Ara termenung sendirian menatap para pasien yang sedang mengambil angin di kawasan rumah sakit, mereka hanya bisa duduk di kursi roda, dan setelah itu jika kembali ke ruangan mereka harus rebahan lagi, Ara bersyukur Allah memberikannya kesehatan sehingga bisa menjalani aktivitas sehari-harinya.
"Minjam"
"Iss...main rampas-rampas segala, kalau mau minjam itu bilang baik-baik!"
"Dokter Ara saya pinjam novelnya"
"Kamu ini ya, hobi banget gangu saya, ada masalah apa sih sebenernya?"
"Gak ada masalah, cuma mau ganggu aja"
"Gak ada kerjaan yang lain?"
"Kan istirahat. Nih termenung apa? Pasti membayangkan saya kan?"
"Ge'er nya tingkat dewa, gak ada waktu membayangkan Anda!"
"Siapa tau terbayang wajah saya yang ganteng ini"
"Terlalu pede puji diri sendiri ganteng, padahal ganteng pun enggak" ucap Ara
Semenjak kedatangan Hanif di rumah sakit ini, Ara sering di ganggu olehnya, kadang mereka tak sengaja bertemu, kadang Hanif yang mengikuti Ara, beberapa kali Ara memarahi nya masih saja Hanif suka mengganggunya.
"Jangan gitu nanti suka"
"Saya suka kamu? Plis jadi orang jangan terlalu ge'er, sini novel saya"
"Gak mau ngasih sebelum kamu nemenin saya makan siang"
"Mencari kesempatan rupanya, ambil lah saya berikan untuk kamu" ucap Ara beranjak pergi meninggalkan Hanif.
"Eh tunggu"
"Ada apa lagi sih? Kamu ini gak punya hobi lain selain ganggu saya? Ganggu Dokter yang lain kek, tuh Dokter Farah"
"Tapi saya maunya kamu. Ayo temeni saya makan"
"Oke tapi dengan satu syarat"
"Apa?"
"Setelah ini jangan ganggu saya lagi"
"Baik, saya akan pikirkan syarat kamu, ayo" ucap Hanif, dengan terpaksa Ara pun mengikutinya.
Sesampainya mereka di kantin, Ara dan Hanif langsung duduk manis sambil menunggu pesanan tiba.
"Sudah punya pacar?" tanya Hanif memecahkan keheningan
"Kepo"
"Saya mau tau aja, nanti ada yang marah lagi kalau saya ajak makan siang"
"Yang ada pacar kamu yang marah karena ngajak saya makan, lelaki seperti kamu ini pastilah punya pacar, mungkin gak satu, dua atau tiga, karena orang seperti kamu ini pastilah begitu, lelaki sama saja, memanfaatkan ketampanan demi memikat hati wanita, si wanita pun tergila-gila karena ketampanan pria, terlalu berharap lalu kecewa karena terlau percaya"
"Is...is...is...jaga sedikit mulut tu, gak lah, saya bukan orang seperti itu, saya orang Setia pada satu wanita"
"Halah...lain di mulut lain lagi di hati"
"Kamu ini memang seperti ini ya? Banyak bicara, suka marah-marah"
"Iyalah banyak bicara, kalau gak bicara bisu! lagian saya gak akan marah kalau orang itu gak buat saya marah!"
"Sut...diam saya mau makan" ucap Hanif
"Kamu harus janji jangan ganggu saya lagi"
"Saya gak bisa janji, karena jika melihat kamu bawaannya mau ganggu kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)
Teen FictionDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA Sequel dari Cerita TAKDIR KU MENJAD...