053

3.6K 360 22
                                        

Gulf POV

Max keluar dari ruangan lalu tidak lama kemudian seorang wanita masuk ke dalam. Sosok wanita  yang membuat Gulf terkejut. "Kamu!?"

"Hai, Gulf." Wanita itu berjalan menghampiri Gulf yang duduk di atas ranjang.

"Grace?" lanjut Gulf masih tidak percaya.

"Wah, kamu masih ingat saya?"

"Jadi kamu yang menculik saya?"

"Not exactly. Kayaknya kamu benar-benar tidak tau siapa aku..."
Gulf terdiam menunggu apa yang akan Grace ucapkan selanjutnya.

"Saya akan memperkenalkan diri lagi...

Perkenalkan saya Grace, kakak dari Mew. Bukan, lebih tepatnya kakak tiri Mew, dan kakak kandung Type. Kamu pasti kenal Type, kan?"

Mata Gulf membelalak. Ia terkejut mendengar itu. Kakak tiri Mew? Kakak kandung Type? Jadi ia saudara Mew dan Type? Gumam Gulf di dalam hati.

"Kamu terkejut berarti Mew tidak pernah membahasku. Hah... luar biasa. Mew Suppasit benar-benar mencoba menghilangkan keluargaku dari ingatannya. Tidak bisa kupercaya..."

"Well, Gulf. Saya ke mari bukan ingin membantumu pergi dari sini. Justru sebaliknya..."

"Maksudmu? Apa maumu sebenarnya?"

"Yang seperti saya katakan. Saya ke mari bukan ingin membantumu pergi dari sini karena saya yang membawa kamu ke Lucas. Jadi yang saya inginkan Mew datang ke sini menjemputmu..."

"Apa yang kalian rencanakan?"

"Menurutmu apa? Personally saya ingin melihat Mew berlutut memohon agar saya membebaskanmu. Melihatnya menderita karena orang yang sangat berharga baginya diculik."

"Mengapa kamu melakukan ini semua kepada Mew?"

"Oh, dear. Gulf, kamu benar-benar tidak tau apapun tentang Mew. Singkatnya Mew bertanggung jawab atas kematian Type..."

"Lucas yang menyebabkan Type meninggal..."

"Kamu pikir begitu??" Grace duduk di sofa kecil di seberang ranjang Gulf. Ia menatap tajam ke arah Gulf yang terlihat ketakutan.

"Coba jelaskan mengapa Mew tidak pernah memberitahumu tentang Type? Karena ia tahu, siapa penyebab kematian Type. Kalau Mew tidak pergi ke Amerika waktu itu meninggalkannya. Semua akan baik-baik aja... karena keegoisannya, Type meninggal."

Mendengar itu semua membuat pikiran Gulf kacau. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia menyadari satu hal. Bahwa ia benar-benar tidak mengenal siapa Mew Suppasit. Siapa sosok sebenarnya pria yang ia cintai itu. Apa benar kematian Type dan kejadian ini penyebabnya adalah Mew? Apakah ia akan berakhir seperti Type yang dilupakan dan ditinggalkan oleh Mew? Seberapa kuat Gulf mencoba menangkal pemikiran itu, tetapi saat ini ia tidak bisa melakukannya.

"Calm down, Gulf. Saya nggak akan membunuhmu. Kamu pikir siapa yang membawamu ke sini? Menyelamatkanmu? Tentu saja saya... karena Lucas terlalu bodoh dengan membuat umpan kami sekarat."

"Apa yang kamu inginkan dariku?"

"Tell Mew to come."

"Apa yang akan kamu lakukan dengannya?"

"Apa yang akan saya lakukan? Itu bukan urusanmu..."

"Kalau begitu aku tidak akan meminta Mew untuk datang menolongku."

"Saya akan memastikan kamu akan meminta Mew untuk datang menolongmu. Kamu tau kan soal penyakit mental Mew dan bagaimana ia mengonsumsi obat-obatan secara sembunyi? Kamu pasti tau! Karena kamu sering menginap di rumahnya..."

"Kamu adalah orang dibalik stalker yang mengikuti selama ini?"

"Bagaimana menurutmu?" Gulf mengatupkan rahangnya kuat. Ia mencoba menahan emosi setelah mengetahui orang dibalik stalker itu.

