Mew POV
Aku bersikeras meminta Gulf untuk menginap di rumahku. Meskipun anak itu dengan keras kepala ingin pulang. Padahal aku di sini sangat mengkhawatirkannya.
Aku masih tersambung telepon dengan Tay. Aku menceritakan kejadian hari ini dan bertanya beberapa hal padanya.
"Gue nggak mau lapor polisi, Tae. Kalau media tau, mereka akan mencoba mencari tau apa yang terjadi. Lalu menemukan soal Gulf. Gue nggak mau Gulf terganggu dan terekspos..." ujarku ditelepon dengan nada setenang mungkin. Aku tidak ingin Gulf mendengar percakapanku dengan Tay. Meskipun ia sedang berada di kamarku. Aku hanya berjaga-jaga agar Gulf tidak semakin khawatir.
"Gue tau, Mew. Tapi kalau lo nggak cari tau, ini semua nggak akan berakhir. Emang baru beberapa hari. Tapi gimana kalau sampe berangsur-angsur? Lo nggak kasian sama Gulf? Dia pasti parno banget," papar Tay.
Benar. Apa yang dikatakan Tay benar. Jika ini kubiarkan saja akan membuat Gulf hidup tidak nyaman. Jika benar mereka mengincarku, Gulf bahkan tidak boleh terlihat bersamaku.
"Tae, gue butuh bantuan lo dan Mek," seruku sambil memutar otakku mencari cara mengamankan Gulf agar tidak terekspos di media terlebih dahulu. Kemudian mencari tahu siapa orang dibalik aksi mata-mata ini.
...
Aku masuk ke dalam kamar. Mendapatkan Gulf tertidur dengan tubuh meringkuk tanpa selimut dan tidak melepas sepatunya. Ia pasti kelelahan juga kebingungan. Mungkin saja Gulf sudah merasakan ia sedang dimata-matai, tapi ia tidak mengira akan terus dibuntuti selama ini. Aku mengusap kepala Gulf dengan lembut. Ia tertidur sangat lelap. Aku jadi tidak tega membangunkannya.
Aku membantunya melepaskan sepatu dan jaket yang ia kenakan. Ia benar-benar kelelahan. Ia bahkan tidak sadar sampai aku menyelimutinya. Besok ia harus bekerja lagi sebaiknya aku tidak membangunkannya.
Aku keluar dari kamar lalu berjalan ke arah ruang kerjaku. Tidak disangka rumah ini menjadi tidak sepi seperti dahulu. Beberapa tahun ini ada banyak hal berat yang terjadi padaku. Sejak itu aku menjadi takut untuk memejamkan mata ataupun menghabiskan waktu seharian di rumah. Terlalu banyak hal yang terjadi di sini. Sederhananya, rumah ini mengingatkanku dengan waktu yang kuhabiskan bersamanya.
Aku membuka laci meja kerjaku. Lalu mengeluarkan buku diary yang kertasnya mulai menguning. Aku memperhatikan buku itu. Aku belum membuka buku ini sejak enam tahun lalu. Tanganku mulai gemetaran hanya dengan mengingat semua kenangan yang tertulis di buku ini.
Aku membuka buku itu ragu-ragu. Mencoba mengumpulkan keberanian sesaat melihat ukiran nama Type di sana. Ingatanku mulai terlempar jauh sekitar 12 tahun lalu. Dimana aku menghadiahkannya buku ini sebagai ucapan selamatku karena kami bisa lulus SMA bersama. Ia terlihat begitu senang. Bahkan bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Mew, maafkan aku. Aku tidak menyiapkan hadiah apapun untukmu. Ucap Type masih jelas menempel di memoriku.
Mengingat itu membuat dadaku memanas. Aku bisa merasakan mataku mulai berair. Aku mencoba menggigit bibirku agar menghentikan desakan tangisku.
Mengapa ini begitu sulit? Apakah aku harus melewati ini semua selama hidupku? Type... mengapa kau pergi meninggalkanku?
Air mataku terjatuh begitu deras. Hingga dadaku sesak. Aku meremas erat buku itu sambil menangis. Ini kali pertama aku menangis dalam tiga tahun. Aku sudah merasa tidak mampu melewati ini semua. Aku ingin sekali melupakan semuanya, tapi... tidak bisa. Aku tidak ingin Type meninggalkanku dua kali. Aku tidak ingin Type pergi dari ingatanku juga. Meskipun ini sangat berat, aku tidak akan meninggalkannya lagi.
Suara ketukan pintu mengejutkanku. Dengan cepat aku menghapus air mataku lalu mencoba terlihat baik-baik saja. Aku tidak ingin Gulf khawatir.
Aku membuka pintu mendapatkan Gulf berdiri sambil menggosok matanya karena efek mengantuk yang masih menggantung di sana.
"Kenapa belum tidur?" tanya Gulf bergumam. Ia seperti tidur sambil berjalan. Wajahnya masih terlihat sangat mengantuk. Sangat menggemaskan. Aku tersenyum melihatnya lalu memeluknya. Ia membalas memelukku.
"Kamu ada pekerjaan?" tanyanya lagi dengan suara serak di dalam pelukanku.
Aku menganggukan kepala,"tapi sudah selesai kok. Yuk! Kita tidur..."
"Maaf aku merepotkanmu tertidur di sini. Mengapa tidak membangunkanku? Harusnya aku pulang saja," gumamnya dengan sungguh menggemaskan.
"Sudah hampir lewat jam dua pagi. Lagi pula kamu tidurnya pulas banget. Aku nggak tega membangunkanmu," jawabku lalu mengecup pipinya.
"Hhnggh--jangan cium..." rengek Gulf lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku.
"Hahaha... yaudah, kita tidur yuk! Kamu masih ngantuk banget kan?" tanyaku lalu ia mengangguk sambil masih memelukku.
"Kamu mau di sini terus?" ujarku melihatnya masih memelukku. Tidak ingin melepaskanku.
"Kamu bilang kamu kangen sama aku..." ucapnya terdengar mendumel.
Aku terkekeh geli melihat kemanjaannya. Aku tidak pernah menyangka Gulf bisa semanja ini.
"Iya aku kangen banget sama kamu. Nanti aku peluk lagi di kasur. Yuk! Tidur..." balasku. Ia melepaskan pelukannya lalu berjalan lemas ke arah kamar. Aku menuntunnya agar tidak terjatuh.
Dasar bocah.
...
Sawadeee jaa~
Author Cha update chapter baru, nih! Yay!!😆
Kok tumben update sekarang thor? Jadi author tuh lagi seneng banget melihat jumlah yang baca AU ini mencapai 10K!! Uwow uwow yeaaahh!!
Sumpah, author nggak pernah expect apapun. Entah karya author dibaca atau nggak. Apalagi bisa liat 10K!! Yaampun sumpah seneng banget!
Lebay banget thor. Biarin! Karena gue seneng banget! Wkwk... terus selain itu, author lagi ada project yang hampir mendekati deadline nya.. jadi author kudu selesaiin. Mumpung lagi istirahat bentar nih, author mau update deh. Tapi maaf cuma satu chapter doangan untuk malam ini. Author usahakan update banyak di lain waktu.
Sooooo... seperti biasa, jangan lupa kasih feedback (ayo! Komen yg sering ya.. author tungguin kok!), follow author, dan vote AU ini, ya!
Terima kasih untuk 10K-nya!!
Wuv you so much!!💙🤟

KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfic[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...