mendoakan mu diam-diam adalah caraku mencintaimu
❤️❤️❤️❤️
Dua hari berada di rumah sakit akhirnya diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Namun aku masih harus beristirahat untuk beberapa hari, lagi dan lagi aku harus meninggalkan pekerjaanku. Selama di rumah sakit Azam lah yang selalu mencek kesehatanku, dia Dokter yang merawatku, perhatian yang tulus itu membuatku, membuatku...sudahlah biar aku dan Allah yang tau tentang perasaan ini.
Beberapa kali kucoba untuk memejamkan mata ini, namun tidak berhasil, susah untuk tidur siang karena tidak terbiasa, lagian aku merasa bosan jika terus rebahan, mau keluar kamar Bunda yang tidak ngizinin, Bunda mau aku istirahat total hari ini, sebelum kembali bekerja besok.
Sudah lama aku tidak sakit seperti ini, aku bisa di bilang orang yang jarang sakit, Allah selalu memberi ku kesehatan agar bisa menolong orang-orang yang sakit, namun karena akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dan kadang lupa makan, akhirnya membuat kesehatan ku menurun.
"Sudah minum obat?"
"Sudah Bun, Bunda gak ke Kafe?"
"Bunda mau jagain kamu, kalau gak ada Bunda pasti kamu sudah keluyuran keluar"
"Enggak lah Bun, lagian Ara masih kurang enak badan, kemana juga Ara pergi"
"Tetap saja Bunda gak percaya"
"Bun...Ara mau kopi, sudah tiga hari tidak minum kopi"
"Gak boleh! Air putih lebih baik"
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Aa...Abang...keluar dulu Ara gak pakai jilbab" Aku menutup diriku dengan selimut, syukur aku cepat sadar meski dia sudah melihatku.
"Ambilkan jilbab Ara Bun"
"Ini"
"Dah masuk Adam"
"Maaf-maaf lupa ngetuk pintu"
"Sendirian Dam?"
"Iya Tan, Adam ke sini mau jenguk si Dokter, kenapa tiba-tiba si Dokter ini tumbang Tan?"
"Dia akhir-akhir ini sibuk banget Dam"
"Pantas saja"
"Itu apa Bang?"
"Ini cheese cake oreo"
"Wah...sini Bang"
"Adam mau minum apa?" tanya Bunda
"Kopi ada Tan?"
"Banyak...Mocha?"
"Iya Tan. Lumayan minum kopi Kafe gratis" ucap Bang Adam
"Tunggu ya Dam"
"Iya Tan. Gimana nih sudah baikan?"
"Sudah, besok sudah boleh kerja. Andai Abang kemarin ke rumah sakit jenguk Ara, bisa ketemu sama teman Ara, teman yang ingin Ara kenalkan sama Abang"
"Abang kemarin sibuk Ra, makanya baru sekarang bisa jenguk kamu, mungkin belum waktunya Abang ketemu dia Ra"
"Hem...cake ini enak Bang, beli di mana?"
"Kafe kamu"
"Haha...pantas enak, ada-ada aja Abang ni, masa belikan Ara cake di Kafe Bunda, kalau Ara mau bisa beli"
"Tadi Abang ada meeting di sana, jadi sekalian aja. Abang mau minjam novel, boleh?"
"Boleh, carilah, asal kembalikan"
"Iya"
Bang Adam memilih-milih novel yang ingin dia pinjam, aku menikmati kue yang Bang Adam belikan, kue ini salah satu favorit ku jika ke Kafe Bunda.
Tok...tok...
"Masuk"
"Ara"
"Azam? Masuk-masuk"
"Dia siapa?" tanya Azam sambil menujuk Bang Adam
"Bang Adam, calon suamiku" jawabku
"Ih...bukan-bukan, aku Kakak sepupunya" jawab Bang Adam
"Masih ingat gak Bang sama Azam?"
"Yang mana?"
"Teman Ara masa kecil, best friend"
"Oh dia. Maa Syaa Allah sudah besar kamu Zam"
"Abang juga sudah besar"
"Bagaimana kabar kamu? Sekarang kerja apa?"
"Alhamdulillah baik. Sama seperti Ara Dokter"
"Oh Dokter juga rupanya, duduk Zam" ucap Bang Adam
"Iya Bang. Obat sudah diminum Ra?"
"Sudah Pak Dokter"
"Makan jangan sampai telat lagi" ucapnya
"Iya Dokter" jawabku yang masih memakan kue yang ada ditangan ku
"Dam, Zam nih minum dulu" ucap Bunda membawa dua cangkir kopi.
"Untuk Ara?"
"Tidak boleh! Diminum. Bunda ke luar dulu"
"Makasih Bun" ucap Azam langsung meminum kopi yang Bunda buatkan.
"Abang pinjem ini ya Ra"
"Iya. Jangan lupa dikembalikan"
"Siap deh. Abang mau pulang dulu, masih banyak kerjaan, ini pun nyempetin jenguk kamu"
"Minum dulu kopinya"
"Iya"
"Kamu mau pulang juga?"
"Nantilah, aku mau cari novel lagi"
"Yang kemarin?"
"Sudah selesai bacanya, tapi lupa bawa, nanti sekalian"
"Suka baca novel juga kamu Zam?"
"Iya Bang, pengobat rasa bosan"
"Kalau di pikir-pikir ya, kalian ini cocok loh, sama-sama Dokter, suka baca novel, apalagi kesamaan kalian?"
"Suka batagor!" Tiba-tiba kami berdua serempak menjawabnya
"Tuh kan mungkin jodoh"
"Mungkin? Belum tentu jodoh" jawabku
"Hem...siapa tau. Abang pulang dulu ya"
"Makasih kuenya"
"Iya. Semoga lekas sembuh"
"Aamiin"
"Zam, Abang duluan"
"Iya Bang"
Bang Adam pergi meninggalkan kami berdua di kamar, pintu dibiarkan terbuka lebar.
"Mau gak?"
"Suapin" ucapnya manja
"Gak ada sendok"
"Pakai tangan aja"
"Sini"
Azam duduk di kasurku tepatnya di depanku. Hari ini ia libur, makanya bisa berada di sini. Selama di rumah sakit ia sering menemaniku, ia begitu sangat perhatian padaku sehingga membuatku, membuatku...ah...biar Allah dan aku yang tau tentang rasa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...