Ikhtiar

7.3K 545 11
                                    

Selesai sholat subuh, Ara melangkah menuju dapurnya, ia merasa lapar karena malam tadi ia tidak makan. Pagi ini Ara harus ke rumah sakit lagi untuk melanjutkan pengobatannya, ia mempunyai jadwal untuk bertemu dengan Dokter kepercayaannya, Ara pun sudah mulai akrab dengan Dokter itu, sehingga mudah baginya untuk sharing tentang kesehatannya. Ara harus melewati tahap-tahap yang Dokter anjurkan untuk Ara, berharap apa yang ia lakukan saat ini salah satu ikhtiar untuk bisa hamil.

"Ara..."

"Astagfirullah. Mak Sanah? Pagi-pagi datang, kenapa?"

"Mak bawa nasi lemak untuk Ara, dan jamu"

"Alhamdulillah...Ara lapar Mak, ini Ara mau bikin makanan"

"Ha...tak makan lah tu malam tadi"

"Iya benar malam tadi Ara tidak makan. Macem sedap je. Eh jamu apa?"

"Makanlah...itu jamu racikan, baik untuk Ara, minum ya? Rasanya memang tak sedap, tapi Ara harus minum"

"Makasih Mak repot-repot membuatkan Ara jamu ini, nanti Ara minum"

"Mak nak balik ye, Mak nak beri ni je kat Ara"

"Makasih Mak, Mak sangat baik dengan Ara"

"Berbuat baik memang lah kesukaan Mak. Dah Mak balik dulu. Makan ye"

"Iya Mak. Hati-hati"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab Ara.

Ara mengambil piring, lalu menuangkan nasi lemak itu ke piringnya. Mak Sanah lah orang yang menjaga rumah Ara selama Ara tidak ada, dialah orang yang merawat dan membersihkan rumah Ara. Rumah yang dulu ia tempati dengan Aqila kini sudah menjadi miliknya, Ara sudah membeli rumah itu sebelum ia kembali ke Indonesia, Ara membelinya karena jika Ara ke Malaysia ia bisa tinggal di rumah itu.

Ya, Ara mejalani pengobatan di Malaysia, ini semua saran dari Elvina, karena Elvina mempunyai masalah yang sama seperti Ara. Hampir dua tahun Elvina menikah belum juga mendapatkan keturunan, setelah di cek ternyata ada masalah padanya, yang Elvina bisa lakukan hanyalah berusaha dan berdoa, berobat salah satu ikhtiar yang bisa ia lakukan, bagaimanapun nanti hasilnya, ia serahkan pada Allah, karena semua itu juga terjadi atas kehendak Allah, ia berharap ia segera memiliki keturunan.

"Abang sarapan apa ya?" ucap Ara yang tiba-tiba teringat Azam. Ia merasa sangat bersalah sudah meninggalkan Azam.

"Abang lagi apa pagi-pagi begini? Abang rindu gak ya?" Ara yang tadi lapar berubah menjadi tidak nafsu untuk makan, padahal tadi ia sangat ingin menyantap nasi lemak itu, namun sekarang ia sudah tidak nafsu lagi. Ara terdiam, membayangkan kehidupan Azam tanpa dirinya

******

Setelah selesai menemui Dokter, Ara melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Rumah sakitnya cukup besar, besar di bandingkan rumah sakit tempatnya bekerja dulu.

"Ara"

"Siapa yang mengenali ku?" Ara terdiam ketika namanya di panggil. Ia membalikan badannya dan ia terkejut melihat orang yang memanggilnya tadi.

"Sofia..." Ara menghampirinya, lalu memeluknya

"Ya Allah...iya ke ni awak? Ya Allah tak sangka pula awak ada kat sini? Apa hal awak kat sini ha?"

"Nanti aku cerita. Bagaimana kabar kamu? Baik?"

"Alhamdulillah Ai baik je. Awak macam mana?"

"Alhamdulillah baik. Mira mana?"

"Mira takde kat sini, dia kat seberang sana. Kenape awak tak kasih tau awak kat sini?"

"Maaf belum sempat ngasih tau. Hah...Alhamdulillah bisa ketemu kamu lagi Fi, aku rindu banget sama kamu"

"Sama ai pun rindu awak. Awak kenape ada kat sini ye? Macem ada masalah je"

"Iya ada masalah. Nanti aku cerita. Sekarang ini kamu mau kemana? Kalau gak sibuk jom kita ngobrol-ngobrol"

"Ai free je. Dah jom, kita ke kantin ye"

"Ayo" Ara memegang tangan Sofia, ia rindu dengan salah satu sahabatnya itu, ia tak sangka Allah pertemukan mereka lagi.

Sesampainya di kantin, Ara menceritakan apa tujuannya kembali ke Malaysia pada Sofia. Ia ikut perihatin dengan keadaan Ara, ia tak menyangka hal itu terjadi pada sahabatnya. Dari kisah perjalanan hidup yang Ara ceritakan padanya, begitu banyak ujian yang Allah berikan pada Ara. Sofia kagum dengan wanita yang ada di depannya, ia wanita kuat, dan tegar, banyak pelajaran hidup yang Sofia dapatkan dari kisah hidup Ara. Ara orang yang terbuka, ia suka bercerita tentang kehidupannya dengan orang-orang terdekatnya.

"Sabar je Ra, macem-macem cabaran awak Ra, takpelah, jalani ape yang Allah berikan untuk awak, jalani dengan ikhlas. Ai cuma bisa doakan semoga apa yang awak nak terkabulkan, In Syaa Allah...jangan putus harap ya"

"Aamiin...Fi...Fi aku rindu nasi lemak Emak kamu"

"Nanti ai suruh Mak buat nasi lemak untuk awak, awak jangan tak datang ye, nanti ai kabarin"

"Yee...makasih Fi..."

"Iye. Nih dah selesai jumpa Dokter?"

"Dah selesai"

"Nak ke mana?"

"Mau pulang aja. Nanti aku ke sini lagi, masih ada beberapa tahap lagi"

"Itu ape?"

"Yang di plastik ini obat, vitamin dan macam-macam, huh...mau muntah Fi liatnya"

"Di minum jangan tak, awak nak sihat tak? Apa cakap Dokter ikuti ye"

"Iya Bu Dokter. Gak kerasa dua jam kita di sini. Ya udah aku pamit pulang dulu ya, nanti kalau ada waktu luang kabarin, biar kita bisa ngumpul"

"Siap...awak hati-hati ye, jangan laju-laju"

"Iya. Aku pergi dulu. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Setelah berpamitan dengan Sofia, Ara pergi meninggalkan kantin rumah sakit. Ia ingin kembali ke rumah, karena sudah cukup lama ia berada di rumah sakit itu.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang