Mew POV
Duduk santai sambil menghabiskan vodka bersama Mek dan Tay, juga beberapa anak baru yang ternyata escort girls. Tipikal Mek dan Tay, tetapi tidak denganku. Entah mengapa semua ini terasa sangat membosankan. Hampir tiap saat aku menemukan orang-orang yang datang hanya karena nama atau status sosialku. Aku tidak menyalahkan para escort girls ini, mereka hanya berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Namun sangat disayangkan mereka harus mengambil jalan seperti ini dan bertemu aku yang brengsek ini.
Seorang escort girl mencoba merayuku beberapa kali. Namun aku benar-benar tidak mood untuk bercengkrama dengannya. Beberapa minggu ini aku memang sangat disibukkan dengan pekerjaan sampai aku lupa akan rutinitas melepas birahiku sebagai seorang pria. Namun entah mengapa, aku benar-benar tidak tertarik melihat gadis-gadis di sini entah secantik apapun mereka.
"Bro, kok muka lo masih kusut banget sih?" tanya Mek ketika melihatku duduk sendirian menatap gelas vodka yang hampir habis ini.
Mek menyaksikan momen aku menolak escort girl paling seksi di bar nya dengan tolakan super dingin tadi. Wajah gadis itu bahkan terlihat hampir ingin menangis.
Aku masih diam saja. Entah mengapa, satu jam yang lalu mood-ku masih bagus saja. Namun entah apa, itu berubah seketika. Dan ketika aku sedang tidak mood, sikapku akan sangat dingin bahkan melebihi saat mood-ku sedang bagus.
Saat ini seperti tidak ada yang bisa membantu mengubah suasana hatiku.
Tay terlalu banyak minum hingga ia tanpa sadar sudah tertidur di pangkuan dua escort girls di sampingnya. Bisa kupastikan ia akan sadar setengah jam kemudian.Sedangkan Mek sibuk flirting dengan empat escort girls yang tanpa ia sadari mereka bekerja untuknya. Ia memang player kelas kakap. Mulutnya yang manis menjadi tipuan muslihat saja.
Setelah menghabiskan dua jam tanpa melakukan apapun, hanya minum, Mek yang melihatku seperti ini, menekan tombol di sudut side table di sampingnya.
Beberapa saat kemudian seorang pelayan masuk dengan membawa banyak minuman di satu nampan. Sosok pelayan itu mengalihkan perhatianku. Seperti ada magnet kuat yang menarikku untuk memandanginya sekarang.
Ia terlihat kerepotan dan buru-buru ketika menurunkan minuman satu per satu ke atas meja. Tanpa kusadari, aku membantunya. Ia terkejut lantas menoleh ke arahku. Kedua manik indahnya menatap lurus ke mataku dengan nuansa misterius. Tatapannya memancarnya bahwa ia terganggu dengan bantuanku tadi.
"Lo masih gugup, Gulf?" tanya Mek terdengar sangat akrab.
"Eumm, ya--" jawab gugup anak laki-laki yang bisa kuperkirankan berusia 22 tahun di depanku ini. Aku menatapnya dengan rasa penasaran.
Mek hanya mengangguk pelan sambil terus memerhatikanku. Aku tahu itu. Perubahan sikapku pasti menarik perhatiannya.
"Kalau begitu, saya permisi--"
"Tunggu! Lo bisa duduk di sini aja," ujar Mek tiba-tiba yang membuat anak laki-laki ini terkejut. Namun aku di sini masih memerhatikan tiap gerak-geriknya. Aku sangat tertarik padanya entah mengapa aku merasa ingin memandanginya seharian.
"Iya... lo bisa duduk tunggu di sini. Jadi kalau ada pesanan, bisa langsung lo kerjain tanpa bolak-balik."
Tanpa mendebat, anak laki-laki itu duduk di sofa sampingku. Mataku masih mengikuti tiap sudut wajahnya. Sungguh seperti ada magnet kuat yang menarikku di sana. Tatapanku fokus ke arah wajah anak laki-laki itu saja.
Mek terkekeh melihatku yang memelototi takjub dengan wajah seorang pelayan muda di bar-nya. Ia pasti menemukanku sangat aneh dan menyenangkan saat ini. Bahkan diriku sendiri pun merasa hal yang sama.
