Author POV
Gulf tidak sabar membereskan pakaiannya. Hari ini ia akan keluar dari rumah sakit lalu terbang kembali ke Thailand. Meskipun Mew dan dirinya akan pulang ke rumah secara terpisah karena di sana skandal mereka masih tengah menjadi perbincangan hangat. Mew akan kembali bersama Podd lewat gate seperti biasa dimana fans dan media menunggunya. Ia mungkin akan memberikan pelayanan agar memuaskan hati media yang penasaran dengan kebenaran skandal itu. Sementara Gulf akan keluar dari gate yang berbeda bersama Tay dan Mek. Semua direncanakan oleh Mew dan Podd. Ini semua karena demi melindungi Gulf.
Mew tahu penculikan itu menyisakan trauma besar di dalam diri Gulf. Itulah mengapa ia tidak ingin membuat kekasihnya merasa tidak nyaman. Ia juga ingin Gulf pergi ke psikiater untuk konsultasi. Mew takut Gulf terkena PTSD. Ia sudah membicarakan semuanya bersama Gulf, dan anak itu setuju. Gulf merasa ia memang membutuhkan waktu dan ruang sendiri. Ia pun membutuhkan bantuan psikiater. Gulf sadar akan hal tersebut. Itulah mengapa Mew merasa sedikit lega.
Mew terus menggenggam tangan Gulf selama di perjalanan menuju bandara Edinburgh. Perjalanan akan lebih lama karena harus transit terlebih dahulu. Selama itu pula Mew terus menggenggam tangan Gulf. Ia tidak pernah melepaskannya. Hingga sesampainya di bandara Suvarnabhumi mereka baru memisahkan diri.
"Sampai ketemu di rumah, babe. Maaf kita harus pulang terpisah. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin, ok?" ujar Mew kepada Gulf sebelum keluar dari pemeriksaan imigrasi. Gulf hanya menganggukan kepala. Mew mengecup kening Gulf lalu keluar dari pemeriksaan imigrasi lebih dahulu bersama Podd. Tiga puluh menit kemudian Gulf, Tay, dan Mek keluar dan mengambil jalan dari gate yang lain.
Benar saja. Gate dimana Mew keluar, dipenuhi oleh media dan para fans di sana. Terlihat ada Arm dan Alice yang menjemput Mew untuk menghadapi media di sana.
Gulf sampai ke rumah lebih awal. Padahal Mew pergi lebih dahulu di bandara tadi. Tay dan Mek pamit pulang karena masing-masing harus menyelesaikan urusan. Gulf mengucapkan terima kasih kepada dua sahabat Mew itu. Tanpa mereka, mungkin Gulf belum kembali sampai sekarang.
Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Lalu menghela napas panjang. "Home... finally..."
Namun entah mengapa Gulf jadi merasa asing. Ia berharap kejadian selama seminggu belakangan itu hanyalah mimpi. Sayangnya, itu semuanya nyata. Ia menghela napas lagi lalu meringsut berbaring di atas sofa. Ia memejamkan mata.
"Sepuluh menit. Aku akan tidur sepuluh menit..." gumamnya lalu tertidur di sana.
Hari sudah gelap. Gulf mengerjapkan matanya. Ia terbangun. Ia menyadari bahwa ia sekarang berada di atas ranjang Mew. Matanya menyusuri kamar itu. Mencari sosok pria yang selalu menjadi pusat pikirannya.
"Mew?" panggil Gulf. Tidak ada jawaban kemudian ia keluar dari kamar sambil mengusap matanya karena efek kantuk di sana. Ia berjalan menuju ruang kerja Mew, tapi tidak ada.
Gulf pergi ke ruang theater. Terdengar suara keras dari dalam sana. Gulf mendapatkan pintu ruangan tersebut tidak tertutup rapat. Ia membuka pintunya lalu masuk ke dalam. Terlihat Mew tertidur di sofa sementara film di layar masih terputar. Gulf menghampiri Mew lalu duduk di sampingnya. Ia memandangi sosok pria di sampingnya itu lekat-lekat. Lalu berganti melihat ke arah film di layar. Film James Bond. Gulf ingat Mew pernah mengatakan bahwa ia membenci film-film aksi, seperti James Bond. Namun mengapa sekarang ia menontonnya?
Gulf melihat kotak DVD di samping Mew. Di sana ada tulisan besar "koleksi Type & Mew". Hati Gulf mencelos melihat kotak itu. Dadanya sesak. Entah mengapa ia merasakan urgensi untuk menangis. Namun ia telan kuat-kuat agar tidak keluar. Kemudian Gulf beringsut ke dalam pelukan Mew yang tertidur. Ia menatap layar, tapi pikirannya berlabuh ke tempat lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...