kita akan ke sana, sekarang waktunya singkat, besok saja"

"Semoga Ara ada di sana"

"Aamiin. Dah Zam jangan sedih lagi, nih setelah Mama masak kamu makan" ucap Afnan

"Iya Pa"

Tiba-tiba saja Karin teringat ucapan Ara tiga hari yang lalu, Ara kata ia rindu dengan neneknya yang di Bogor, Karin rasa Ara pergi ke sana. Karin tidak tau masalah apa yang sedang terjadi pada Ara, Ara pun belum menceritakannya karena katanya belum waktunya untuk ia menceritakan masalahnya pada sang Bunda.

Karin menatap Azam, ia kesian melihat kondisi Azam saat ini, ditambah lagi Azam diam sambil memeluk foto Ara.

"Dimana kamu Nak? Bunda rindu" Karin mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes, ingat Ara membuatnya menangis.

Jangan kada ingat votenya lah, supaya ulun rajin Up. ❤️❤️❤️❤️

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang