13

8K 595 5
                                    

Ara dan Rafiq duduk di sofa ruang tamu sambil menonton film hantu, awalnya hanya Rafiq sendirian, setelah Ara menghampiri Rafiq ia jadi ikut menonton film hantu, sebenarnya Ara tidak terlalu suka dengan film itu, setelah ia ikuti alur ceritanya ia jadi betah menontonnya.

"Itu Kakanya ya Fiq?"

"Iya"

"Terus Ayah nya tadi mana?  Kok gak tinggal di rumah itu juga"

"Mana Rafiq tau, ditonton aja jangan nanya"

"Kalau sudah tau rumah ada penghuninya masih aja tinggal di situ, kalau Kakak sudah lama pindah" ucap Ara yang membuat Rafiq kesel, dari tadi nanya dan bicara. Itulah resikonya jika mengajak Ara nonton.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab Ara dan Rafiq

Ara terus menatap layar TV, tanpa sadar dengan orang yang baru saja datang.

"Is...Nenek datang di cuekin" ucapnya sambil mencubit Ara

"Aw...eh Nenek...Ara rindu" Ara langsung memeluk Neneknya yang dari Bogor

"Rindu juga sama Nenek? Nenek kira sudah lupa"

"Alah...Ara rindu banget sama Nenek. Nenek sama siapa?"

"Tuh Om Wildan"

"Om Wildan...Aa...Ara rindu Adik Aisah"

"Eh kira Ara rindu Om?"

"Enggak, sering liat wajah Om di Instagram. Sini Aisah"

"Kak Ara nonton apa?"

"Tuh film hantu"

"Wah...kesukaan Ais Kak, Bang Rafiq gak mau nyium Ais?"

"Umaah..." ucap Rafiq

"Nenek bawa Asinan Fiq untuk kamu"

"Makasih Nek. Jadi tambah sayang" ucap Rafiq sambil memeluk Hana

"Untuk Rafiq aja?" tanya Ara

"Iya, Rafiq suka asinan, kamu gak kan?"

"Ada bawakan Ara Risol?"

"Tara..."

"Wah...makasih Nenek...sini Ara cium dulu, tapi Ara belum mandi"

"Eh...eh...gak usah dicium, cukup bilang makasih aja" ucap Hana. Ara tertawa mendengar penolakan sang nenek.

"Ara baru saja sembuh Bu, ini sudah mendingan" ucap Karin

"Dokter kok bisa sakit, Dokter itu harus pandai jaga ksehatan" ucap Hana

"Dokter juga manusia biasa"

"Sakit apa?" tanya Anissa

"Demam Kak" jawab Karin

"Tapi sudah mendingan kok Tan, malam nanti sudah bisa bekerja lagi"

"Ara harus dijaga kesehatan itu, kalau sakit gimana? di rumah sakit banyak orang-orang yang membutuh bantuan kamu, maka dari itu harus dijaga kesehatan" ucap Anissa

"Siap Tante"

Ara langsung memakan risol yang di bawa oleh sang Nenek, sudah lama ia makan makanan itu, ia juga sudah lama tidak kembali ke rumah sang Nenek.

********

Malam ini Ara kembali berkerja, setelah empat malam izin tidak masuk, sekarang ia sudah kembali sehat dan bisa menjalankan pekerjaannya. Ia sudah rindu dengan orang-orang yang berada di rumah sakit ini.

Ara berjalan di lorong rumah sakit, keadaan sudah mulai sunyi, karena hari sudah mulai malam. Rumah sakit adalah rumah keduanya selain rumah sendiri, tempat Ara menghabiskan waktunya.

"Ara" panggilnya

"Iya Dok" Ara terdiam di depanya

"Ada yang ingin saya bicarakan. Kita duduk di sana" ucapnya sambil menunjuk bangku panjang. Ara mengangguk setuju lalu mengikutinya.

"Jadi, apa Dok?"

"Saya menyukai kamu Ara" ucapnya, Ara tak percaya mendengar ucapan Dokter Senior nya yang ada di sampingnya.

"Beneran Dok?"

"Saya benar-benar menyukai kamu Ara, saya ingin melamarmu, saya tau saya salah, tak seharusnya perasaan ini hadir, maka dari itu saya ingin mencintai kamu dalam ikatan halal" Ara bingung mau menjawab apa, ia benar-benar bingung, jantungnya berdebar-debar.

"Sa...saya belum siap untuk menikah muda Dok, sa...saya tidak pernah terpikir untuk menikah lebih cepat Dok, maaf, maaf saya tidak bisa membalas dan menerima Dokter, saya bukanlah wanita yang baik untuk Dokter, Dokter terlalu sempurna untuk saya, saya hanya wanita biasa, jauh dari kata sempurna jauh dari kata ta'at, Dokter melihat saya baik karena Allah lah yang sudah menutupi aib-aib saya, Allah tutup keburukan saya. Maaf Dok" Ara tertunduk didepannya, sekarang Ara tak berani menatapnya.

"Saya mengerti Ra, saya paham, yang penting saya sudah jujur dan sekarang saya sudah lega mengutarakan perasaan saya, jika memang kita berjodoh pasti akan Allah satukan kita kan?"

"Iya Dok, benar jika kita memang berjodoh pasti Allah satukan kita. Makasih sudah memahami saya. Saya permisi" ucap Ara melangkah pergi meninggalkan Faris.

Ara tak menyangka, Faris memiliki perasaan padanya, baru ia sadari, kebaikan yang Faris lakukan selama ini untuk memikat hatinya, namun untuk menikah cepat bukanlah keinginan Ara, ia belum siap.

"Dokter tolong periksakan Ibu, beliau mengeluh sakit kepala"

"Sudah lama?"

"Sekitar sepuluh menit an yang lalu"

Ara bergegas memasuki kamar pasien. Lalu ia langsung memeriksanya.

"Kita tensi dulu" ucap Ara mulai melakukan tugasnya.

"Lah...Tekanan darah Ibu tinggi lagi. Ibu ada makan apa? Atau minuman apa?"

"Tadi...Ibu minta belikan teh tarik"

"Hem...sepertinya teh tarik itu mengandung pemanis buatan, asupan gula tambahan dari teh itu dapat meningkatkan risiko Ibu mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, bahkan stroke. Oleh karena itu, Ibu dan Kakak perhatikan makanan dan minuman Ibu ya, makanan yang mengandung pemanis atau gula tambahan termasuk dalam penyebab darah tinggi yang harus Ibu jauhi"

"Oh gitu ya Dok, makasih ya Dok. Ibu sih minta"

"Kopi juga jangan di minum ya. Setelah ini minum obat, dan beristirahat"

"Baik Dok, makasih Dok"

"Sama-sama. Saya keruangan dulu"

"Iya Dok"

Selesai memeriksa pasien, Ara menuju ruangannya, belum sempat duduk manis sudah ada yang membutuhkan bantuannya.

"Dokter Ara...ugh...rindunya"

"Dokter sudah sehat?"

"Alhamdulillah"

"Tadi dari mana?"

"Meriksa Ibu Tiya, tekanan darah  beliau tinggi"

"Kemarin juga tensi beliau tinggi"

"Beliau gak mau ada pemantang, apa aja dimakan"

"Sudah ah bahasa itu. Mau buat laporan dulu"

"Iya Dok"

See you, makasih semuanya sudah memberikan vote untuk cerita ini❤️❤️

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang