Hal yang sudah lama aku tunggu akhirnya datang juga, Ayah dan Bunda sebentar lagi akan sampai dirumah kami, tidak hanya Ayah dan Bunda, Tante Fira dan Om Ardian orang tua Aila juga akan datang, mereka bersama-sama untuk menjenguk kami berdua. Ini kedatangan Bunda dan Ayah yang ke dua kali, sungguh aku sangat-sangat merindukan mereka berdua, aku ingin mengobati rasa rindu yang berlebihan ini. Aku sudah tidak sabar lagi bertemu mereka. Setahun lamanya kami berpisah, dan aku tidak pernah pulang, mungkin jika kuliah ku sudah selesai nanti aku akan kembali.
Tok...tok...
"Itu mereka" aku berlari menuju pintu, Aqila berlari di belakangku, kami sudah tidak sabar bertemu mereka.
"Aaa...Bunda...Ayah..." Aku memeluk mereka berdua yang ada di depanku. Aku sangat-sangat merindukan mereka.
"Ara rindu..."
"Kami juga rindu, Nak...sehat Nak?"
"Alhamdulillah Ara sehat Bun...Aa...lamanya tak jumpa..." Air mata tiba-tiba saja membasahi pipiku, air mata bahagia, karena Allah mempertemukan ku dengan mereka
"Hei jangan nangis" Bunda mengusap air mataku.
"Ara selalu berdoa agar Bunda dan Ayah ke sini, dan sekarang Allah kabulkan. Ara senang..."
"Maafkan kami yang baru sempat kesini"
"Ara paham. Tante...Om sehat?"
"Alhamdulillah kami sehat. Kalian sehat?"
"Kami berdua sehat. Dah masuk kita sambung di dalam kangen-kangenan nya" ucap Aqila
Kami semua masuk kedalam rumah, sudah tidak sabar untuk bercerita banyak hal pada mereka.
"Diminum Yah, Bun, Om, Tan"
"Sudah nyiapin minuman untuk kami"
"Iya dong. Pasti lelah?"
"Lumayan"
"Malam ini kita akan kedatangan tamu" ucapku
"Siapa?" tanya Ayah
"Ada lelaki yang mau melamar Ara Om" jawab Aqila
"Lamar?"
"Yang benar? Siapa? Ada yang mau sama kamu?"
"Is...Bunda...iya, malam ini mereka akan datang, lelaki sebelah rumah Bun"
"Jangan-jangan kalian..."
"Eh...eh...enggaklah Bunda nih, kami tidak pacaran dan cuma berteman, dia Dosen Ara"
"Dosen? Ganteng gak Ra?"
"Handsome sangat Tan" ucap Aqila
"Alhamdulillah akhirnya ada juga yang mau sama anak kita Mas..."
"Selama pria itu baik dan mampu menjadi Imam yang baik kami pasti restui" ucap Ayah
"Kenapa kamu tidak pernah cerita Ra?"
"Apa yang diceritakan? Baru kemarin dia menyampaikan niat baiknya Bun"
"Sudah dewasa anak Bunda nih. Aqila gimana?"
"Aqila gak ada lah Tan"
"Siapa tau Aqila juga mau dilamar"
"Enggak Tan...Ara sama Abang nih sudah akrab Om, Tan, dia baik, suka ajak kami jalan-jalan, Ibu beliau juga baik, ramah sama kami, sering nganterin kami makanan"
"Oh sudah akrab juga sama Ibu nya? Baguslah kalau gitu"
"Semoga dia lelaki yang Allah kirimkan untuk kamu Ra"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Roman pour AdolescentsDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...