Sebulan sudah Ara di negeri orang, sudah sebulan juga ia pergi meninggalkan orang-orang tersayang yang ada di Indonesia.
Hari ini Haris mengajak Ara dan Aqila jalan-jalan, mengisi kekosongan waktu libur kuliah. Akhir-akhir ini Ara dan Haris sering bertemu, jalan-jalan bersama, namun tidak mereka berdua, ada Aqila yang juga Haris ajak. Ara merasa senang, karena ini sudah ketiga kalinya Haris mengajaknya jalan-jalan. Semakin hari, Ara dan Haris semakin akrab, mereka sudah seperti seorang teman. Ara pun tak menyangka ia bisa seakrab itu dengan Dosennya, Haris di kampus beda, ia cukup dingin pada Ara, seakan-akan mereka tidak akrab, namun jika di rumah mereka sudah seperti seorang sahabat. Bagi Ara Haris adalah pria yang baik, tidak hanya baik, Haris juga seorang pria yang Soleh. Haris sering memberikan nasehat untuk Ara, memberikan semangat untuk Ara.
"Sudah pernah kesini?"
"Dah satu kali, tapi sepertinya gak bakalan bosan jika sering ke sini" jawab Ara
"Tempat yang pas untuk menghilangkan rasa sedih, melupakan sejenak masalah yang ada. Menikmati keindahan yang sudah Allah ciptakan salah satu hal yang pas untuk hati yang sedang sedih. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Kita harus bersyukur Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa menghirup udara lagi, bisa menikmati indahnya pantai ini, masih diberikan kesempatan untuk berbuat baik, karena yang saya tau tidak semua orang mempunyai kesempatan seperti kita ini, kesempatan hidup, banyak orang-orang yang ingin hidup esok hari namun Allah kata sudah waktunya untuk pulang, banyak yang berharap masih diberikan waktu untuk hidup diesok hari namun terlebih dahulu ajal menjemput"
"Benar Bang, salah satu kenapa saya sangat ingin menjadi seorang Dokter adalah jika menangani pasien bisa membuat saya lebih bersyukur, bersyukur Allah memberikan kesehatan untuk saya, kesehatan itu sungguh nikmat Allah yang besar, kalau sakit kita bisa apa? Selagi Allah berikan kesehatan gunakan waktu itu sebaik mungkin, melakukan hal-hal yang bermanfaat"
"Maa Syaa Allah...kamu pernah kerja Ra?"
"Iya Bang. Kerja di rumah sakit, seteleh lulus kuliah, saya langsung kerja. Namun karena saya ingin lanjutkan kuliah saya harus rela melepaskan pekerjaan itu"
"In Syaa Allah nanti Allah ganti dengan pekerjaan yang lebih. Ra...saya mau kenal lebih dekat boleh?"
"Boleh, tanyalah jika ingin tau lebih banyak tentang saya"
"Makasih" jawab Haris sambil tersenyum
"Qil fotokan kami berdua dong"
"Hem...beginilah nasib jadi obat nyamuk. Dah bergaya aku fotokan"
"Ayo Bang kita berfoto bersama, biar ada kenang-kenangan" ucap Ara. Haris mengangguk setuju, lalu berdiri di depan Ara.
Ara tersenyum melihat hasil foto mereka berdua. Foto itu akan menjadi kenangan yang Indah, kenangan yang akan Ara ingat.
Ara, Haris dan Aqila duduk di bawah pohon, sambil memandang pemandangan yang ada didepan mereka. Sudah lelah berjalan menyusuri pantai.
********
Selesai sholat isya, Ara langsung menuju dapur menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Hanya menu seadanya saja yang bisa ia siapkan, menu makanan yang simple.
"Aqila...makah dah siap" ucap Ara sambil berteriak
"Uwu...ayam masak apa tu?"
"Ayam masak kecap aja, soalnya cuma ini yang simpel, bumbunya pun tidak banyak. Cicipin enak?"
"Bismillah..."
"Enak?"
"Enak, benar-benar enak. Ilmu pintar masak ayah kamu menurun ke kamu Ra. Apapun yang kamu masak selalu saja enak, membuat dietku gagal"
"Ah kamu bisa aja, Alhamdulillah lah kalau suka, nanti aku belajar masak nasi lemak, tapi belajar sama Ibu Fia"
"Nah Bagus tu, siapa tau masakan kamu lebih sedap, kan kita tak perlu beli, cukup bikin saja, masalah bahan tenang saja" Aqila begitu lahap makan masakan Ara, Ara senang sepupunya itu menyukai setiap masakan yang Ara buat, Aqila pun selalu makan apa saja makanan yang Ara buat, baginya semua masakan Ara sangat sedap.
Tok...tok...
"Siapa ya Qil?"
"Entah. Sebentar aku bukakan"
"Biar aku aja, kamu lanjut makan" ucap Ara beranjak pergi menuju pintu.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam. Eh Makcik masuk-masuk"
"Dah makan Ra?"
"Ini lagi makan"
"Makcik masak sup tunjang"
"Ya Allah ini kesukaan Ara banget Makcik, ayo kedapur, Ara ada masak ayam masak kecap Makcik harus coba, Ara cobain sup buatan Makcik"
"Tapi Makcik dah kenyang"
"Makan lagi, sedikit saja"
"Eh Makcik, makan Makcik"
"Makcik bawa sup tunjang Qil" ucap Ara sambil menarik tangan Rani
"Wah...kesukaan kami berdua tuh Makcik, sini duduk ikut kami makan"
"Duduk Makcik. Segini cukup nasinya?"
"Dah, makcik sebenarnya dah makan"
"Makan sedikit lagi, cicipi masakan Ara"
"Masakan Ara enak...makcik" ucap Aqila
"Makcik coba" ucapnya
"Bagaimana?"
"Sedap sangat Ra, benar Ara yang masak?"
"Iya Ara yang masak"
"Ara ini Ayahnya chief Cik, punya restoran yang tersebar dimana-mana, di sini juga ada kan Ra?"
"Iya disini juga ada restoran milik Ayah"
"Iya ke, hebat Ara, dah siap jadi istri kalau pandai masak"
"Angkat jadi mantu dah Makcik" ucap Aqila
"Nah betul tuh...Makcik nak je Ara jadi mantu, tapi nak tak Ara jadi mantu Makcik"
"Sama siapa Makcik?"
"Siapa lagi Haris lah..." Ara tersenyum mendengar ucapan Rani.
"Ara cobain ya supnya"
"Ha...cobalah"
"Enak Makcik, ugh...ini enak bang, coba Qil"
"Iya enak...kuahnya berasa"
"Nanti ajarin Ara bikin ini ya Makcik"
"Tenang, nanti Makcik ajarin Ara bikin ini, sedap?"
"Sedap sangat...huh...tambah selera makan"
"Tambah lah lagi nasinya Makcik"
"Dah kenyang, yang penting Makcik dah rasakan masakan Ara yang enak ini"
"Alhamdulillah...makasih Makcik sup yang enak ini"
"Sama-sama"
Ara dan Aqila sangat menyukai sup yang Rani bawakan. Sudah lama Ara tidak makan sup, sup adalah salah satu makanan favorit Ara sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...