Janganlah terlalu kuat dan yakin dengan satu nama, Karena kamu tak'kan bisa menjamin satu nama itu adalah yang terbaik untukmu,
Melainkan pilihan Allah lah yang paling terbaik.💔💔💔💔💔
Semenjak Ara mengetahui bahwa Azam sudah bertunang, Ara sangat membatasi pergaulan mereka, Ara menjauhi Azam, sebisa mungkin ia menghindar dan tidak ingin menemui Azam lagi. Ara sering menghabiskan waktu istirahatnya di ruangan, jika waktu pulang tiba, baru ia keluar ruangan. Kali ini hatinya benar-benar retak karena sudah terlalu berharap."Woy"
"Astaghfirullah. Farah..."
"Kaget mulu"
"Iyalah kalau kamu ngagetin mulu, sudah ah hilangkan hobi gila kamu itu"
"Gak bisa Ra, aku sudah nyaman seperti ini"
"Lebay"
"For you"
"Apa?"
"Nasi goreng Ibu Ida"
"Huhui...Alhamdulillah pas banget lagi lapar, makasih"
"Eh...eh bukan dari aku"
"Terus?"
"Dari Dokter Faris"
"Hem...Dokter Faris tu yah baik banget, beruntung wanita yang akan menjadi istrinya"
"Betul, semoga kamu lah wanita yang beruntung itu Ra"
"Jodoh memang unik, kadang yang dikejar-kejar menjauh, dan yang tak sengaja datang tiba-tiba mendekat, dan menjadi pasangan seumur hidup, soal jodoh aku serahkan saja pada Allah, siapapun lelaki itu jika memang dialah takdirku ku terima, ikuti alur jalan yang Allah berikan saja"
"Kenapa akhir-akhir ini kamu sering mengurung diri? Kenapa tidak keluar? Ke taman?"
"Tidak ada mood Far"
"Menurut analisis ku, kamu ini seperti orang yang putus Cinta, benarkah begitu Kiara Alifa?" tanya Farah, Ara menoleh kearah nya, lalu kembali menatap lurus.
"Aku pun bingung dengan perasaan ku saat ini Far, seharusnya aku tak boleh seperti ini, seakan dia yang salah, padahal mungkin ini karena aku yang terlalu berharap"
"Kan benar, jadi ada masalah apa? Kamu sedang kecewa sama siapa?"
"Nanti jika sudah waktunya aku cerita, nanti ya, aku pasti cerita," jawab Ara sambil tersenyum tipis.
"Ara..." ucap Azam di depan ruangannya
"Ada apa Zam?"
"Makan siang yuk?"
"Sudah, baru saja" ucap Ara yang tiba-tiba berubah menjadi sibuk.
"Yah...temenin aku makan"
"Aku sibuk Zam. Sama Dokter Zian aja"
"Hem...yaudah kalau gitu" ucap Azam pergi meninggalkan Ara dan Farah.
"Tumben gak mau?"
"Males"
"Jadi kapan mau cerita?"
"Nanti kalau sudah waktunya. Pulang ini ke Kafe yuk"
"Ayo"
"Kita yang di simpang tiga itu"
"Ngapain jauh-jauh? Seperti biasa aja"
"Siapa tau di sana kita gratis Far, atau diskon"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...