Dengerin musik di atas yuk, lagu yang pas untuk part ini
.
.
Happy reading
.
.Aku senang, apa yang aku inginkan terkabulkan. Aku sudah membuka klinik kesehatan yang ku namakan klinik Kiara. Segala peralatan dan alat-alat lainnya sudah terpenuhi, aku juga sudah ada Dokter yang akan membantu ku di klinik ini, dan ada beberapa orang lagi yang membantuku. Meski belum lengkap setidaknya kami sudah mulai beroprasi. Klinik ini akan buka selama 24 jam, nanti akan bergiliran yang akan kena shift malam.
"Hindari makanan yang berlemak ya Bu, makanan yang asem-asem dan kurangi makan-makanan yang pedas, nanti asam lambung Ibu naik lagi"
"Iya Bu Dokter"
"Jangan iya aja Bu, kerjakan apa kata Bu Dokter" ucap sang Anak
"Ini resep obatnya, obat yang dapat menetralkan asam lambung"
"Makasih Bu Dokter"
"Iya Bu"
"Kami pergi dulu"
"Iya" jawabku sambil tersenyum manis. Aku melangkah keluar ruangan ku.
"Ada pasien lagi gak?"
"Gak ada Dok, Dokter boleh istirahat, jika ada, nanti saya kasih tau Dokter Lina yang menanganinya"
"Iya saya mau ke luar, kalau ada hal apa-apa telpon ya"
"Iya Dok"
Aku melangkah pergi meninggalkan klinik. Kini sudah waktunya untuk beristirahat, dan perut ku sudah sangat lapar, ingin segera diisi makanan.
Aku pergi menggunakan mobil, pergi ke taman untuk mencari makanan, biasanya di taman banyak pedagang makanan yang berjualan disana.
Sesampainya di taman, aku langsung keluar mobil dan menuju grobak batagor langgananku.
"Batagor Dua bungkus ya Pak"
"Eh Neng, lama Bapak gak liat"
"Baru pulang dari Malaysia Pak"
"Owalah pantas Neng gak pernah ke sini lagi. Tunggu ya Neng, Bapak gorengkan dulu"
"Iya Pak" Sambil menunggu, aku memainkan hp ku, tidak ada kabar dan chat yang aku tunggu, biasanya hanya Farah teman chatan ku, kadang juga sahabat di Malaysia yang menghubungi ku.
"Ara" suara itu mengagetkan ku.
"Azam?" Pria yang aku rindukan kini ada di depanku.
"Beneran ini kamu?" tanyanya
"Iyalah masa arwahnya? Datang dari mana Pak Haji?" tanyaku sambil menatap peci yang ia pakai.
"Eh lupa. Tadi habis sholat di sebrang sana? Kamu sudah sholat?"
"Belum"
"Ish...jadi lupa tadi aku mau memarahi kamu. Kenapa kamu pergi tanpa pamit? Kenapa Ra?" Azam menatapku.
"Maaf...bukan maksudku tidak ingin pamit, tapi...aku tidak ingin mengganggu hari kebahagiaan kamu Zam"
"Namun pada nyata nya itu hari terburuk yang pernah ada dalam hidupku Ra"
"Karena aku kah? Maaf Zam"
"Tega kamu Ra pergi tanpa bilang-bilang. Aku sangat-sangat sedih karena kamu pergi. Semenjak kamu pergi ada sesuatu yang hilang pada diriku, kamu tau? Kebahagiaan yang selama ini aku rasakan bersama kamu tidak aku temukan lagi, sungguh hari-hari ku tak sebahagia dulu saat kita bersama Ra, aku merasa kehilangan kamu Ra, aku sangat-sangat merindukan momen kita bersama, makan siang bersama, joging bareng, ke mall, sungguh aku rindu" Aku menatap Azam, sungguh aku juga merindukan momen itu,aku sangat-sangat rindu, sebelum dia mengatakan dia merindukanku.
"Aku juga rindu, inilah alasan kenapa aku kembali Zam, salah satunya karena aku merindukan kamu, aku ingin bertemu kamu, aku ingin memastikan apakah kamu baik-baik saja"
"Jadi kamu ke mana? Bunda, Ayah tidak mau memberi tahu dimana kamu, Farah juga ikut-ikutan tutup mulut"
"Aku tidak pergi jauh kok, aku melanjutkan kuliah di Malaysia. Maafkan aku" Aku takut melihat wajahnya yang marah denganku, aku rasa ia kecewa.
"Oke aku maafkan asal" kini ekpresi wajah Azam berubah
"Asal apa?"
"Teraktir aku makan batagor?"
"Gampang, pesanlah aku bayar"
"Yes...makasih...Batagor satu Pak. Sekarang sudah selesai kuliah?"
"Sudah, dan sekarang tidak ada alsan lagi yang membuat ku pergi meninggalkan Indonesia"
"Sekarang kerja?"
"Iya, buka klinik tapi baru saja sih"
"Alhamdulillah...Aku sudah tidak kerja di rumah sakit dulu, aku di pindah di rumah sakit yang ada di dekat sini"
"Sudah lama?"
"Sekitar setahun"
"Mama apakabar?"
"Mama baik, Papa baik. Kamu baik kan?"
"Alhamdulillah baik. Kamu kurusan ya?"
"Iya, akhir-akhir ini memang makan sedikit"
"Kenapa?"
"Mikirin kamu"
"Halah..."
"Disana sama siapa?"
"Aqila, dia juga melanjutkan di Universitas yang sama, sekelas lagi"
"Pantas berani ke sana"
"Ini Neng batagor nya. Ini punya Mas, makan di sini kan?"
"Iya Pak"
"Ini uangnya sama punya Azam"
"Temenin aku" ucapnya
"Iya-iya" Aku menatap Azam yang sedang menikmati batagor. Sebuah kebetulan kami bisa bertemu disini. Dua tahun tidak bertemu, sekarang Allah mempertemukan kami lagi. Aku berjanji pada diriku sendiri, agar tidak terlalu akrab lagi denganya, agar tidak selalu berdua dengannya, dan membatasi pergaulan kami, karena ada hati yang aku jaga. Aku pasti akan melupakan perasaanku ini.
"Woy mandangnya gitu amat? Aku tau, aku handsome, aku tau kamu rindu, tapi jangan natap aku kaya gitu"
"Sifat kamu gak berubah ya, masih saja pede setinggi langit"
"Kamu juga gak berubah, tapi..."
"Tapi apa?"
"Kamu tambah cantik"
"Uwek...muntah aku dengernya Zam"
"Tuh cincin tunang?"
"Eh kok tau?"
"Cuma nebak, siapa tau lama pergi sudah jadi tunang orang lain"
"Pinter kamu nebak Zam"
Dret...
Ponselku berbunyi, pertanda ada seseorang yang menelepon.
"Hallo Assalamualaikum"
"^_^"
"Iya saya akan kembali" Aku memutuskan sambungan telepon.
"Zam aku harus kembali ke Klinik. Ada beberapa pasien"
"Hem...iyalah, hati-hati. Makasih batagornya"
"Iya sama-sama. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Aku langsung pergi meninggalkannya.
Tidak masalah jika bertemu hanya sebentar, setidaknya aku bisa melihatnya, dan memastikan dia baik-baik saja.Jangan lupa votenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Fiksi RemajaDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...