Seumur hidupku, baru kali ini aku terpesona melihat laki-laki sehingga hatiku berkata aku menginginkannya.
"Gue akan bayar anak ini buat temenin gue malam ini," seruku tanpa basa-basi ke arah Mek yang membuat bocah di sampingku sangat terkejut.
"Mew..." Mek mencoba menghentikanku. Ia tahu betul, jika aku mengeluarkan mantra seperti ingin bernegosiasi, pertanda aku sangat menginginkan sesuatu.
"Gue serius. Lo mau berapa?" tanyaku lagi ke Mek yang sekarang menatap lurus ke arah bocah laki-laki di sampingku. Wajah bocah ini berubah merah padam. Seperti akan meluapkan sesuatu.
"Mew, dia bukan bocah yang--"
Byyuurr~
Kemeja putihku basah tertumpah red wine dari botol yang baru dibuka. Lebih tepatnya, bocah laki-laki di sampingku tanpa ragu menyiramku dengan sebotol red wine. Sontak aku dan Mek berdiri bersamaan. Kulihat bocah tersebut dengan penuh amarah.
"APA-APAAN INI!!?" sentakku penuh gemuruh amarah yang membuat semua orang di sini terkejut. Namun tidak dengan bocah laki-laki itu. Wajahnya merah padam, alisnya berkerut, kedua maniknya menyiratkan rasa kemarahan di sana.
Braakk!
Bocah laki-laki itu menaruh kembali botol red wine yang sudah kosong di atas meja. Lalu keluar ruangan tanpa berkata sepatah katapun. Tak lupa ia membanting pintu keras-keras di sana.
Aku memandangi punggungnya saat pergi dan mengingat derap langkahnya yang kuat mengobarkan amarah besar. Aku terdiam tidak bisa berkata-kata lagi melihat perlakuan anak itu yang berani padaku.
"Mew, lo nggak bisa ngomong seenaknya kayak gitu ke karyawan gue..." ucap Mek memperingatiku sambil membantuku membersihkan noda red wine di kemeja putihku.
"Dia itu part timer di sini. Salah satu karyawan teladan di bar gue. Dia anak yang pekerja keras, tapi nggak pernah macem-macem. Gue yakin lo udah nyakitin perasaannya dia dengan ucapan lo yang seolah-olah mau membelinya," jelas Mek dengan sabar. Ia tidak ingin amarahku naik karena Mek tahu betul saat ini aku bisa melakukan apapun.
Namun anehnya, aku hanya terdiam sambil terus membersihkan noda di kemeja tanpa membalas ucapan Mek barusan. Entah mengapa setelah berbicara seperti itu, kemudian aku melihat mata bocah itu, aku melihat ada rasa kemarahan bercampur sakit di sana. Menyiratkan aku sudah melukai harga dirinya. Bukan sepasang mata indah yang mempesonaku di awal.
Apa aku telah menyakiti perasaannya? Apakah aku sudah melukai harga dirinya? Akan tetapi amarahku jauh lebih besar saat ini. Aku juga terluka. Ia mempermalukanku di depan gadis-gadisku dan sahabatku yang juga bos-nya. Siapa dia berani meperlakukanku seperti ini?
Dasar bocah kurang ajar!
...
Sawadeetukhuunn everybadeehhh!!! Part 2 published!
Mau jelasin dikit soal au ini. Iyes, au ini dibagi jadi 3 pov, author pov (which is me), mew pov, dan gulf pov. Kenapa gitu? Karena gue mau berbagi isi hati dan pikiran masing-masing sudut pandang. Entah dari gue sebagai author atau kalian, atau mew dan gulf. Inget, ini pure imajinasi gue aja. Semuanya fiksi. Namanya juga alternate universe. So, don't hate me kalau ada bagian yang kalian nggak suka.
AU ini emang untuk saat ini belum terlihat konfliknya. Ditunggu ya... karena konfliknya akan keliatan sebentar lagi. Awal-awal emang belum ada hehehe
Buat yang udah penasaran banget, like I said before, au ini udah rilis duluan di twitter, so go check out on my twitter ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fiksi Penggemar[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...