Pagi ini Ara begitu sibuk mengontrol pasien-pasien nya, namun ia tidak sendiri, ada suster yang selalu membantunya, seperti itulah dia, Ara terlalu sibuk kerja sehingga tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak bermafaat, seharian waktunya ia habiskan di rumah sakit, dan pulang kerja baru lah ia beristirahat, ngobrol-ngobrol bersama keluarga, itu pun jarang, kecuali saat waktu makan atau hari libur.
"Bapak sudah makan?"
"Sudah Dok, tapi dua sendok saja makannya"
"Ya Allah, jangan gitu, harus habis loh makannya biar cepat sembuh, paksa Bapak ya Bu untuk makan"
"Tuh denger kata Bu Dokter"
"Iya Dok"
"Masih sering nyeri-nyeri kepalanya?"
"Alhamdulillah tidak pernah lagi Dok"
"Kalau ada yang sakit bilang ya Pak"
"Iya Dok"
"Yaudah saya ke sana dulu"
"Makasih Bu Dokter"
Ara berjalan memasuki kamar yang lain.
"Pagi Pak"
"Pagi Dok"
"Infus sudah mau habis?"
"Iya nih"
"Saya ganti kan, anak Bapak mana?"
"Baru saja keluar, cari makanan"
"Kadar gula harus di jaga Pak"
"Iya Dok"
"Jangan makan-makanan yang manisnya berlebihan, minum obatnya harus teratur"
"Iya Dok"
Setelah memeriksa pasien itu, Ara kembali ke kamar yang lainya memeriksa perkembangan kesehatan mereka.
Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat seorang anak gadis kecil yang sedang duduk menangis sendirian.
"Adek kenapa nangis?" tanya Ara ikut duduk di samping anak kecil itu
"Bunda Aca lagi sakit, Aca takut Bunda pergi ninggalin Aca, Aca gak mau Bunda pergi, Aca cuma punya Bunda"
"Aca...Aca doakan Bunda agar cepat sembuh, minta sama Allah agar Allah sembuhkan penyakit Bunda Aca, In Syaa Allah Allah pasti akan menyembuhkan Bunda, ada Allah yang mampu menolong Bunda"
"Allah itu siapa?" tanya nya, Ara bingung mau menjawab apa, anak kecil ini tidak kenal dengan Allah.
"Apa dia?" Ara bertanya-tanya dalam hatinya.
"Allah maha kuasa, Allah maha segalanya, Allah akan mengabulkan apa saja permintaan hamba Nya, asal kita yakin dan percaya bahwa Allah akan mengabulkannya, Allah mengabulkan bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya, pokoknya Aca doakan aja Bunda, semoga Bunda sembuh dan Allah panjangkan umur Bunda Aca, ingat Allah maha penolong!"
"Makasih Bu Dokter, Aca akan doakan Bunda, boleh Aca peluk Bu Dokter?"
"Sini" ucap Ara lalu memeluknya
"Bu Dokter cantik"
"Sama seperti Aca, Aca juga cantik"
"Makasih ya Bu Dokter"
"Sama-sama sayang, Aca jangan sedih lagi ya. Yaudah Bu Dokter mau lanjut kerja dulu, nanti Bu Dokter temui Aca lagi"
"Janji?"
"In Syaa Allah"
"Semangat kerjanya"
"Makasih Aca, Bu Dokter ke sana dulu"
"Iya" jawabnya sambil tersenyum manis
*******
Setelah selesai sholat dzuhur berjamaah, Ara dan Farah segera meninggalkan Mushola, waktu istirahat sudah tiba, kini waktunya mereka makan siang bersama.
"Siapa yang jadi Imam tadi ya?" tanya Farah
"Entah, mungkin keluarga pasien," jawab Ara
"Dokter Zian."
"Iya ada apa?"
"Siapa yang jadi Imam tadi?"
"Dokter Hanif."
"Maa Syaa Allah, pantas saja suaranya indah, tuh Ra pas banget sudah dijadikan Imam," ucap Farah sambil menyenggol lengan Ara
"Ih apa hubungannya sama aku?"
"Siapa tau kamu sedang mencari-cari calon Imam untuk masa depan"
"Masih muda lagi lah, gak ada kepikiran untuk kawin"
"Nih aku kasih tau, bukan hanya jadi Imam saja dia bisa, Hanif juga bisa baca Al-qur'an, kalian mau denger? Tuh dia sedang baca Al-qur'an di dalam sana"
"Ayo Ra kita ngintip" ajak Farah
"Aku lapar lah, ayo kita ke kantin, ngapain juga ngintip dia ngaji, kita ini masih banyak kerjaan"
"Hem...yaudah ayo"
"Aku ikut" ucap Zian
"Ayo"
"Teraktir ya"
"Seharusnya Dokter Zian yang teraktir kami"
"Bercanda kok"
"Mau ke mana?"
"Kantin Dok" jawab Farah
"Ikut"
"Ayo Dok"
Ara senang, di rumah sakit ini ia bertemu dengan orang-orang yang baik, Dokter-dokter nya pun ramah-ramah, membuat Ara semakin betah bekerja di tempat ini, bukan hanya di lingkungan rumah sakit, kadang Dokter lain jika waktu libur mengundang mereka untuk makan-makan di rumahnya, pangkat tidak menjadi penghalang bagi Ara untuk akrab dengan Dokter Senior nya, Ara juga banyak belajar dari mereka yang sudah berpengalaman bekerja di sini.
"Waduh Dokter Ara bawa pasukan nih?" tanya pemilik warung yang bingung karena ada enam Dokter yang ikut bersamanya
"Iya Bu, kami semua mau makan, Dokter Zian yang teraktir"
"Hah?" ucap Zian yang melongo mendengarnya
"Bercanda kok" jawab Ara
"Untuk hari ini saya yang teraktir Dokter-dokter semua" ucap Zian
"Beneran nih?" tanya Ara
"Iya beneran"
"Merdeka kita semua makan gratis" ucap Ara bersemangat
"Yee...makasih Dokter Zian, lumayan uang di kantong gak keluar" ucap Farah
"Makasih Zian"
"Sama-sama Dok. Sekali-kali mentraktir seperti ini"
"Bagus tu, jangan takut miskin karena bersedekah" ucap Faris yang juga ada di situ, dari tadi ia hanya diam menatap Ara, baginya Ara bukanlah wanita yang biasa, Ara beda dari wanita-wanita lainya, dimatanya Ara adalah wanita yang sederhana walapun ia tau harta Ara tidak akan habis sampai tujuh turunan.
Mendengar ucapan Faris, Ara menoleh kearah sumber suara, Ara tersenyum manis padanya, begitu juga dengan Faris, hatinya bergetar ketika melihat senyuman Ara, wanita yang sudah sejak lama ia kagumi sejak Ara bekerja di rumah sakit itu.
Siapa yang suka bawa pasukan ke kantin? 👆
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...