9

9.4K 679 13
                                    

Krringg!!!

Jam beker ku berbunyi di angka 04.55 menandakan waktu subuh telah tiba. Suara adzan telah berkumandang sejak beberapa menit yang lalu. Dengan mata yang masih belum terbuka sempurna, aku bergegas mengambil air wudhu untuk segera menunaikan sholat subuh.

Setelah selesai sholat  subuh aku memutuskan untuk kedapur, membuat secangkir kopi yang menemani hari ku. Hari ini aku kena shift malam jadi ada masa untuk menghabiskan waktu siangku diam di rumah sambil membaca novel.

Pagi yang cerah di kota Bandung, namun udara dingin begitu terasa menusuk tulang. Meski udara tak begitu bersahabat, hal itu tak sedikitpun menghambat masyarakat Bandung untuk tetap beraktivitas seperti biasanya. Lalu lalang kendaraan bermotor tetap menjadi penghias suasana dingin pagi ini.

"Pagi Bunda"

"Pagi sayang, buat apa tu?"

"Kopi"

"Shift malam?"

"Iya Bunda"

"Pantas belum mandi masih pakai baju tidur"

"Hari libur waktunya untuk libur mandi"

"Dokter jarang mandi? Apa kata orang-orang"

"Bukan jarang Bun, malas!"

"Sama aja. Nih mau ikut Bunda ke Kafe gak?"

"Enggak, Ara mau lanjut baca novel"

"Bunda iri sama novel"

"Kenapa iri sama novel?"

"Iyalah, kamu banyak meluangkan waktu kamu bersama novel"

"Halah...halah...halah...cemburu nih?"

"Iyalah"

"Nanti kapan-kapan ya Bun. Ara mau ke belakang dulu" ucapku sambil membawa secangkir kopi dan juga novel.

Tempat yang menjadi favorit ku untuk membaca adalah Taman belakang, suasananya nyaman, sejuk karena banyak pepohonan, di tambah lagi di depan ku ini ada kolam renang dan air mancur.

"Alhamdulillah...masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara pagi ini" Aku memejamkan mataku, menikmati hembusan angin pagi yang dingin ini.

"Woy!"

"Astaghfirullah...Azam! Kok bisa di sini?"

"Aku mau ngajak kamu joging, yuk"

"Lah...aku baru saja mau santai, mau baca ini"

"Wah novel baru lagi? Liat" ucapnya langsung mengambil novel yang ada di tanganku

"Kamu ini kebiasaan ya seperti itu, kalau mau minjam itu baik-baik"

"Sepertinya ini seru, cerita tentang apa?"

"Jadi tokoh utama dalam cerita ini suka dengan sahabat kecilnya, namun sahabatnya tidak tau kalau dia menyukainya, sahabat ini sudah mau menikah, dan akhirnya dia terluka, karena ia tidak bisa bersatu dengan sahabatnya itu"

"Hem...seperti kita kan?"

"Maksudnya?"

"Ya siapa tau kamu suka aku, tapi aku tidak tau, nanti tiba-tiba saja aku nikah dengan orang lain dan kamu sakit hati"

"Na'udzubillah Zam, turunkan sedikit rasa ge'er kamu itu"

"Dah ayo kita joging. Itu kopi?"

"Iya"

"Minta" ucapnya langsung meminumnya

"Bekas aku?"

"Gak papa, gak ada racunnya kan? Dah ganti baju"

"Iya-iya. Lain kali kalau mau ngajak kabarin dulu, dan satu lagi, kalau mau ketemu jangan asal masuk, syukur aku pakai hijab"

"Jangan ceramah sana ganti baju"

"Iya" Aku bergegas melangkah menuju kamar, mengganti pakaianku. Azam yang dulu masih saja sifatnya, suka muncul tiba-tiba.

Selesai ganti pakaian, aku kembali turun dan menemuinya. Ingin menyelesaikan membaca novel itu gagal, gara-gara dia.

"Ayo"

"Cantiknya"

"Iyalah aku cantik, makanya banyak yang suka, tapi gak ada yang serius"

"Haha kesian. Ayo"

"Bun Izin keluar"

"Iya, hati-hati"

"Iya Bun"

"Bun Azam bawa Ara"

"Iya Zam, nanti makan di sini ya" ucap Bunda

"In Syaa Allah"

Aku dan Azam melangkah pergi menuju taman terdekat yang ada di sini. Cukup jalan kaki saja kami bisa sampai di taman itu. Sebenarnya rumah Azam dan rumahku cukup jauh, tapi aku belum pernah ke rumahnya, karena dia tinggal sendirian di sana.

"Dulu kalau hari minggu kita sering begini ya Ra, joging bersama-sama, btw teman-teman yang lainya apakabar ya? Masih ingat kah mereka sama aku? Atau aku yang lupa mereka"

"Iya ya Zam, pulang habis joging mandi di rumah kolam rumah Haikal"

"Iya, di mana dia sekarang?"

"Masih di sini kok, dia kerja kantoran"

"Suka banget mandi di kolam renang orang, kolam sendiri jarang di pakai"

"Betul tuh betul padahal sendiri punya kolam, suka banget mandi di rumah orang. Sebagian teman sd kita sudah menikah Zam"

"Oh ya? Wah...sudah sampai jodoh mereka"

"Iya. Kamu kapan?"

"Jangan di tanya. Kita makan batagor yuk"

"Baru sampai sudah mau makan"

"Aku yang bayarin"

"Yaudah"

Dan akhirnya kami berdua duduk di kursi sambil menunggu batagor, padahal lari pun belum.

Suasana di taman ini sangat ramai, orang-orang yang datang ke sini kebanyakan yang ingin joging di kawasan ini.

"Hei kenapa ngelamun? Makan batagor dulu" ucapnya, aku tersenyum, lalu mulai menyantap batagor yang sudah ada di samping ku.

"Dari dulu kesukaan masih saja batagor"

"Iyalah, batagor mana pun aku suka"

Sesekali aku melirik kearahnya, Azam banyak berubah, ia mampu membuat ku kagum.

Beberapa menit makan batagor, kami langsung memulai berlari kecil mengelilingi taman ini. Kami berdua lari berdampingan, entah kenapa aku suka dengan posis ini, Azam sahabat ku sekarang ada disamping ku.

"Aw..."

"Eh kenapa?" tanyanya

"Sakit Zam, kepeleset"

"Makanya jalan itu liat jalanya, duduk sini, pelan-pelan" ucapnya lagi

"Sakit Zam"

"Aku izin memegang kaki kamu ya?"

"Untuk apa?"

"Aku mau memijat nya"

"Bisa?"

"Iya, sudah diam, kalau di diamkan bisa tambah parah" Azam memijit pelan kakiku yang sakit, ia menggerak-gerakkan kakiku, posisinya saat ini sangat dekat denganku, wajahku berhadapan dengannya. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, entah akupun tidak tau perasaan apa ini, apa aku menyukainya?

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang