Krek...
Azam membuka pintu rumahnya, seperti biasa, jika ia kana shift malam saat datang ke rumah tidak ada siapa-siapa yang menyambutnya. Rumah terlihat sepi karena Ara sudah pergi bekerja.
Azam melangkah menuju kamarnya, ia ingin mandi, setelah itu istirahat karena semalam tidak tidur, jaga-jaga takut ada pasien yang tiba-tiba drop.
Sesampainya di kamar, Azam melempar tasnya, lalu menaruh jam tangannya di atas meja. Azam melihat sebuah surat putih yang ada di samping jam tangannya tadi, karena penasaran, Azam membukanya lalu membacanya.
Dear Abang sayang
Assalamualaikum Abang...jika Abang membaca surat ini, Artinya Ara sudah pergi dan Abang sudah pulang kerja. Abang jangan cari Ara ya, Ara akan baik-baik saja. Ara hanya pergi sebentar saja, Ara tidak pergi jauh, karena Ara akan selalu ada di dalam hati Abang. Ara hanya membutuhkan waktu untuk sendirian. Nanti jika sudah waktunya Ara akan kembali pada Abang, Ara hanya pergi sebentar, jangan khawatir dengan Ara. Maaf Abang, maaf Ara tidak pamit secara langsung dengan Abang, karena Ara yakin Abang tidak akan mengizinkan Ara pergi kan? Tapi ini yang terbaik untuk Ara Bang, maaf Ara harus pergi, Ara harus meninggalkan Abang, tenang Ara akan kembali. Abang jaga kesehatan, jangan lupa makan, jangan capek-capek, kalau sudah jam sepuluh malam tidur, jangan lewat dari jam itu dan jangan terlalu memikirkan Ara.
Ara sayang Abang. Abang jangan nakal!
Dari istri tercinta
Wassalamu'alaikum
Tangan Azam gemetaran memegang surat itu, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya Ara pergi, Azam membuang surat itu, lalu melangkah pergi. Ia ingin mencari Ara, sampai ia menemukannya. Azam meraih kunci mobilnya, baru saja ia sampai rumah, harus kembali keluar, rasa lelah dan ngantuk itu Azam tahan.
Tujuan pertamanya adalah rumah Bundanya, meski ia kurang yakin ada Ara di sana tapi tidak salahnya ia mencarinya di sana.
Beberapa menit kemudian Azam sampai di rumah mertuanya. Azam berlari menuju pintu masuk.
Tok..tok...tok...
"Bunda...Bunda...Ayah...Bibi..."
Tok...tok...
"Azam? Ada apa?"
"Bunda...Bunda Ara ada di sini? Ara mana Bunda" Deru napasnya terengah-engah.
"Ara sudah pulang Zam, pagi sekali dia sudah pulang ke rumah Azam" jelas Karin
"Tapi dia tidak ada Bun. Bunda Ara memang tidak ada di sini?" tanya Azam
"Iya dia sudah pulang. Ada apa dengan Ara Zam?" tanya Karin yang ikut panik
"Ara pergi Bun, Azam tidak tau ia pergi ke mana, ia meninggalkan secarik surat. Bunda...di mana Ara?"
"Astagfirullah. Cari di klinik siapa tau dia prank Azam"
"Azam pergi dulu" Azam berlari menuju mobilnya.
Tujuan selanjutnya adalah klinik Ara. Azam melajukan mobilnya dengan cepat, ia ingin cepat-cepat sampai dan berharap ini semua hanya bercanda saja. Azam mencoba untuk menelpon Ara, namun tidak aktif, ia juga mengirimkan banyak pesan tapi tidak masuk, kemungkinan hpnya ia matikan.
Cukup sepuluh menit waktu untuk sampai di klinik. Azam keluar dari mobil lalu berlari masuk ke dalam klinik itu.
"Dara...Dokter Ara mana?" tanya Azam terengah-engah
"Dokter Ara tidak masuk kerja Dok. Beliau kan cuti, masa Dokter gak tau"
"Cuti? Berapa lama? Ke mana? Sumpah saya benar-benar tidak tau"
"Kalau gak salah dua minggu, kalau kemana saya tidak tau Dok. Kenapa Dokter tidak tau?"
"Dia tidak memberitahu saya. Tolong tanyakan dimana keberadaannya, suruh semuanya untuk cari tau keberadaannya, dan chat dia, jika sudah tau kasih tau saya, saya mohon bantuan kalian" pinta Azam
"Baik Dok, saya akan segera memberitahu semuanya. Ya Allah...kemana Dokter Ara"
"Saya permisi" ucap Azam melangkah pergi dengan rasa kecewa karena tidak menemukan Ara.
Azam melanjutkan pencariannya, tujuannya kali ini ke rumah sakit untuk menemui Farah karena Farah orang yang selalu tau tentang Ara.
"Bee...di mana Bee..."
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Azam melirik ke kanan ke kiri, siapa tau ia melihat Ara.
Lima belas menit kemudian, Azam sampai di rumah sakit. Azam berlari menyusuri koridor rumah sakit. Satu persatu orang berjalan ia balap.
"Farah"
"Astaghfirullah. Abang?"
"Farah...Ara mana Ara? Kamu tau Ara di mana?"
"Tenang Dok, tarik napas...hembuskan"
"Dah Ara mana?"
"Ara? Aku tidak tau Bang, memang Ara ke mana? Hari ini aku tidak ketemu Ara"
"Ya Allah..." Azam mengusap kasar wajahnya yang berkeringat.
"Ara kemana Bang?"
"Abang tidak tau, yang pasti dia pergi, dia menulis surat untuk Abang, dan dalam surat itu ia tulis ia pergi, jangan cari Ara, tapi Abang khawatir tentang dia. Farah coba kamu telpon dia"
"Baik Bang" Farah langsung mencoba menelpon Ara.
"Gak aktif Bang"
"Ya Allah...kemana dia..."
"Ini pasti gara-gara masalah waktu itu kan Bang?"
"Entahlah, tapi Abang sudah jelaskan, dan dia juga memaafkan Abang"
"Rumah Tante sudah di cari?"
"Sudah, kata Bunda dia pagi-pagi sudah pulang karena malam tadi ia menginap di sana"
"Terakhir aku ketemu dia memang sifatnya aneh Bang, dia banyak diam"
"Nah itu, dia memang lagi ada masalah"
"Sudah Abang tidak usah khawatir, Abang doakan saja Ara semoga dia baik-baik saja, mungkin ia butuh waktu sendirian Bang" ucap Farah.
Azam mengangguk paham, "Abang pergi dulu, kalau ada kabar dari dia kasih tau"
"Iya Bang. Hati-hati"
Azam melangkah pergi dari ruangan Farah. Ia bingung harus kemana lagi mencari Ara. Azam merindukannya, Azam mengkhawatirkannya.
Ara saya umpetin dulu 😢😢
Jangan lupa votenya 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...