Bersama keluarga

7.6K 675 15
                                    

Aku dan Ayah sedang menyurvei tempat yang akan di jadikan klinik kesehatan. Tempatnya Bagus, besar, tingkat dua, tempatnya pun pas, di pinggir jalan. Aku berharap Allah mudahkan niat baik ku ini, ingin membuat klinik untuk orang-orang yang tidak mampu ke rumah sakit, orang-orang yang kurang mampu akan biaya untuk berobat, In Syaa Allah aku juga tidak terlalu mematok tarif, bayar seadanya saja.

"Gimana Ra? Cocok gak? Menurut Ayah bagus kok"

"Iya Yah, tempat nya pas, Ara ambil ini?"

"Oke, Ayah juga setuju"

Setelah berbincang-bincang tentang bangunan ini. Aku dan Ayah memutuskan untuk kembali pulang ke rumah.

"Ra kita makan siang dulu yuk? Ayah lapar"

"Iya Yah, Ara juga lapar. Makan di restoran Ayah ya? Lama Ara gak makan di situ. Di Malaysia pernah sih ke restoran Ayah, tapi masakannya beda"

"Baik tuan Putri. Syarat-syarat untuk meminta zin membuka klinik sudah disiapkan?"

"Sudah Yah, semua sudah siap, sebentar lagi akan Ara urus. Untuk alat-alat dan perlengkapannya nanti Ara cari,  secepatnya"

"Baguslah, nanti Ayah bantu, pokonya Ayah akan bantu Ara sampai klinik itu siap dibuka"

"Makasih Ayah...Ayah gak sibuk?"

"Enggak. Ayah ke Restoran pun kalau ada keperluan"

"Makasih Ayah sudah meluangkan waktu bersama Ara"

"Iya Ayah sadar dan tau Ayah jarang meluangkan waktu bersama kamu Ra, semenjak kamu gak ada Ayah merasa kehilangan dan seakan Ayah tidak menghargai kehadiran mu dulu, iya karena Ayah sibuk di restoran, kamu juga sibuk, dan sekarang karena kamu sudah ada Ayah mau menghabiskan waktu Ayah bersama kamu"

"Ha...Ayah...Ara yang terlalu sibuk kerja Yah, pulangnya pun sore, habis pulang, langsung ke kamar, jarang ngbrol sama Ayah dan Bunda"

"Jadi sekarang mari kita gunakan waktu bersama keluarga, luangkan waktu bersama, hargai adanya kehadiran, sebelum menyesal akan kepergian" ucap ayah

"Iya Ayah. Kita jemput Bunda?"

"Ide Bagus, kalau Rafiq jam segini belum pulang"

"Hem...kita bertiga aja, nanti kapan-kapan kita berempat"

"Iya...nanti kapan-kapan kita berempat"

Aku dan Ayah menuju Kafe Bunda, siang-siang begini Bunda pasti ada Kafe, namun tidak pasti Kafe yang kami tuju ada Bundanya, karena Bunda bisa berada di Kafe mana-mana jika ada keperluan.

Sesampainya di Kafe, aku segera turun dari mobil dan masuk mencari Bunda.

"Eh Ara? Apakabar? Sudah pulang?" tanya Teh Anggun karyawan Bunda

"Alhamdulillah baik. Bunda ada Teh?"

"Ada di dalam"

"Makasih Teh" Aku melangkah menuju ruangan Bunda. Suasana kafe seperti biasa, ramai dengan pengujung, karena ini sudah waktunya untuk istirahat.

"Bunda..."

"Hai...ngapain? Minta diskon?"

"Enggaklah. Ara ngajak Bunda makan siang bersama"

"Tumben"

"Iyalah, selagi Ara belum kerja dan masih ada waktu"

"Ayo. Mau kemana?"

"Ke restoran Ayah"

"Hem...baiklah. Gimana sudah dapat tempatnya?"

"Alhamdulillah sudah Bun"

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang