Ara sedang membuatkan secangkir kopi untuk Azam. Malam ini Azam kena giliran shift malam, mau tak mau Ara sendirian di rumah, tapi Ara sudah terbiasa, ditinggal Azam kerja malam hari.
Selesai membuatkan kopi, Ara langsung mengantarkan kopi itu pada Azam yang sedang duduk di sofa ruang tamu, sambil menonton TV."Abang...ini kopinya"
"Makasih Bee..."
Ara ikut duduk di samping Azam.
"Abang gak mau makan dulu?"
"Gak, nanti Abang makan di kantin rumah sakit aja"
"Hem...jangan gak makan Bang, nanti maag kambuh, kalau kambuh siapa yang susah? Ara juga yang susah, Dokter jangan pandai menasehati orang untuk jaga pola makan, tapi diri sendiri juga harus diingatkan agar tidak sakit"
"Iya sayang Abang..."
"Jangan iya saja, diingat!"
"Iya Bee" jawab Azam sambil mencubit hidung Ara
"Dah habiskan kopinya"
"Eh Bee gak sabar Abang pergi kerja? Abang mau lama-lama dekat Bee"
"Ini kan sudah lewat waktunya, Abang harus disiplin berangkat kerja"
"Baru lewat dua menit"
"Iya dua menit, belum lagi di jalan, macet, lampu merah, berapa menit lewatnya?"
"Ya udah Abang berangkat, ingat pagar di kunci, pintu rumah di kunci"
"Iya Abang. Bang Mama dan Papa jadi kesini gak?"
"In Syaa Allah jadi, mungkin sebentar lagi mereka datang"
"Abang gak mau nunggu mereka datang?"
"Eh tadi nyuruh Abang cepat-cepat kerja"
"Lupa. Dah hati-hati. Ingat mata tuh di jaga, hati juga di jaga!"
"Iya sayang. Abang akan selalu jaga hati ini untuk sayang. Abang pergi dulu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam" Setelah bersalaman dengan Azam. Azam melangkah menuju mobilnya, lalu meninggalkan garasi mobil. Setelah Azam pergi, Ara kembali masuk ke dalam rumah. Begitulah nasib mempunyai seorang suami yang berprofesi sebagai Dokter, harus siap ditinggal kerja pada malam hari.
Tok...tok...
Kutukan pintu membuat Ara kembali menuju pintu. Ara meraih jilbabnya, dan melangkah membukakan pintu.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam. Mama...Papa"
"Ara...rindunya Mama sama Ara" Arini memeluk Ara. Ia sudah sangat merindukan mantu kesayangannya itu, begitu juga dengan Ara, ia juga merindukan mertuanya.
"Ara juga rindu Ma. Masuk Ma, Pa" ajak Ara sambil menarik tangan Arini.
"Azam mana?" tanya Afnan
"Baru saja berangkat kerja Pa"
"Lah...gak sempat ketemu"
"Besok pagi pulang kok Ma"
"Ara gak takut sendirian malam-malam?" tanya Arini
"Takut sih takut Ma, tapi Ara lawan rasa takut itu, kadang setelah sholat isya Ara langsung tidur"
"Kesian mantu kita Bang, ditinggal sendirian di rumah" ucap Arini
"Mau gimana lagi Ma, sudah tugas Abang seperti itu. Mama sama Papa mau minum apa?" tanya Ara
"Enggak usah repot-repot Ra, kami mau minum bisa ambil sendiri. Sekarang Ara duduk aja disini, kita cerita-cerita" ucap Arini
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...