"Bagaimana jika publik tau tentang penyakit dan obat-obatan yang Mew konsumsi?? Apakah hidup Mew akan setenang seperti saat ini? Tentu saja tidak. MS Corp akan mempertimbangkan menurunkan Mew dari jabatannya sekarang. Tidak akan ada tawaran job di dunia entertaiment. Mew akan tenggelam begitu dalam. Hingga semua orang melupakannya, membencinya, bahkan ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke permukaan. Bagaimana menurutmu, Gulf? Kedengarannya sangat seru, bukan?"

"Brengsek..." gumam Gulf kesal namun tentu terdengar jelas oleh Grace membuat wanita itu tersenyum.

"Kamu punya waktu yang lama untuk memutuskan, Gulf. Namun semakin lama kamu di sini, semakin kecil peluang Mew akan datang. Dan semakin besar peluang hidupnya Mew akan hancur."

"Pikirkan baik-baik..." Grace berdiri lalu menghampiri pintu keluar.

"Aku tidak akan termakan ancamanmu!" seru Gulf.

"We'll see..." Grace keluar dari ruangan menghilang meninggalkan Gulf yang masih syok dengan pertemuan dan percakapan tadi. Gulf semakin resah. Pikirannya dipenuhi pemikiran jauh yang terus berkaitan dengan Type. Semakin memudarkan harapannya Mew akan menolongnya.

...

Sejak pagi bertemu dengan Grace itu, membuat Gulf tidak bisa tidur sama sekali. Padahal ia masih dibawah pengaruh IV. Ia menatap langit yang mulai terlihat jingga dan menggelap. Gulf tengah digandrungi pemikiran tentang banyak hal. Ia harus memikirkan cara agar bisa membantu Mew menemukannya tanpa mereka ketahui. Ia juga harus segera memutuskan apa langkah selanjutnya agar mencegah Grace menjatuhkan nama Mew. Itu semua membuat Gulf terjaga namun menguatkannya untuk pulang ke rumah.

Pintu terbuka. Seseorang mengejutkan Gulf. Ternyata Max. Ia datang membawa senampan makanan. Gulf belum makan malam. Ia harus mengembalikan energinya agar bisa pulang.

"I thought you were sleeping..."

"I can't..." jawab Gulf lalu mengganti posisi dari berbaring menjadi duduk bersandar.

"So, you work under Grace?" tanya Gulf.

Max menaruh senampan makanan itu di atas meja makan kecil di samping tempat tidur Gulf. Ia menganggukan kepala.

"Both. I work for Lucas too."

"Why you answering my question? You know, I'm their hostage."

Max terbahak mendengar pertanyaan Gulf. "At first I thought you're a crybaby cause I heard you cried once. However you dared to ask me questions. Nobody ever dare to do it. You even stand up for your boyfriend. Like Lucas said you're a tough kid. I'm impressed."

"Well, thanks. You're a good person too..."

"Is that a compliment or sarcasm?" ujar Max dengan nada suara yang lebih lembut.

"It's compliment. You're a good person. Really..."

Max menyunggingkan senyuman di sana lalu berjalan mendekati Gulf. "Listen, kid. I hope you able to choose the right choice. Live in lies would be hurt, but at least it will be less hurt for the both of you..."

"I can't hurt him, Max. He's a good person. He never hurt me."

Max terdiam. Suasana mendadak hening. Tangan Max menyetuh pundak Gulf lalu menepuknya dengan makna menenangkan juga menghiburnya.

"You can through this. Eat it, take a rest, and gain more energy. Grace wants you alive..." ujarnya lalu melenggang pergi ingin keluar dari ruangan.

"Max!" Pria itu menoleh ke arah Gulf.

"Thank you..."

Max hanya tersenyum kecil lalu keluar dari ruangan.
...

Sawadeeeee!!!!

Udah pada nungguin chapter ini belum? Hehe...

Siapa yang tebakannya benar? Salah juga gapapa kok😬

Anyway, jangan lupa kasih feedback buat chapter ini juga ya😊

Hari ini akan update dua chapters. Jadi tungguin ya... jangan lupa follow author dan vote, ya!💙🤟

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang