Menunggu

8K 608 30
                                    

Ara duduk di kafe, sambil menunggu Farah yang ingin bertemu denganya. Kopi yang ia pesan sudah habis ia minum. Sekarang Ara dan Farah tidak bisa sering seperti dulu, makan siang bersama, ngobrol-ngobrol karena mereka sudah tidak satu tempat kerja lagi.

"Woy" Farah mengejutkan Ara

"Ya Allah...datang itu ngucap salam, bukan woy, agama apa kamu?"

"Astagfirullah segitunya pertanyaan kamu"

"Ulang-ulang"

"Harus di ulang?"

"Iya"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam. Ukhty, silakan duduk. Nah...gini kan enak. Kemana aja? Sudah hampir setengah jam aku nunggu, tau gak waktu itu adalah emas sayangkan emas dibuang sekarang harga emas mahal!"

"Sabar-sabar ustadzah, izinkan hamba menarik napas dulu"

"Kenapa telat? Janji setelah dzuhur, ini jam berapa?"

"Jam 2, kan habis dzuhur, syukur aku datangnya jam 2 enggak datang jam 3 itukan namannya sama, habis dzuhur waktunya lama"

"Dah...sudah...katanya mau ngenalin calon suami? Mana? Gak keliatan batang hidungnya?" tanya Ara

"Sabar-sabar...lagi otw"

"Sama kaya kamu, lagi otw, tapi aku tunggu gak datang-datang"

"Lagi pms ya Bu?"

"Iya makanya jangan bikin mood saya rusak"

"Ya Allah...takut juga kalau liat Ibu marah-marah. Tuh dia"

"Assalamualaikum"

"Abang?"

"Jawab salam dulu kek"

"Wa'alaikumussalam"

"Jadi Abang?"

"Iya, Abang Adam calon suamiku Ra"

"Ya Allah...kok bisa?"

"Ya bisalah"

"Farah ini loh Bang yang ingin Ara kenalkan dari dulu, tapi gak jadi-jadi Abang selalu sibuk"

"Beneran Ra?" tanya Farah

"Iya Abang Adam mau cari istri Dokter"

"Kami berdua kenal saat di Bandara yang ngantar kamu, dua tahun kenal Abang langsung aja melamar dia"

"Maa Syaa Allah...cocok kok, kapan akad?" tanya Ara. Begitu banyak berita yang tidak ia ketahui tentang orang-orang terdekatnya.

"Satu bulan lagi"

"Amboi nih yang di depan senyum-senyum sendiri. Sudah siap nih nikah?"

"In Syaa Allah siap!"

"Ya Allah menjawabnya pun tegas, huh...gak nyangka kita akan jadi keluarga beneran Far"

"Iya Ra...aku akan jadi Kakak sepupu kamu"

"Ugh...gak sabarnya. Andai aku masih punya nomer kamu mungkin aku gak ketinggalan berita"

"Kan...gak papa deh, yang penting kamu sudah tau"

"Iya. Kalian gak mau minum?"

"Mau lah. Sudah habis?" tanya Adam

"Iya saking lamanya nunggu kalian" Farah dan Adam tertawa melihat Ara.

"Maaf..."

"Abang...kalau Farah sudah memberikan kepercayaan dengan Abang, jaga kepercayaan itu baik-baik"

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang