Semenjak Ara tau Hanif adalah Azam sahabat masa kecilnya, mereka berdua semakin akrab, setiap jam istirahat mereka berdua pasti bertemu, mereka makan siang bersama, menghabiskan waktu istirahat bersama, bercanda, saling tukar cerita, mengingat kembali masa lalu, mengingat hal-hal yang sangat mengesankan di masa lalu.
"Woy...kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi jatuh Cinta ya?"
"Ih...enggak lah"
"Terus?"
"Ada deh"
"Akhir-akhir ini aku lihat kamu sering bersama Dokter Hanif"
"Jadi Far, Dokter Hanif itu adalah Azam"
"Azam sahabat kecil mu?"
"Iya"
"Hah? Sesempit ini kah dunia? Beneran?"
"Iya. Ya Allah senangnya bisa bertemu dia lagi Far, hampir Empat belas tahun tidak bertemu Far, bayangkan lama juga tidak bertemu, terakhir bertemu waktu masih anak-anak, sekarang sudah dewasa, bagaiman bisa saling kenal, sudah tidak seperti dulu"
"Kenapa bisa saling tau?"
"Senin kemarin dia menemukan gelang ini, gelang pemberiannya, dan saat itu lah dia tau kalau aku ini Ara"
"Ya Allah gak nyangka ya, pantas saja kalian semakin hari semakin akrab, sampai-sampai jarang bersama ku"
"Maaf"
"Gak papa aku paham, nanti ajak aku sekalian"
"Iya Farah sayang"
"Ih geli mendengar nya"
"Halah, bilang aja senang mendengar aku berkata sayang. Yaudah aku mau kerja dulu"
"Hem...iya" jawab Farah
Ara pergi meninggalkan Farah yang sedang duduk di ruangnya, ada beberapa pasien lagi yang harus ia periksa.
"Ara"
Ara meliriknya, lalu mempercepat langkahnya, ia tidak ingin berhadapan lagi dengan pria itu.
"Tunggu!"
"Mau apa?"
"Kamu Ara kan?"
"Bukan"
"Jangan mengelak Takdir Ara, Takdir kembali mempertemukan kita Ra, itu artinya kita jodoh"
"Jodoh? Na'udzubillah. Mau apa kau manggil ku?" tanya Ara tanpa basa basi
"Aku cuma mau minta maaf Ra, beri aku satu kesempatan lagi, kumohon..."
Ara terdiam dalam seribu bahasa "Apa apa an ini kenapa begitu mudah nya dia berbicara begitu?"
Ara tak menyangka Hasan masih mencintainya, Ara kira setelah sekian lama berpisah pria itu tidak mencintainya lagi.
"Rasa sakit yang aku rasakan itu masih ada, tak semudah menghapus debu. Lupakan aku!" jawab Ara tanpa menatapnya
"Ra, izinkan aku kembali padamu, aku masih mencintaimu Ara" Ara terombang ambing dalam kebimbangan. Ia harus secepatnya mengambil keputusan.
"Maaf San, aku yang dulu bukan yang sekarang, aku tidak ingin kamu mengajak ku pacaran lagi, semua sudah berubah sama seperti perasaan ku, aku sudah tak punya perasaan lagi sama kamu. Aku permisi" ucap Ara beranjak pergi meninggalkan pria itu. Ara tak ingin berharap lebih pada ciptaan Allah ia takut jika sakit hati itu terulang lagi, Ara sangat takut ia akan terjebak untuk kedua kalinya.
Hasan adalah pria pertama yang pernah pacaran dengan nya waktu masa SMK, namun ia anggap masa itu adalah masa eksperimen Cinta, masa percobaan saja, namun siapa sangka ternyata ia terluka. Hasan sangat mencintai Ara, namun Ara tidak terlalu mencintai Hasan, pada suatu hari, Hasan menghianati Ara, saat itu lah yang akhirnya membuat Ara sakit hati, cukup baginya satu kali patah hati, dan ia tidak ingin itu terulang lagi, ia tidak ingin lagi seperti dulu, maka dari itu ia mempunyai prinsip tidak ingin pacaran, takut jika patah hati untuk yang kedua kalinya.
"Hei dia siapa?"
"Bukan siapa-siapa"
"Hayo ngaku, siapa dia?" tanya Azam yang ternyata dari tadi memperhatikan Ara dengan pria itu.
"Cuma teman, dah aku mau kerja" jawab Ara pergi meninggalkan Azam
Ara tak menyangka ia bertemu dengan Hasan lagi, banyak tempat kenapa rumah sakit tempat mereka bertemu.
******
Tugas rutinitas selesai, kini Ara sedang sibuk menatap layar laptopnya, ada kerjaan yang harus segera ia selesaikan.
"Hei"
"Ya Allah...apa?"
"Makan siang yuk" ajaknya
"Aku sibuk, nanti saja ya" jawab Ara sambil menatap layar laptopnya
"Ini sudah jam makan, kamu belum makan kan? Yuk makan"
"Sebentar"
"Sekarang! Kalau tidak aku tarik tangan kamu" ucap Azam menghampiri Ara yang sedang duduk di kursinya. Azam mendekati Ara, lalu menarik lengan baju Ara
"Hei..."
"Sudah ku bilang kan kalau gak mau sekarang aku tarik" Azam menarik lengan baju Ara sampai Ara mengikutinya.
"Is...lepas lah, oke"
"Dah"
"Maksa banget, kamu yang bayarin"
"Baiklah aku teraktir" jawab Azam
"Nah gitu dong, kita mau makan di mana?"
"Kali ini aku ajak kamu makan siang di luar, luar rumah sakit maksudnya"
"Kita makan nasi goreng Ibu Ida"
"Di mana?"
"Di depan, nasi gorengnya enak"
"Awas kalau gak enak, kamu yang bayar"
"Aku jamin enak"
"Oke"
Ara dan Azam berjalan bersama menuju tempat makan yang mereka inginkan, Azam dan Ara terlihat serasi berjalan menyusuri lorong rumah sakit, mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sama bekerja di rumah sakit.
"Dokter Ara"
"Bu"
"Mau makan siang ya?"
"Iya Bu"
"Suaminya ganteng, baru liat Dok" ucapnya, Ara melirik kearah Azam, lalu ia tersenyum tipis.
"Bukan suami saya Bu, dia teman"
"Oh teman, saya kira suami, yaudah saya ke sana dulu Dok"
"Iya Bu"
"Dia siapa?"
"Keluarga pasien. Kami sering ngobrol makanya terlihat akrab sudah satu minggu suami beliau di rawat"
"Kamu masih saja suka ngobrol sama orang yang tidak kamu kenal ya"
"Menyambung tali silaturahmi, dengan cara itu lah aku punya banyak kenalan"
"Awas siapa tau nanti ketemu orang yang tidak baik"
"Aku bisa lah menilainya" jawab Ara. Azam tersenyum merespon ucapan Ara.
Sesampainya di warung, Ara dan Azam mengambil tempat duduk, lalu mesan dua nasi goreng dan teh manis. Sambil menunggu, mereka berdua ngobrol-ngobrol, seperti itu lah mereka, kalau bertemu bisa lupa waktu untuk berhenti ngobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...