Gulf POV
Aku akhirnya malah melipir di sebuah bar entah di mana setelah berjalan cukup jauh dari tempatku menghentikan mobil dan meninggalkan Mew tadi. Aahh... aku tahu aku berulah seperti anak kecil. Tapi saat ini perasaanku sangat kacau. Aku tidak berani memesan minuman beralkohol. Mengingat daya ketahananku sangat lemah, aku tidak ingin melakukan kesalahan. Apalagi aku berdalih ingin memberikan kita ruang dan waktu masing-masing agar lebih tenang. Aku menghela napas panjang.
"Hi!" Sapa seorang perempuan di sampingku.
Terlihat ada dua perempuan cantik. Perempuan di sebelah kanan punya perawakan British asli dengan rambut blonde potongan pendek setengkuk. Mengenakan dress violet sepaha dibalut leather jacket hitam. Sedangkan perempuan di sebelah kiri terlihat memiliki perawakan South American. Seperti sedikit Italian juga, but I'm not sure. Rambutnya panjang sebahu berwarna brunette. Ia mengenakan crop tee dengan tight leather jeans berbalut denim jacket. Mereka memandangiku sambil tersenyum lebar. Namun mata mereka tersirat ingin flirting denganku. Aku mengeratkan pegangan tanganku di gelas Italian soda milikku.
"Hi!" balasku mencoba seramah mungkin, tapi tidak memberikan tanda bahwa aku tertarik dengan mereka.
"Are you alone? Can we join?" tanya perempuan berambut blonde.
"We don't mean to scare you. We just thought you might be lonely..." sambar perempuan brunette di sana.
Aku terdiam sejenak. Aku bukan tipikal social butterfly. Lagipula mereka orang asing. Aku bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berteman dengan Joss atau mengenal Mew. Selain itu, mereka perempuan. Aku belum pernah berbicara intense. Mengingat aku lebih tertarik dengan laki-laki.
Belum sempat menjawab, seorang perempuan berperwakan Asia menghampiri kami. Ia terlihat begitu kasual dengan kemeja kotak-kotak biru dan tight blue jeans.
"He's with me..." ujarnya membuat dua perempuan itu pergi meninggalkan mejaku.
Aku melihat ke arah perempuan itu lalu dengan kasual ia duduk di sampingku.
"Grace," ujarnya dengan aksen Thailand. Aku terkejut dan langsung menatapnya.
"Dari Thailand?" tanyaku penasaran. Perempuan bernama Grace itu menganggukan kepala.
"Gulf..." jawabku membalas perkenalan namanya tadi.
"Thanks udah bantuin saya," ucapku memecahkan suasana kaku di antara kami.
"No problem. Orang-orang western notaben suka approach dan flirting duluan. Gak kenal gender. And I think you need my help karena kamu bukan orang sini," jelasnya yang hanya diikuti anggukan kepalaku.
"So, kamu tinggal di London?"
"Yep. Tinggal di London sekitar lima tahun... sebenarnya bolak-balik Thailand juga. Tapi stay di sini," paparnya.
"Ini..." Ia menyodorkan kartu namanya padaku.
Grace T.
Fashion Stylish Manager and Brand Community Developer in New Look
+020xxxxxx"Wow! Cool..." sahutku setelah melihat kartu namanya.
"Saya nggak punya kartu nama yang bisa saya kasih karena saya masih Intern," ujarku.
"Well, you look prominent as an Intern. I mean look at you. I thought you're a business man," sahutnya membuatku tersenyum lebar.
"No... it's just my boyfriend," jawabku seadanya. Toh, memang benar pakaian yang membuatku terlihat fancy dan high end seperti ini karena Mew. Aku hanya berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...