Aku membuka mataku ketika mendengar suara adzan berkumandang, seruan Adzan sudah terdengar di mana-mana itu artinya sholat subuh telah tiba. Aku memandang kamar ini, Aku baru sadar, sekarang aku berada ditempat yang berbeda bukan di rumahku sendiri, aku baru ingat aku sudah tidak berada disana lagi, sekarang aku sudah ada disini, memulai kehidupan yang baru, dan melupakan segala kepahitan yang terjadi.
Setelah cukup lama aku berdiam mengumpul tenaga, aku beranjak menuju kamar mandi, menyegarkan tubuh ini.
Tok...tok...
"Ara sudah bangun?" tanya Aqila di luar sana
"SUDAH"
Setelah selesai mandi dan berwudhu, aku langsung melaksanakan sholat subuh. Mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim.
Selesai sholat dan tidak lupa berdoa, aku melipat mukena ku lalu menaruhnya di atas kasur. Aku melangkah menuju dapur, ada satu kegiatan lagi yang harus aku kerjakan di pagi hari, yaitu memasak, memasak makanan untuk kami berdua. Kali ini aku benar-benar harus menjadi wanita yang mandiri, apa-apa harus dikerjakan sendiri tanpa ada Bunda maupun Bibi yang membantuku. Ini salah satu hal yang Bagus untukku, sekalian membiasakan diri, nanti kalau sudah jadi istri bisa melakukannya.
"Pagi..."
"Pagi juga, gimana nyenyak gak tidur di rumah baru?" tanyaku
"Kurang nyenyak Ra, soalnya belum terbiasa. Mau bikin apa nih?"
"Berhubung bahan-bahan dapur hanya sebagian saja, aku mau masak nasi goreng. Nanti kita ke pasar beli bahan-bahan"
"Siap boss"
"Aku rindu lah sama Bunda, Ayah, Rafiq"
"Sama, baru juga kemarin terpisah sudah rindu"
"Mungkin karena baru kali ini terpisah mereka jadi begini, nanti kalau sudah terbiasa tidak seperti ini lagi kok, kalau ingat mereka rasanya mau pulang huwaaa..."
"Dah ah jangan sedih kita kan kuat, nanti kalau libur kita pulang kok ketemu mereka, lagian kita di sini kan cuma Dua tahun"
"Iya kita harus strong!"
"Kita ke pasar naik apa?"
"Taxi ada gak?"
"Mungkin, aku ada niat beli mobil Ra, biar kita enak mau pergi kemana-mana"
"Ada uang?"
"Ada kok tenang saja"
"Aku juga mau, aku pun ada kepikiran buat beli"
"Beneran mau beli juga?"
"Iya biar mau kemana-mana enak gak minjam punya kamu, siapa tau nanti kita punya kesibukan masing-masing"
"Hem...terserah kamu lah. Kamu mau kuliah sambil kerja?"
"Nah itu yang sekarang masih aku pikirkan, aku bingung, mau sih kerja namun disini lain aku mau fokus kuliah"
"Sebaiknya kita fokus kuliah biar bisa cepat selesai"
"Em...tengoklah nanti. Gak papa pagi ini makan nasi goreng telur dadar?"
"Gak masalah yang penting makan"
"Okelah, aku mau bikin dulu"
"Aku mau ke ruang tamu dulu"
"Iya"
Aku langsung mengerjakan tugas memasak, sebenarnya aku bisa saja memasak, namun karena di rumah ada Bibi dan kadang Bunda yang sudah menyiapkannya jadi aku tidak perlu masak lagi.
********
Dari tadi Ara dan Aqila berdiri di depan rumah menunggu taksi yang lewat, mereka berdua ingin ke pasar berbelanja kebutuhan sehari-hari.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Kalian lagi apa tu?"
"Kami lagi nunggu taksi, mau ke pasar"
"Oh...Nak ikut saya? Kebetulan saya lewat sana"
"Gak ngerepotin nih?" tanya Ara
"Enggak, saya suka bantu orang"
"Gimana Qil, ikut dia gak?"
"Ayo aja, lagian kita sudah lama berdiri belum juga dapat tasik"
"Kami mau"
"Ayo naik"
"Makasih"
"Sama-sama"
Ara dan Aqila langsung masuk ke dalam mobil Haris, baru juga ia tinggal di Malaysia, sudah mendapatkan tetangga baik, seperti Haris.
"Bang mau nanya, di mana ya orang jual mobil?"
"Nak beli kereta kah?"
"Eh bukan kerata tapi mobil" jawab Ara. Haris terkekeh mendengarnya, begitu juga dengan Aqila yang ada di sampingnya.
"Kereta itu artinya mobil Ra" ucap Aqila
"Oh iya kah? Aku kira kereta api"
"Nanti saya ajarkan awak bahasa Melayu, nak?" tanya Haris
"Mau..."
"Oke lah. Jadi beneran mau beli mobil?"
"Iya Bang" jawab Aqila
"Nanti saya hantar awak ke sana, mau sekarang?"
"Nanti saja, kami tau Abang sekarang sibuk" ucap Aqila
"In Syaa Allah besok saya tidak sibuk, bagaimana?"
"Gak ngerepotin?" tanya Aqila
"Enggak"
"Baiklah Bang, esok"
"Makasih Abang" ucap Ara
Ara memandang bangunan-bangunan tinggi yang mereka lalui, ia masih tak percaya dirinya ada di Negeri orang, semua terjadi begitu cepat dan mendadak, tak pernah ia pikirkan untuk berada di sini, tiba-tiba saja hatinya menginginkan lanjut kuliah di Malaysia, bermodal nekat dan yakin Ara mengambil keputusan untuk menuntut ilmu di Negeri orang, ia yakin inilah jalan yang terbaik untuknya, ia tidak takut karena ada Allah yang selalu ada di setiap langkahnya.
Tidak lama kemudian Ara dan Aqila sampai di sebuah pasar yang tidak terlalu jauh dari rumah. Ara berterimakasih kepada Haris, lalu Haris pergi meninggalkan mereka berdua di pasar, untuk pulang nya mereka memutuskan untuk naik taksi saja.
"Mau beli apa ya?" tanya Ara
"Lah katanya mau beli bahan-bahan dapur"
"Iya lupa. Kita harus berhati-hati, takut sesat"
"Jangan khawatir kalau sesat kita nanya. Ayo" Aqila menarik tangan Ara memasuki pasar.
"Ini bahan-bahan yang kita beli" Ara mengeluarkan catatan belanja.
"Eh punya catatan"
"Sudah aku pikirkan dari kemarin apa-apa saja yang kita beli"
"Pinter kamu" ucap Aqila
"Ara gitu loh. Di mana ya orang jual ayam?"
"Kita jalan aja lah, nanti ketemu kok"
Mereka berdua kesana kemari mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Diusahain hari ini biar bisa up, padahal keadaan benar-benar down 😩😷 maaf cuma part ini yang bisa di up, In Syaa Allah kalau besok dah sehat 2 part Up nya. Makasih vote nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Fiksi RemajaDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...