Ikut Bahagia

8K 618 33
                                    

Siang hari ini Ara hadir di akad nikah sahabatnya, Farah. Cuma akad, untuk resepsinya di laksanakan minggu nanti di hotel berbintang, Farah dan Adam berasal dari keluarga yang kaya, acara resepsi akan digelar besar-besaran.

Ara merasa bahagia bisa melihat sahabatnya itu menikah, sedangkan dia? Tanda-tanda jodoh mendekat pun tidak ada. Ara bersyukur ia diberikan kesempatan untuk bisa ada di samping Farah saat ia menikah. Farah terlihat begitu cantik, sedangkan Ara ia dari pagi tadi sudah berada di rumah Farah, ia melihat proses perias pengantin yang merias wajah sahabatnya.

"Kok cantik"

"Sirik ya?" tanya Farah

"Kamu memang cantik, pantas saja Abang ku jatuh Cinta sama kamu. Kalau sudah menikah nanti pasti kita jarang ketemu kan?"

"Kalau mau ketemu ketemu aja, nanti aku izin dengan suami"

"Suami? Haha...iya kalau di bolehkan...nanti kalau Abang gak ngebolehin aku bawa pisau ke rumah mu Far, awas aja kalau gak di bolehin. Hah...gak nyangka sahabatku ini sudah mau jadi istri orang, begitu banyak perjalanan yang sudah kita lalui bersama, sampai sekarang, saat kamu sudah mau jadi milik orang" Ara mengusap tangan Farah

"Iya ya Ra...gak nyangka, semoga persahabatan kita ini sampai ke syurga"

"Aamiin...aku doakan kamu, semoga bahagia, semoga menjadi istri yang baik, pokonya semua yang terbaik untuk kamu lah, semoga Allah lindungi keluarga kecil mu Far"

"Aamiin...makasih Ara...makasih sudah selalu ada untukku...makasih sudah bersedia menjadi sahabat ku sampai sekarang, makasih atas semuanya, semoga kamu segera mendapatkan calon Imam yang baik"

"Aamiin...makasih kembali karena sudah bersedia menjadi sahabat ku"

"Sayang Ara"

"Sayang Farah juga...dah jangan mewek, kita turun, sudah waktunya acara di mulai" Farah mengangguk, lalu Ara mendampingi Farah menuju ruang tamu. Orang-orang sudah mulai berdatangan setelah sholat jum'at tadi.

Semua mata memandang kearah Ara dan Farah. Orang-orang sudah berkumpul di ruang tamu, untuk melihat akad Farah secara langsung, semua keluarga Altair pun ikut hadir.

"Yang mana pengantin?" tanya penghulu

"Yang inilah Pak masa saya?" jawab Ara sambil tertawa.

"Habisnya dua-duanya cantik" ucap penghulu itu, orang-orang tertawa mendengarnya.

"Ingat bini Pak" ucap Ara. Orang-orang kembali tertawa, suasana yang awalnya hening dan menegangkan berubah menjadi ribut.

"Iya-iya. Sudah siap?"

"Siap!" jawab Adam

"Saudara Adam malik Bin Haris Altair saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Farah Nabila Binti Ahmad Husain dengan maskawin nya berupa seperangkat alat sholat dan uang lima puluh ribu rupiah dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinya Farah Nabila Binti Ahmad Husain dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ucap Adam dengan lantang dan lancar.

"SAH?"

"SAH!"

"Alhamdulillah" ucap semua orang

"Alhamdulillah...sudah halal Far, yea...dah halal" Ara memeluk Farah, ia begitu gembira. Tanpa Ara sadari ia menjadi pusat perhatian. Ia orang yang paling senang.

"Neng nanti dulu bicaranya, Bapak mau baca doa" ucap penghulu. Ara menutup mulutnya, tanpa sadar bicaranya keras mengganggu.

Setelah selesai berdoa, Farah dan Adam bertukaran cincin. Ara baper melihatnya karena mereka ada di depanya. Ia membayangkan jika ia berada di posisi Farah, ada seorang pria yang memasangkan cincin di jari Ara.

Takdir Mempersatukan Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang