Tidak Percaya

8.1K 614 35
                                    

Ara memandang ke luar jendela mobil, ia dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu Azam, pria yang sangat ia rindukan, tidak hanya Azam, Ara juga merindukan keluarganya, ia sudah tidak sabar untuk bertemu mereka semua.

"Rumahnya yang mana?"

"Terus aja Pak" jawab Ara

Tidak lama kemudian Ara sampai di depan rumahnya. Ada satu hal yang membuatnya bingung. Di rumahnya ada banyak orang yang berdatangan. Ara keluar dari mobil sambil menarik kopernya. Ia bingung tiba-tiba rumahnya banyak orang-orang, ia pikir mungkin ada acara. Ara tersenyum manis dengan orang-orang yang menatapnya, ia menjadi pusat perhatian.

Ara masuk ke dalam rumahnya, rumah yang hampir tiga minggu ia tinggalkan. Namun tiba-tiba Ara terdiam ketika matanya tertuju pada seseorang yang tengah terbujur kaku tertutupi selimut putih. Ara mengalihkan pandangannya pada Arini, Arini yang tengah menangis, tidak hanya Arini sang Bunda juga ada di situ, tengah menangis. Ara semakin bingung apa yang terjadi. Ara melangkah maju untuk lebih dekat lagi. Perlahan Ara menghampiri sang Bunda, dan mertuanya, ia duduk di samping Karin yang sedang memeluk Arini. Ara memberanikan dirinya untuk membuka selimut putih itu. Saat membukanya, Ara tersentak kaget melihat siapa orang di balik selimut itu.

"ABANG!" Ara berteriak histeris melihat Azam yang sudah terbujur kaku tidak bernapas lagi. Ara menggoyangkan tubuh Azam, berharap Azam bangun.

"ABANG...JANGAN TINGGALKAN ARA...ABANG BANGUN..."

"Ini gara-gara kamu Ra! Ini karena KAMU!" Arini berteriak sambil menatap Ara.

"Pergi dari sini Ra! Kamu tidak pantas berada di sini! PERGI!" Karin ikut menyalahkan Ara. Ara menangis sambil menatap sang Bunda, ia tidak percaya apa yang terjadi saat ini.

"ABANG BANGUN...hiks...Ara gak mau sendiri...maafkan Ara Bang...maafkan Ara...Ara gak pergi lagi...Abang bangun..."

"Percuma minta maaf. Sekarang kamu PERGI!" Bukan suara Arini atau Karin, melainkan suara Rayyan, sang Ayah ikut mengusirnya. Ara semakin takut melihat orang tuanya yang menatapnya tajam.

"Tidak ada gunanya kamu di sini Ra" ucap Afnan yang sedang berdiri di depanya.

"ABANG!"

"ABANG"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Astaghfirullah...ya Allah...mimpi?" Ara mengusap kasar wajahnya, ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 4 Sore.

"Astaghfirullah...Alhamdulillah ternyata mimpi" ucap Ara. Ia berkeringat dingin karena mimpi itu, Ara mencoba untuk menenangkan dirinya dengan cara beristighfar. Mimpi buruk itu membuatnya takut, takut jika hal itu menjadi kenyataan.

Setelah dirinya mulai tenang Ara melangkah menuju kamarnya, ia baru ingat, ia terlewatkan sholat Ashar karena ketiduran di sofa ruang tamu.

*****

Sore telah tiba, Ara gunakan sedikit waktu sore untuk mencabut rumput-rumput liar yang ada di pinggir pagar rumahnya, tidak ada kegiatan di sore hari. Lama kelamaan ia mulai bosan, bosan karena terlalu banyak waktunya diam di rumah dan tidak mengerjakan apa-apa. Tiba-tiba mata Ara tertuju pada rumah yang ada di samping rumahnya, rumah itu tidak berbeda, Ara tidak tau apa ada penghuninya setelah keluarga Haris  memutuskan untuk pindah. Ara kembali teringat dengan Haris, orang yang pernah singgah di hidupnya, Ara hanya bisa mendoakan, semoga dia tenang di alam sana.

"Assalamualaikum"

Ara mengalihkan pandangannya, "Wa'alaikumussalam" Ara terdiam menatap orang itu, orang itu melangkah mendekati Ara, sedangkan Ara, ia masih terdiam.

"Hai...tidak rindu dengan Abang?"

"Abang..." Ara langsung berlari menujunya lalu memeluknya, "Ini beneran Abang kan? Abang kenapa bisa ada di sini? Abang Ara mimpi? Abang cubit Ara" Azam terkekeh mendengar pernyataan Ara

"Sakit gak?"

"Aw...sakit Bang"

"Artinya Bee tidak mimpi"

"Abang...maafkan Ara...maafkan Ara yang pergi tanpa pamit, maafkan Ara yang meninggal Abang, maafkan Ara Bang" Ara terus mencium punggung tangan Azam.

"Sudah Abang maafkan, asal jangan di ulangi lagi" ucap Azam sambil memegang pipi Ara

"Ara janji! Ara gak akan mengulangnya. Abang...Ara senang bisa bertemu Abang, Ara bersyukur Ara di berikan kesempatan untuk bertemu Abang lagi"

"Abang juga bersyukur Abang bisa menemukan Bee, Abang bersyukur Allah pertemukan Abang dengan Bee, awak rindu abang tak?"

"Mestilah Ara rindu"

"Abang juga rindu Bee, rindu mendengar suara Bee, Abang kesepian tidak ada Bee, Abang seperti orang gila karena Bee pergi, tega Bee meninggalkan Abang, Abang cari Bee ke mana-mana tapi gak ketemu juga"

"Maafkan Ara Bang. Tapi kenapa Abang tau Ara ada di sini?"

"Aqila yang bilang, ia tebak Bee pasti ada di Malaysia, entah dia pun tidak tau kenapa bisa berpikiran seperti, dia berikan alamat Bee pada Abang dan Abang pun akhirnya menemukan kepingan kebahagiaan Abang yang sudah hilang. Bee jangan tinggalkan Abang lagi ya? Abang sangat-sangat menyayangi Bee, Abang tidak ingin kehilangan Bee" Azam memeluk Ara, tanpa Ara sadari ucapan Azam membuatnya menangis, menangis karena bersalah.

"Ara tidak akan ninggalin Abang lagi. Maafkan Ara Bang"

"Sudah tidak usah minta maaf lagi sudah banyak Bee minta maaf, yang penting saat ini Abang bisa bertemu Bee lagi"

"Abang yuk masuk, Abang pasti lelah kan? Ih gak nyangka Abang bisa berada di sini, gak nyangka Abang berhasil menemukan Ara, padahal Ara sudah minta, agar Abang tidak mencari Ara"

"Abang tidak tenang tanpa Bee" Ara mengajak Azam untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia benar-benar tidak menyangka Azam berada di rumahnya.

"Beginilah Bang rumah Ara, rumah tempat Ara tinggal dulu, rumah ini banyak kenangannya Bang, makanya Ara membelinya"

"Bee berani tinggal di sini?"

"Gak ada yang di takuti, karena ramai dengan penduduknya. Ara bikin minuman dulu ya"

Azam menarik tangan Ara sehingga Ara terduduk di atas paha Azam. "Bee sini, Abang tidak mau apa-apa Abang cuma mau Bee" ucap Azam sambil menatap Ara.

"Sudah lama Ara tidak menatap wajah Abang sedekat ini"

"Iya. Hampir tiga minggu gak ketemu Bee semakin cantik. Abang boleh cium?"

"Boleh, asal jangan minta yang berlebihan"

"Memang kenapa? Abang kan rindu"

"Nanti saja" jawab Ara sambil mengigit bibirnya. Azam langsung mencium Ara, ia rindu aroma parfum yang Ara pakai.

Rindu Azam tak?😂😂
Uwu dah jumpa, nak ape tuh?  🤣🤣
Jangan lupa votenya  ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang