Satu tahun sudah kami menikah. Penantian kami untuk menunggu kehadirannya akhirnya berubah manis. Tadi Dokter Salsa bilang aku positif hamil, usianya sudah menginjak tujuh minggu, aku tidak sadar, sudah tujuh minggu ia berada di perut ku, memang akhir-akhir ini aku sering merasa pusing yang hebat, tapi tidak ada gejala mual-mual. Sungguh ini berita yang sudah lama aku nanti-nanti.
Dan tepat di hari ulang tahun pernikahan kami yang pertama, aku tau bahwa aku positif hamil, ini sungguh kado terindah yang Allah berikan untuk kami, sungguh Indah rencana Allah yang sudah merancang ini semua, ternyata ini sebab Allah tidak memberikan apa yang kami mau, karena Allah ingin memberikannya sebagai kado ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Aku sangat-sangat bahagia dan bersyukur, Allah percayakan kami berdua untuk menjadi orang tua.
Aku memejamkan mataku, menikmati angin sore di balkon kamar. Aku duduk sendirian, Abang sedang keluar ada sesuatu yang ia cari. Baru beberapa menit yang lalu aku sampai di rumah, setelah pulang dari klinik.
Alhamdulillah, aku bisa menikmati hidup ini lagi, aku masih di berikan kesempatan untuk menghirup udara lagi, aku masih di berikan kesempatan untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi, dan yang membuat aku bersyukur adalah, Allah jaga keluarga kecilku, setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, hubungan aku dengan Abang lebih membaik, tidak ada pertengkaran hebat yang menghampiri keluarga ku, ku harap itu tidak akan terjadi.
"Bee..."
"Abang dah pulang?"
"Masuk, sudah sore"
"Abang dari mana?"
"Sesuatu. Ayo masuk. Oh iya malam ini kita keluar yuk, Abang mau mengajak Bee ke suatu tempat"
"Ke mana?"
"Rahasia"
Aku memegang tangan Abang yang kini berdiri di depanku. Tiba-tiba aku merasa pusing.
"Bee kenapa?"
"Gak papa Bang"
"Kita masuk" Aku mengangguk mengiyakannya.
Aku dan Abang melangkah masuk ke dalam kamar. Hari sudah mulai senja, tidak akan lama lagi senja akan di gantikan oleh sang malam.
****
Azam mengajak Ara dinner di sebuah restoran yang ada di Bandung. Mata Ara Azam tutup dengan kain hitam. Ia ingin memberikan surprise untuk Ara. Hari ini hari yang spesial bagi mereka, karena hari ini adalah hari satu tahun mereka menikah, satu tahun mereka sudah hidup bersama, satu tahun juga sudah mereka menghabiskan waktu bersama.
"Abang ini di mana?" tanya Ara. Azam terus memegang tangan Ara, menunjukkan jalan karena matanya sedang tertutup.
"Kita sudah sampai Bee. Abang lepaskan dulu penutupnya"
"Cepat Ara sudah tidak sabar lagi"
"Satu...dua...tiga..."
"SURPRISE!"
Saat Ara membuka matanya ia terkejut karena ada keluarga besarnya yang ada di situ, tidak hanya itu, tempatnya membuat Ara takjub, banyak lilin yang menerangi area meja makan itu, ada kue besar, dekorasinya sangat Indah, di tambah lagi dengan pemandangan dari atas. Ara mampu melihat rumah dan bangunan dari atas.
"Ada Bunda, Ayah, dan ada Mama dan Papa? Ya Allah...ini beneran kalian? Ara kira kita cuma berdua"
"Tidak sayang, kita merayakannya bersama keluarga" Azam menarik napasnya dalam-dalam lalu. "Terimakasih Bee, sudah menemani Abang selama satu tahun ini, makasih sudah menjadi istri yang baik untuk Abang, terimakasih atas segalanya Bee, Abang bersyukur, mempunyai seorang istri seperti Bee, Abang bahagia hidup bersama Bee, maafkan Abang jika selama ini Abang belum bisa menjadi suami yang baik untuk Bee, tapi Abang akan terus berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk Bee. Maafkan Abang jika selama ini Abang punya salah pada Bee, maafkan atas segala kesalahan Abang. Jangan lelah untuk mendampingi Abang, tetap berada disisi Abang" Azam mencium punggung tangan Ara dengan lembut. Mata Ara berkaca-kaca itu terharu mendengar ucapan Azam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...