Mew POV
Hari ini aku datang sedikit terlambat dari biasanya. Semalam aku meminta bantuan Tay dan Mek untuk mencari informasi tentang stalker yang menguntit Gulf beberapa hari ini. Dua sahabatku itu sangat ahli dalam mencari informasi dan hal-hal serupa. Terutama Mek. Ia punya koneksi luar biasa di luar sana. I mean, di dunia illegal.
Mek dahulu pernah bekerja serabutan dengan organisasi-organisasi gelap. Track record hidupnya termasuk yang paling gelap dari kami bertiga. Lalu setelah menghabiskan tiga tahun agar bisa lepas dari dunia seperti itu, akhirnya ia bisa menjalankan bisnis yang ia inginkan. Namun tetap saja, Mek masih menjalin koneksi dengan beberapa pihak yang sudah punya ikatan seperti saudara.
Tay dan Mek berhasil mendapatkan sedikit informasi mengenakan stalker itu. Jadi mereka ingin segera bertemu denganku. Setelah Gulf berangkat kerja, aku meminta Tay dan Mek datang ke rumahku. Ini kali pertamanya mereka datang ke rumahku. Aku memang bersahabat lama dengan mereka, apalagi Tay. Akan tetapi, aku tetap tidak pernah mengatakan aku sudah punya rumah sendiri setelah kejadian enam tahun lalu.
"Wow! Nice house... kalau nggak ada peristiwa stalker, lo nggak akan ngajak kita ke sini, kan?" ujar Tay terdengar begitu sinis.
Aku paham betul pasti Tay kesal mengingat aku berteman dengannya paling lama di sini. Namun Gulf menjadi orang pertama yang tahu.
"Calm down, Tae. Gue yakin Mew punya alasan sendiri kenapa nggak kasih tau kita dari dulu," ucap Mek menenangkan Tay yang masih kesal denganku. Tay melengos pergi lalu menjatuhkan diri di atas sofa.
"Mew, gue menemukan beberapa informasi. Gue nggak tau ini termasuk penting atau nggak..." ujar Mek membuka percakapan.
"I'm all ears..."
"Menurut informasi dari kenalan gue, ada orang yang dikenal dengan sebutan One Eye di circle black market. One Eye ini menaungi beberapa orang terlatih yang dijadikan stalker bayaran bahkan assassin. Apapun pekerjaannya, One Eye akan melakukannya as long as orang itu memberikan bayaran yang tinggi per kepalanya," papar Mek kepadaku.
"Jadi One Eye ini basically mafia? Yaudah kita bayar dia lebih tinggi lagi buat tau siapa client-nya yang nguntit Gulf," sahut Tay.
"Not really. Karena One Eye keep the client identity with their life. Bisa dibilang, semua yang jadi client mereka, identitas dijamin nggak akan terbongkar apapun yang terjadi. Mereka akan menjaga walaupun taruhannya nyawa. Dan orang-orang One Eye, mereka sangat bengis dan terlatih," jelas Mek lagi.
"Jadi seberapa banyak uang yang kita berikan, mereka tetap nggak akan mau berbagi informasi?" tanyaku mengonfirmasi paparan Mek tadi.
"Correct!"
"Wow! Mereka kayak yakuza gitu ya..." sahut Tay lagi.
"Lo punya better idea nggak, Mew? Kita nggak mungkin minta One Eye buat bongkar identitas client. Mereka nggak akan mau," tanya Mek.
Aku memutar otakku. Mencoba untuk mencari cara mendapatkan informasi mengenai siapa orang dibalik kejadian ini.
"Money and rules speaks louder, right? Then let's do with their own rules..." ucapku.
...
Aku sampai di kantor tepat pukul 11.00. Aku tahu Gulf mencariku sejak tadi, hingga ia memenuhi notifikasi di handphone-ku. Sesampainya di lantai 13, Melani resepsionis di sana menghampiriku.
"Pagi, pak. Maaf, tapi Gulf Kanawut menungu di ruangan Anda. Ia menitip pesan agar bapak langsung ke sana," ujarnya.
Aku hanya menganggukkan kepala dengan senyuman, "thank you, Melisa..."

KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...