Mew POV
Alexa? Apa Gulf marah karena aku menghabiskan waktu dengan Alexa? Gumamku dalam hati.
"Gulf, apa ini semua karena kedekatan saya dengan Alexa?" tanyaku yang membuat Gulf langsung menoleh ke arahku. Namun sesuai dugaanku, anak itu tidak menjawab.
"Gulf, apa kamu cemburu melihat saya bersama Alexa?"
"Cemburu?"
Tidak tahu. Gulf benar-benar terlihat bingung. Ia seperti tidak tahu apa yang ia rasakan. Apakah benar ia cemburu melihat kedekatanku bersama Alexa? Lalu apa yang membuatnya cemburu? Mew terus bertanya-tanya di dalam kepalanya.
"Gulf, apakah kamu jatuh cinta dengan saya?"
"Jatuh..cinta??" ucap Gulf ragu-ragu dan bingung.
Apa benar Gulf jatuh cinta denganku?
Entah mengapa dadaku berdebar sangat keras. Hingga rasanya Gulf mampu mendengarnya dengan jelas.
"Saya... tidak tahu. Hanya saja saya tidak menyukai itu semua," ujar Gulf yang membuatku mengembangkan senyuman.
Aku tahu betul Gulf bukan anak yang selalu berfokus pada kesukaannya. Ia hanya selalu melihat hal dalam sisi mengapa ia tidak menyukainya. Terlihat jelas jika Gulf merasa bingung saat ini. Tetapi aku pun bisa melihat seberapa besar ia tidak menyukai hubunganku bersama Alexa. Jelas sudah, Gulf.
Aku tanpa sadar menarik Gulf dalam pelukan. Aku pun belum bisa memastikan apakah aku benar-benar menyukainya seperti yang Alexa katakan. Namun satu hal yang pasti, aku ingin terus memeluknya erat dan bersamanya selalu.
"Pak..." ucap Gulf terkejut di dalam pelukanku. Aku bisa rasakan tubuhnya yang menegang saat kupeluk.
Beberapa lama kemudian aku melepaskan pelukanku, lalu menatap ke arahnya. Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang gugup. Aku bisa tahu ia sedang mencari jawaban atas pertanyaannya yang tersirat. Atau ia mencoba meyakinkan diri bahwa ia telah melihatku secara berbeda.
"Gulf, apa saya boleh menciummu?" ujarku terucap begitu saja tanpa kusadari. Gulf terlihat bergeming mendengar itu. Ia mungkin sangat terkejut melihat semua perilakuku saat ini. Namun, kali ini aku ingin memastikan bahwa aku tidak memanfaatkannya saat mabuk waktu itu. Aku pun ingin memastikan bagaimana perasaannya padaku.
Gulf masih terdiam melihatku. Lalu matanya jatuh dari menatapku merambat memandangi bibirku. Apa maksudnya? Apa ia juga mempertimbangkan untuk menciumku?
"Saya tidak mengerti ini, tapi rasanya sungguh aneh..." ucap Gulf lalu menempatkan telunjuknya di bibirku.
"Saya selalu memikirkan ini sejak malam itu..." ucapnya lagi yang membuatku terkejut. Saat ini kami sedang di kondisi lebih dari tingkat sadar. Tidak ada pengaruh apapun. Apakah ini jawaban darinya?
Atmosfer di ruangan ini mendadak memanas. Apa anak ini sedang menggodaku? Entahlah yang pasti setelah ia mengatakan itu, aku merampas telunjuknya yang menempel di bibirku, lalu menjilatnya. Ia agak tersentak melihatnya.
"Kamu ingin merasakannya lagi?" tanyaku dengan nada menggoda. Ia membeku di sana. Hanya menatapku. Dengan tatapan berbeda dari sebelumnya. Aku melihat ada hasrat menggebu di sana. Tetapi ia menahannya.
Aku mencondongkan tubuhku ke arahnya lalu mendekatkan ke telinganya, "come and get it..." bisikku membuatnya bergidik.
Matanya perlahan melihat ke arahku. Saat itu waktu terasa melambat tiba-tiba. Aku bisa merasakan napasnya memburu. Aliran darah berjalan begitu cepat ketika aku menggenggam pergelangan tangannya. Kedua manik indah itu menyisir tiap pemikirannya tentangku. Terlihat jelas ia menginginkanku lebih dari yang kukira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...