Lega

8.1K 558 11
                                    

Hari ini, Azam kembali mengantar Ara bekerja, setelah tiga minggu cuti, Ara kembali ke rutinitas sehari-hari, bekerja sebagai seorang Dokter.

"Nanti makan siang Abang jemput ya Bee"

"Iya Abang sayang. Hati-hati"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab Ara. Setelah mobil Azam pergi, Ara melangkah masuk ke dalam klinik.

"Ara"

"Farah...aa...kamu ngapain di sini?"

"Kata Abang kamu sudah mulai kerja jadi aku tunggu deh kamu di sini. Aku rindu"

"Sama..." Ara memeluk Farah yang ada di depannya

"Eh jangan erat-erat kesian baby"

"Ups...lupa, dah mulai besar ya"

"Alhamdulillah. Kabur ke mana?"

"Eh aku gak kabur, aku cuma pergi"

"Gak kabur katanya, orang sibuk mencari kamu Ra, aku ikut panik, di telpon gak angkat, di chat gak di balas, boro-boro di balas di baca aja gak"

"Ulu...maaflah, sengaja hp di matiin biar gak ganggu. Kamu ke sini gak kerja?"

"Kerjalah, nih mau pergi, aku cuma mau memastikan kamu baik-baik saja, aku tidak tenang jika tidak bertemu kamu"

"Aa...makasih lah dah menyempatkan ke sini, nanti aku cerita"

"Oke aku tunggu. Tuh Abang sudah nunggu. Aku kerja dulu, nanti kita ketemu lagi"

"Iya. Makasih ya"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam. Abang" ucap Ara sambil melambaikan tangan ke arah abang sepupunya.

"JANGAN KABUR LAGI" ucap Adam di dalam mobil. Setelah mereka pergi. Ara melangkah masuk ke dalam klinik.

"Dokter Ara"

"Ya Allah ini beneran Dokter?"

"Dokter lamanya cuti, melebihi cuti honeymoon kemarin"

"Dokter baik-baik saja?"

"Dokter ke mana?"

"Sudah nanya nya? Ini benar-benar saya. Alhamdulillah saya baik. Maaf karena sudah membuat khawatir, makasih sudah membantu suami saya mencari saya. Sebenarnya saya pergi ke Malaysia, menjalani pengobatan di sana"

"Pengobatan?"

"Dokter sakit?"

"Ara?"

Ara menghampiri wanita itu,
"Kak Hana. Apa kabar? Klinik bagaimana? Makasih Kak makasih sudah menjaga klinik ini"

"Alhamdulillah Kakak baik, seharusnya Kakak yang nanya, Ara baik-baik aja kan?"

"Ara baik sangat baik, lebih baik dari dulu. Kak kita lanjut ngobrol di dalam. Oh iya ini oleh-oleh dari Malaysia. Dara tolong bagaikan bingkisan itu ada namanya kok"

"Wah banyak banget Dok. Siap laksanakan"

"Makasih Ra. Ayo Kak" ucap Ara menuju ruangannya.

"Ara"

"Eh Kak Bilqis. Oh iya makasih ya Kak sudah menggantikannya tugas saya selama saya gak ada"

"Itukan sudah kewajiban saya bekerja di sini. Kamu sehat Ra?"

"Alhamdulillah sehat Kak. Eh duduk Kak"

"Dah ceritakan, Kakak sudah tidak sabar mendengarkan cerita kamu" ucap Hana yang kini sudah siap mendengarkan cerita Ara, Hana salah satu orang yang suka mendengarkan cerita dari Ara, kadang Ara juga menceritakan tentang novel-novel yang sudah ia baca.

"Bee" Ara menatap pria yang di depannya, Ia mengerutkan keningnya, bingung tiba-tiba Azam ada di situ. Ara melangkah menghampiri Azam yang masih berdiri di depan ruangannya.

"Ada apa Abang?"

"Rindu"

"Is...kenapa kembali?"

"Bee lupa ini" Azam menyodorkan handphone Ara. "Bee meninggalkannya"

"Ya Allah...lupa Bang. Makasih sudah mengantarkan ini"

"Amboi...wajah Azam seperti berseri-seri, bahagiakan dah ketemu istri tercinta" ucap Hana

"Pastilah Kak" Azam mencubit hidung Ara. Tanpa Ara sadari Bilqis memperhatikan mereka. Ia terkejut saat Hana menyebut kata 'Istri' tidak hanya itu, Bilqis terkejut saat Azam mencubit hidung Ara di depannya. Sedang ia masih mempunyai perasaan suka pada pria itu.

"Bee...Abang kerja dulu. Jangan rindu kata dilan berat, biar Abang aja" Bilqis semakin merasa tidak nyaman melihat kemesraan mereka berdua. Tiba-tiba mata Ara tertuju pada Bilqis, ia baru sadar ada Bilqis di dalam sana, senyuman Ara memudar saat ia melihat ekspresi wajah Bilqis.

"Abang pergi..." Ara mendorong Azam agar pria itu segera pergi.

"Lihat Kak, tadi bersikap manis ini tiba-tiba ngusir" ucap Azam

"Ara banyak kerja. Abang pergi ya, Abang juga sudah telat"

"Ya udah Abang pergi. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab Ara. Ia bingung harus berkata apa pada Bilqis. Ara mengigit bibirnya, ia gugup, akhirnya Bilqis tahu hubungan mereka.

"Kak Hana. Nanti saja ya Ara ceritanya, tuh sudah ada pasien"

"Oh iya sudah jam setengah sembilan ya?  Ya udah nanti cerita ya"

"Iya Kak. Nanti Ara sendiri yang keruangan Kakak"

"Sip. Kakak ke ruangan dulu"

"Iya Kak" jawab Ara. Bilqis masih terdiam menatap Ara. Itu yang membuat Ara bingung untuk berkata apa.

"Kak Bilqis" ucap Ara yang akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Berapa lama kalian sudah menikah?" tanya Bilqis yang masih Setia menatap Ara.

"Hampir tujuh bulan. Maaf...maaf saya tidak jujur dengan hal ini"

"Kenapa? Kenapa harus sembunyi Ra?"

"Karena saya ingin menjaga perasaan Kakak, tapi saya tau suatu hari nanti Kakak pasti akan tau juga tentang hal ini"

"Menjaga? Karena ketidak jujuran kamu membuat saya kembali berharap, membuat saya ingin memperjuangkannya lagi. Jadi...ja...jadi waktu di Kafe itu saya sedang berbicara dengan suami kamu? Bagaimana perasaan kamu Ra? Tau Azam bertemu saya?"

"Cemburu. Tapi Abang sudah cerita Kakak bertemu dia karena ingin meminta maaf"

"Astaghfirullah...andai dari awal saya tau, saya tidak akan seperti ini Ra, saya tidak akan berharap untuk kembali lagi. Ara...maaf...maaf sudah membuat kamu merasa cemburu" ucap Bilqis. Ara yang tadi menunduk, kini mengangkat kepalanya menatap Bilqis.

"Ara yang minta maaf karena tidak jujur"

"Dah yang penting saya sudah tau tentang hal ini, saya janji akan membuang perasaan ini jauh-jauh Ra, saya tidak mungkin merebut kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan saya sendiri, tidak itu bukan saya. Setelah saya tau Abang sudah menikah saya akan berusaha membuang perasaan ini Ra, kamu tenang saja"

Ara menghampiri Bilqis lalu memeluknya. "Makasih Kak" ucapnya. Ada satu beban yang hilang, Ara merasakan tenang mungkin karena rahasianya sudah terbongkar yang membuatnya merasa plong.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang