Kedua kalinya

7.3K 574 22
                                    

Kali ini Ara keluar makan siang bersama Farah, Ara sendiri yang menemui Farah di rumah sakit, ia pergi menggunakan taxi karena seperti biasa, ia di antar oleh Azam.

Ara ke rumah sakit ada keperluan penting juga, sekalian ia mengajak Farah untuk makan siang bersamanya. Ara dan Farah mencari-cari makanan yang pas untuk menu makan siang ini, mereka berdua pergi menggunakan mobil Farah, ia jarang di antar jemput oleh Adam, biasanya ia menyetir sendiri pergi bekerja.

"Kita ke Kafe itu aja" ucap Ara sambil menunjuk Kafe yang ada di sebrang sana.

"Hem...baiklah, tapi ada apa disitu? Aku belum pernah ke sana"

"Sama. Kita coba aja, aku juga belum pernah ke sana"

Farah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Setelah itu mereka berdua keluar dari mobil, lalu melangkah masuk ke Kafe itu. Ara melihat-lihat keadaan Kafe yang cukup ramai itu, ia mencari kursi yang kosong, namun tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang yang ia rasa ia kenal siapa itu. Untuk memastikannya, Ara menarik tangan Farah.

Ara menghela napasnya, menenangkan dirinya.

"Kak Bilqis" sapa Ara. Wanita itu langsung menatap Ara, begitu juga dengan orang yang ada di depannya. Farah menutupi mulutnya dengan tangan, ia terkejut melihatnya.

Ara tersenyum manis pada mereka berdua, "Makan siang Kak?" tanya Ara

"Iya Ra. Sini gabung" ucap Bilqis

"Eh tidak Kak, takut ganggu Kakak. Kami ke sana dulu" ucap Ara melangkah pergi menuju kursi kosong.

Ara dan Farah duduk yang tidak jauh dari mereka, Ara menarik napasnya dalam-dalam, ia merasa panas, cemburu menghampirinya, Ara berusaha untuk tidak memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Dia siapa Ra? Kok kamu tenang melihatnya"

"Dialah orang yang meninggalkan Abang"

"Apa? Jadi dia wanita yang hampir jadi istri Abang?" tanya Farah. Ara mengangguk.

"Ya Allah Ara...kenapa Abang mau menemui dia? Ish...andai aku tau wanita itu, sudah aku marahin dia Ra..."

"Astaghfirullah..." Ara kembali menarik napasnya, menenangkan hatinya.

"Ra kamu baik-baik saja?"

"Tidak hatiku rasanya panas Far"

"Kita pergi dari sini ya" ajak Farah

"Tidak apa-apa. Mungkin sebentar lagi mereka akan pulang"

"Ra dia kesini"

"Siapa?"

"Azam" ucap Farah. Ara berusaha untuk menenangkan hatinya, ia berusaha agar terlihat baik-baik saja.

"Bee..." ucap Azam duduk di samping Ara

"Iya Bang"  jawab Ara sambil tersenyum

"Ini tidak seperti apa yang Bee pikirkan"

"Farah ayo kita pulang" ucap Ara beranjak meninggalkan Azam. Meski ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja tapi ia tidak bisa, akhirnya air matanya berhasil melintas di pipinya, ia tidak bisa menahannya. Farah menggandeng tangan Ara, membantunya untuk menuju mobil.

*****

Ara duduk di kursi balkon kamar, ia menatap anak-anak yang sedang bermain di bawah sana. Ia teringat dengan ucapan Dokter spesialis kandungan, siang tadi ia memberanikan diri untuk memeriksa dirinya, dan benar hal yang ditakutkan terjadi. Ara susah akan mendapatkan keturunan, ada masalah pada dirinya, itulah yang membuatnya seharian ini tidak bersemangat, di tambah lagi masalah lain.

Ara memilih untuk pulang awal, ia minta antar pulang oleh Farah. Ara berusaha untuk tidak memikirkan kejadian di Kafe tadi, tapi semakin ingin ia lupakan, kejadian itu semakin lekat dalam pikirannya. Itu bukan yang pertama kalinya Ara melihat Azam bertemu Bilqis, namun ini sudah yang ke dua kalinya ia melihat Azam dan Bilqis.

"Bee..." Ara beranjak pergi meninggalkannya, namun Azam menahannya.

"Bee Abang mau jelaskan"

Ara kembali duduk, "Cerita lah" ucap Ara tanpa menatap Azam

"Jadi waktu Abang ke Kafe itu, ternyata dia datang ke Kafe itu juga, dia duduk di depan Abang tanpa Abang pinta. Ia meminta maaf, minta maaf atas kesalahannya di masa lalu, cuma itu Bee. Abang sudah melupakannya Bee, Abang sudah benar-benar melupakannya, dia hanya wanita masa lalu, kini Abang ada Bee, percayalah Cinta Abang hanya milik Bee, Abang akan selalu ada untuk Bee...Abang sangat mencintai dan menyayangi Bee. Abang berharap Bee lah wanita terakhir dalam hidup Abang, setia bersama Bee hingga hujung waktu. Bee tatap mata Abang. Abang tulus mencintai Bee, Abang tulus menyayangi Bee"

"Ara percaya. Ara hanya kaget aja tiba-tiba Abang bisa bersama dia. Abang tau kan? Ara sangat mencintai Abang, semakin besar Cinta ini semakin besar juga rasa takut kehilangan Abang, Ara tidak ingin kehilangan Abang, Ara takut jika Abang kembali padanya, karena dia Cinta pertama Abang"

"Bee Abang tidak akan berpaling dari Bee, Abang akan Setia sama Bee"

"Walaupun Ara tidak bisa memberikan anak?" tanya Ara sambil menatap Azam.

"Maksud Bee?"

"Tadi Ara periksa dengan Dokter Alisa, kata Kak Alisa, ada masalah pada Ara, itu yang membuat Ara akan susah mempunyai keturunan, Ara bisa hamil, tapi bisa hamil itu kemungkinan kecil"

Azam terdiam menatap mata Ara yang sudah berbinar-binar, "Sayang..." Azam memeluknya

"Mau ada anak atau tidak Abang tidak masalah, kebahagiaan Abang itu ada pada Bee, jika pun nanti Allah kasih Alhamdulillah, kalau gak kita harus sabar, Bee jangan terlalu dipikiran masalah anak. Bisa di atasi masalah itu?"

"In Syaa Allah"

"Sayang...ayo kita coba usaha, kalau masih belum bisa juga Abang tidak masalah, kita terus berusaha dan berdoa, nanti lama kelamaan pasti Allah akan kabulkan permintaan kita" Azam memeluk Ara, ia tidak menyangka hal itu terjadi pada istrinya. Ara bersyukur, Azam dapat memahami keadaannya, namun sebenarnya Ara sedih, sedih karena ia belum bisa mewujudkan keinginan Azam, ia harap, ia mampu melewatinya.

Semoga Ara tegar menghadapinya  😭😭jangan lupa votenya

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang