Seminggu lebih Ara cuti, kini ia kembali bekerja di kliniknya, sebenarnya tidak ada Ara pun tidak masalah, Ara hanya bantu-bantu Dokter yang ada di Kliniknya saja, tidak banyak tugas Ara sebagai pemilik Klinik itu.
Hari pertama kerja setelah cuti Azam yang mengantar Ara pergi ke kliniknya, biasanya ia sendirian pergi kerja, namun mulai sekarang ada Azam yang siap mengantar dan menjemput Ara bekerja.
"Abang Ara kerja dulu. Hati-hati nyetirnya"
"Iya. Nanti kalau sudah pulang Abang jemput"
"Assalamualaikum" ucap Ara sambil mencium punggung tangan Azam
"Wa'alaikumussalam" jawab Azam sambil tersenyum manis. Ara segera turun dari mobil Azam, lalu berdiri menatap kepergian Azam.
Setelah Azam pergi, Ara melangkah memasuki klinik."Pagi Dokter"
"Pagi Dara. Sehat?"
"Alhamdulillah sehat Dok. Dokter bagaimana? Sehat?"
"Alhamdulillah saya sehat. Tiara tolong bawa laporan bulan ini"
"Siap Dokter"
"Dokter Hana sudah datang?"
"Sudah Dok, ada di ruangan" jawab Dara
"Oh iya. Saya ke dalam dulu"
"Iya Dok"
"Amboi pengantin baru"
"Eh kamu Git. Mau ke mana?"
"Mau keluar ada yang mau di beli dulu Bos"
"Yaudah keluar lah"
"Makasih Bos"
Bukan Ara namanya jika tidak akrab dengan orang-orang yang ada disekitar nya, hanya butuh 3 hari saja bagi Ara untuk dekat dan akrab dengan orang-orang yang bekerja di kliniknya. Dokter dan staf-staf lainnya adalah orang pilihan yang Ara yakin mereka orang-orang baik dan ramah.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam. Ara"
"Kak Hana...makasih sudah membantu Ara untuk menjaga klinik ini, makasih atas bantuan Kakak dan Dokter-dokter lainya. Selama Ara pergi ada masalah gak Kak?"
"Alhamdulilah tidak ada Ra, klinik berjalan seperti biasanya, lancar, dan masyarakat berkomentar bahwa klinik kita ini klinik yang baik, mereka puas dengan pelayanan kita"
"Syukur Alhamdulillah...Ara senang mendengarnya. Makasih sudah mengambil alih tugas Ara"
"Sama-sama. Gimana honeymoon nya? Seru gak?"
"Banget Kak, meski hanya di Bali, tapi itu sudah cukup membuat hati Ara senang"
"Harap-harap segera dapat beybi"
"Aamiin Kak...Ara ke ruangan dulu ya Kak"
"Iya" jawab Hana. Hana adalah seorang Dokter yang lebih tua tiga tahun dari Ara, Hana lah orang kepercayaan Ara, Hana lah yang sudah banyak membantu Ara untuk mengelola klinik itu.
******
Ara terdiam menatap ke arah jendela, menatap orang-orang yang berlalu lalang di jalan Raya. Saat ini ia sedang berada di Kafe, bukan Kafe milik sang Bunda, melainkan Kafe orang, karena Kafe itulah yang dekat dengan kliniknya. Waktu istirahat sudah tiba, waktunya Ara mengisi perut yang sudah lapar. Pasien hari ini tidak begitu banyak, sehingga tidak membuat Ara terlalu lelah.
"Ini pesanannya Teh"
"Eh makasih" Ara langsung menyantap makanan yang baru saja datang.
"Boleh saya duduk di sini?" Ara langsung menatap pemilik suara itu.
"Silakan Pak" jawab Ara sambil tersenyum ke arahnya
"Minta" ucapnya langsung mengambil sendok yang ada di tangan Ara.
"Is Abang...Ara belum makan"
"Abang lapar banget Bee, gak kuat"
"Abang sudah pesan?"
"Sudah"
"Kok tau Ara ada di sini?"
"Abang nanya sama Dara, kata Dara Bee lagi keluar makan siang"
"Abang Ara mau makan juga"
"Abang suapin" ucap Azam sambil menyodorkan sesendok nasi uduk yang Ara pesan tadi dan Ara langsung membuka mulutnya. Azam dan Ara menikmati satu piring nasi uduk.
"Ini Mas pesanannya" ucap pelayan Kafe sambil meletakkan nasi goreng dan jus apel yang Azam pesan.
"Suami Teteh?" tanya pelayan itu
"Iya Teh"
"Ya Allah sweet nya, pas sama Teteh. Selamat menikmati" ucapnya, lalu beranjak pergi meninggalkan Azam dan Ara.
"Abang sini nasi Ara"
"Ini. Mau lagi gak? Kalau kurang pesan lagi"
"Enggak, cukup kok"
"Mau coba nasi Abang?"
"Mau" Azam kembali menyuapkan makanan ke Ara. Mereka berdua memang terlihat romantis, orang-orang menilai mereka berdua sebagai pasangan yang serasi dan bahagia.
"Eh Dokter Ara?"
"Dokter Tiara? Sini gabung sama kami"
"Eh gak, kami gak mau ganggu pengantin baru"
"Eh gak masalah Dok, sini"
"Kami duduk di sana aja Dok. Kami ke sana dulu"
"Iya Dok"
"Siapa Bee?"
"Dokter anak yang ada di klinik, ada perawat yang membantu Ara juga, dan satunya perawat yang membantu Dokter Hana"
"Oh. Enak gak Bee nasi goreng nya?"
"Lumayan. Enak mana dengan nasi bikinan Ara?"
"Pastilah bikinan Bee"
"Hem...beneran gak nih?"
"Iya benar" jawab Azam sambil tersenyum menatap Ara. Ara kembali menyantap makanannya.
Dret...
Handphone Ara bergetar, pertanda ada chat yang masuk. Ara segera meraih hp nya, lalu menatapnya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? Baca chat dari siapa?"
"Dari Farah Bang. Farah hamil" jawab Ara sambil menatap layar handphone nya
"Alhamdulillah... artinya Allah sudah percayakan mereka berdua untuk menjadi orang tua"
"Iya Bang, ugh...senang Ara mendengar kabar ini, gak nyangka Farah sudah mau jadi ibu"
"Sayang sudah siap gak?"
"In Syaa Allah Ara sudah siap Bang, Ara pun berharap semoga Allah kasih kepercayaan kepada kita berdua"
"Abang juga sudah tidak sabar, biar rumah kita tidak sepi lagi"
"Iya Bang. Semoga Allah kabulkan doa kita"
"Aamiin" jawab Azam sambil memegang tangan Ara yang ada di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...