Benarkah?

8.6K 725 66
                                    

Ada lagu lagi tuh di atas denger sambil baca,tonton ya!!!
.
.
Sebelum baca, sudah ditekan belum Bintang nya?  Jangan lupa follow akun ini
.
.

Ara dan Azam sedang menikmati makan siang bersama. Sudah sering ia berkata sibuk saat Azam mengajaknya namun kali ini ia mau, ia kasihan dengan Azam yang selalu menghampirinya. Mereka berdua sedang menikmati sate, sate yang ada dipinggir jalanan. Ara bukan tipe wanita yang suka makan makanan yang mahal, itulah kesederhanaan Ara, ia suka makan-makanan yang murah-murah asal rasanya enak.

"Istri dan anak kamu apakabar?" tanya Ara

"Anak?"

"Iya, aku sudah melihatnya di facebook kamu"

"Kepo nih?"

"Tiba-tiba saja lewat di beranda"

"Kapan aku punya anak Ra? Aku tidak jadi menikah" Ara terkejut mendengar ucapan terakhir Azam, Ara menatap Azam, seakan ia tak percaya.

"Jangan bohong kamu Zam. Waktu akad Farah yang aku nanya istri gak ikut? Kamu jawab iya gak ikut. Terus foto anak kecil itu?"

"Gimana mau ikut kalau aku aja gak punya istri. Anak kecil itu anak orang Ra, aku foto terus upload ke Facebook, aku suka anak kecil Ra. Aku memang tidak jadi menikah, Bilqis...Bilqis pergi disaat hari pernikahan kami. Huh...dia membuat keluarga ku malu"

"Pe...pergi? Kenapa?"

"Sampai saat ini pun aku tidak tau alasan dia pergi Ra, sampai saat ini pun kami tidak pernah bertemu lagi Ra"

Ara meletakan sate yang ada ditangan nya, ia menatap Azam, "Aku mengerti apa yang kamu rasakan, mungkin bukan dia jodoh terbaik untuk kamu Zam, mungkin Allah sedang mempersiapkan jodoh terbaik untuk kamu Zam. Smua yang terjadi pada kamu ini adalah takdir, takdir tidak mempersatukan kalian sampai jenjang pernikahan. Aku paham dengan perasaan kamu Zam, sedih sangat sedih orang yang kita sayang tiba-tiba pergi, iya kalau pergi ke kota mana kalau pergi untuk selamanya gimana? Seperti aku..." Ara tertunduk mengatakannya, kembali ia ingat tentang Haris.

"Maksud kamu?"

"Tunangan ku pergi, pergi ke alam yang berada, pergi untuk selamanya, jika dia masih ada mungkin aku tidak berda disini, mungkin aku tinggal di sana dan mungkin aku sudah bahagia dengannya" jawab Ara sambil tersenyum tipis.

"Inalillahi, Ra...beneran?" Azam menatap iba melihat Ara

"Iya, saat semuanya sudah direncakan, ternyata Allah punya rencana lain, kita ditakdirkan untuk tidak bersama"

"Pasti berat kan menjalaninya? Aku kira aku orang yang diberikan ujian besar oleh Allah tapi ternyata kamu lebih dari aku Ra, ditinggal untuk selamanya memanglah hal yang menyedihkan, apalagi orang itu orang yang kita sayang. Sabar Ra"

"Iya Zam, mau gimana lagi, sudah takdir aku harus juga menerimanya dengan ikhlas dan sabar"

"Allah sedang mempersiapkan jodoh terbaik untuk kamu Ra, kamu jangan sedih, kalau sudah waktunya pasti akan Allah pertemukan"

"Allah juga, sedang mempersiapkan jodoh terbaik untuk kamu Zam"

Ara dan Azam sama-sama tak percaya, Ara tak percaya Bilqis meninggalkan Azam disaat hari pernikahan nya dan Azam tak percaya Ara sudah bertunang dan tunangannya pergi untuk selamanya. Mereka saling perihatin satu sama lain, dan saling menguatkan. Disisi lain Ara merasa bahagia, entah baginya itu kabar baik, tapi...Ara sudah tidak mengharapkan Azam lagi.

Azam terdiam sambil memakan satenya, sambil memikirkan sesuatu.

"Sekarang lagi dekat dengan siapa?" tanyanya.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang