Dua minggu sudah waktu berlalu, aku masih berada di Kuala lumpur, bukan tidak ingin pulang, tapi urusanku di sini belum selesai, sebenarnya aku sangat-sangat merindukan Abang, aku ingin ketemu Abang, aku ingin memeluk Abang, aku tidak tau seperti apa Abang tanpa ku. Di sini aku hanya sendirian, menenangkan diri dan pikiran, pekerjaan dan masalah membuatku stres, sehingga aku membutuhkan waktu untuk sendirian.
Aku tidak tau kabar keluargaku bagaimana, sengaja tidak ku aktifkan handphone yang selalu ku pakai itu, karena aku tidak ingin di ganggu, untuk bisa chatingan dengan sahabat-sahabat ku di sini, aku menggunakan hp yang satunya, hp yang sangat jarang aku gunakan.
Saat ini aku sedang berada di sebuah kampung, kampung yang cukup jauh dari rumahku. Aku ke sini karena ikut Mak Sanah pulang ke kampung beliau. Suasana kampung mampu membuat hatiku tenang, rasanya tenang, jauh dari keramaian, suasananya nyaman, di depan sana ada hamparan sawah yang luas. Di kota aku tidak akan menemukan suasana seperti ini, suasana yang tenang dan nyaman.
Aku sedang duduk di sebuah gubuk kecil yang ada di depan rumah, sambil menikmati keindahan sawah yang ada di depan ku, ditambah lagi dengan hembusan angin yang kencang membuatku semakin merasa nyaman berada di sini.
"Kak Ara tengok kitorang bawa durian"
"Ya Allah banyak nya" satu persatu anak-anak yang menghampiriku membawa durian
"Iyelah, baru je jatuh"
"Pasti enak"
"Sini Mak buka"
"Uwu...gak sabarnya nak makan" ucapku yang sudah ngiler mencium aromanya.
"Duduk baik-baik. Iman bantu Mak Sanah buka"
"Iya Mak"
"Ini semua dari kebun Mak ya?"
"Iya Ra, kebun peninggalan arwah Atok"
"Rasanya sedap Kak"
"Manis"
"Nah dah siap. Makanlah Ra" Aku langsung mengambil durian itu, lalu memakannya
"Ugh...sedapnya" Durian yang aku makan ini benar-benar enak dan manis. Makan durian di gubuk bambu sambil melihat hamparan sawah membuatku merasa senang, ini belum pernah aku lakukan dalam hidupku.
"Mak Ai nak"
"Ai pun nak"
"Makan puas-puas. Pagi nanti kita cari lagi"
"Siap Mak"
"Suka tak kat sini?" tanya Mak Sanah
"Suka Mak, suasananya nyaman. Mak sering pulang ke sini?"
"Iya. Mak pun suka kat sini, tapi Mak tak boleh duduk kat sini, pekerjaan ada di kota macam mana. Ambillah lagi, tuh masih banyak"
"Iya Mak, tapi Ara tak boleh makan durian banyak-banyak Mak, gak kuat"
"Nanti masukan air ke dalam sini, terus minum menggunakan ini"
"Gitu Mak?"
"Iya...setiap penyakit pasti ada obatnya kan? Ha...inilah obatnya"
Aku menatap anak-anak yang cepat-cepat makan durian, mereka terlihat bahagia menyantap durian itu.
Setelah hampir setengah jam makan durian, akhirnya durian yang banyak tadi habis kami makan bersama, momen yang sangat langka.
"Dah sore, Ara nak mandi? mandi kat sungai ye, air sini susah Ra"
"Sungai Mak?"
"Ha...Ara tak biasa ye mandi kat sungai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...