Hari ini aku di antar jemput oleh Abang, karena dia sudah kena shift siang, jadi kami bisa bersama berangkat kerja dan pulang.
Sesampainya di klinik, aku berpamitan dengan Abang, dan melangkah masuk ke dalam klinik."Eh kamu yang jaga hari ini?" tanyaku
"Iyalah Dok, giliran Dara yang jaga malam"
"Oh iya. Saya kedalam dulu"
"Iya Dok" ucap Sasa
Aku melangkah menuju ruangan ku, ruangan yang tidak jauh dari pintu masuk.
"Pagi Dok"
"Pagi Bu"
"Mau kopi gak Dok?"
"Boleh, seperti biasa ya Bu"
"Siap Dok"
Saat aku masuk kedalam ruangan ku, aku terkejut melihat seorang wanita yang duduk di kursi. Aku menghela napas ku, aku baru ingat, aku tidak sendirian di ruangan ini, ada Kak Bilqis yang menjadi penghuni ruangan ini.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Paginya Kakak datang"
"Iya, membiasakan diri untuk disiplin"
Aku menaruh tas ku, lalu duduk di kursi ku.
"Kakak sudah sarapan?"
"Sudah"
"Siapa tau belum, soalnya pagi banget Kakak datang"
"Saya setelah sholat subuh siap-siap Ra, kan ini hari kedua kerja, saya gak mau telat dan mengecewakan kamu"
"Gak papa Kak, di sini santai aja, biasanya sekitar jam setengah sembilan baru ada pasien"
"Dokter ini kopinya"
"Makasih Bu"
"Sama-sama. Dokter mau juga?"
"Eh tidak Bu"
"Ibu kembali kerja ya Dok"
"Iya Bu, makasih" Aku meminum kopi buatan Ibu Ina, salah satu Ob yang ada di klinik ini.
"Suka kopi?" tanya Kak Bilqis
"Banget Kak. Sudah sejak kecil suka kopi. Kakak suka?"
"Suka, tapi gak sering minum kopi, bisa susah tidur kalau minum kopi. Kakak mau tanya, kamu masih akrab sama Abang Azam?" tanyanya. Aku terdiam sejenak.
"I..iya masih akrab, kenapa Kak?"
"Cuma nanya aja. Saya rasa, Abang tidak memaafkan saya, saya sadar saya salah, saya sudah coba untuk meminta maaf tapi dia tidak mau, dia sudah terlanjur kecewa sama saya. Padahal saya ingin memperbaiki semuanya"
Deg
"Memperbaiki semuanya? Maksudnya? Jangan sampai ya Allah"
"Kakak kenapa ninggalin dia?" tanyaku
"Saat itu saya belum siap, belum siap untuk menikah, tapi saya enggan untuk jujur, saya ingin melanjutkan S2 saya di London, saya pikir jika saya menikah, saya tidak mungkin meninggalkan Abang, saya tidak mungkin menjalani hubungan jarak jauh" Aku terdiam menatapnya. Aku rasa ia masih mencintai Abang.
"Kakak masih...masih...mencintai Abang?"
Ia tersenyum padaku, "Ia saya masih mencintainya Ra. Saya tidak bisa melupakannya" Jantungku terasa berhenti sejenak saat mendengar jawaban dari Kak Bilqis.
"Tapi saya rasa dia sudah tidak cintakan saya, dan tidak mungkin dia kembali" Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya, aku tidak bisa berkata apa-apa.
*****
Selesai sholat dzuhur di mushola yang ada di klinik. Ara melangkah menuju luar klinik, ia berdiri menunggu Azam yang sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya.
Tit...
"Abang..." Ara langsung masuk ke dalam mobil itu. Tanpa sadar, ada seorang yang sedang memperhatikannya masuk ke dalam mobil itu, tapi ia tidak melihat, siapa yang menjemput Ara.
"Kita mau makan apa Bang?"
"Nah itu, Abang juga bingung Bee. Bee mau apa?"
"Ara mau...bakso?"
"Oke. Sudah sholat?"
"Sudahlah, yang waktu Abang ngechat Ara lagi sholat" jawab Ara sambil memandang keluar jendela mobil. Disaat bersama Azam, ia masih kepikiran tentang Bilqis, Ara rasa wanita itu ingin memperjuangkan cintanya.
"Bee kenapa diam?"
"Gak papa Bang"
"Bee seperti ada masalah, beneran?"
"Iya Bang, ini masalah besar bagi Ara, Ara takut, takut sekali"
"Enggak ada Bang. Ara baik-baik saja" Ara melempar senyuman pertanda dia baik-baik saja
"Kalau ada masalah share sama Abang"
"Iya Abang sayang"
Setelah sepuluh menit diperjalanan, Ara dan Azam sampai di warung bakso langganan mereka. Mereka segera turun dari mobil, lalu duduk di kursi yang kosong.
"Bee seperti biasakan? Minumnya?"
"Iya Bang seperti biasa, minum nya es teh"
"Siap, Bee tunggu"
"Iya Bang"
"Dokter Ara kan?"
"Iya"
"Ya Allah apa kabar Dok? Ingat saya gak? Pasien Dokter dulu, yang dua kali dalam sebulan masuk rumah sakit"
"Oh iya, Ibu Siti kan?"
"Alhamdulillah Dokter masih ingat. Dokter sekarang kerja di mana? Sudah lama saya tidak ketemu Dokter, empat kali sudah saya masuk rumah sakit gak ada Dokter'
"Saya kerja di klinik Bu. Ibu ini pasti gak menghindari kan makanan-makanan yang di larang?"
"Nah betul tuh, susah Dok berpantang"
"Ya Allah Ibu...Ibu suka ya masuk rumah sakit?"
"Suka, soalnya bisa ketemu dan bicara dengan orang baru"
Ara tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Ibu-ibu...Ibu harus hindari makanan yang dilarang, makan makanan yang tidak membuat penyakit Ibu kambuh"
"Satu masalahnya Dok, saya tidak bisa, maunya itu saja yang di makan. Ih siapa Dok? Ganteng"
"Ini suami saya Bu"
"Ya Allah ganteng Dok, cocok sama Dokter, gak nyangka Dokter sudah nikah"
"Iya Bu"
"Ibu mau pesan dulu, kalau Ibu ngobrol terus gak datang-datang pesanan Ibu"
"Iya Bu"
"Siapa Bee?"
"Pasien Ara dulu Bang"
"Bee hotspot? Abang habis kouta"
"Hem...nih nyalakan sendiri" ucap Ara sambil menyodorkan hp nya. Ia tidak takut Azam melihat hpnya, karena tidak ada rahasia yang ia sembunyikan di hp itu.
Jangan kada ingatlah votenya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...