Keesokan paginya.
Gulf akhirnya bisa memejamkan mata meski hanya dua jam saja setelah matahari terbit. Max datang tepat pukul delapan pagi mengantar makanan bersama dr. Klaus.
"Good morning, boy. You look better than yesterday, but what's with the dark circle under your eyes? Have you sleep enough? I thought I ask you to rest more..." ucap dr. Klaus sambil memeriksa Gulf seluruhnya.
"I'm sorry..." balas Gulf dengan suara kecil. Max memerhatikan Gulf.
"Your blood pressure is pretty low. You need to be here one more night. If you want to go, take some of rest." dr. Klaus mencatat hasil pemeriksaan lalu pergi meninggalkan ruangan.
"Don't be pressure, kid. I need you to stay alive. That's my order..." ujar Max namun Gulf tidak menjawab. Ia hanya memundukkan kepala.
"Lucas is coming this afternoon. Don't make any fuss." Max berjalan keluar dari ruangan.
Gulf menghela napas panjang lalu menarik meja makan kecil di sampingnya. Mulai memakan makanan yang masih mengepulkan asap di sana. Namun entah bagaimana, air matanya jatuh. Makanan yang masuk ke dalam mulutnya tidak mampu tertelan. Tenggorokannya begitu sakit.
Ia mencoba menghapus air mata dan membenamkan suara tangisnya. Semalaman Gulf memikirkan berbagai hal. Namun ia hanya mendapatkan satu cara. Satu-satunya keputusan yang terbaik untuknya dan juga Mew.
Setelah makan, Gulf pergi mandi lalu duduk memandangi ke luar jendela. Dr. Klaus sudah melepas IV-nya. Ia jadi lebih leluasa bergerak. Sayangnya, mereka tetap menyekap Gulf di ruangan saja. Ada banyak bodyguards berjaga di pintu ruangan ini. Para bodyguards itu sangat menakutkan meskipun Gulf tidak takut pada Max karena ia tahu pria itu orang baik. Ia menghela napas panjang. Ia sudah memutuskan. Apapun yang terjadi, Gulf tidak akan menyakiti Mew.
Terdengar orang berbincang di luar sana. Gulf yakin itu suara Lucas. Apa yang akan Lucas lakukan padanya? Gulf hanya berharap, ini semua cepat berakhir.Gulf mendengar suara pintu terbuka. Ia menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Lucas, Grace, dan beberapa bodyguards termasuk Max masuk ke dalam ruangan. Gulf turun dari tempat tidur lalu berdiri menanti Lucas berbicara. Pria itu duduk di sofa, begitupun Grace. Sedangkan Max berdiri di samping Gulf dan dua bodyguards lainnya berdiri dekat pintu masuk.
Gulf mencoba menelan ludahnya. Mencoba tidak memikirkan banyak hal yang membuatnya resah dan takut.
"I'm gonna straight to the point. Gulf, let's end it now." Gulf masih terdiam mencoba memproses ucapan Lucas.
"Are you gonna kill me?" tanya Gulf dengan nada suara solid yang membuat Max dan Grace terkejut.
"What!?? No! Haha..." sahut Lucas.
"I don't wanna kill you now..." lanjut pria yang kalau diperhatikan lebih lama ia memiliki wajah yang tampan, persis imej seorang pebisnis kaya raya. Sayangnya, ia hanya seorang psikopat berkedok boss.
"No one get killed here. That's what you promised," sambar Grace terdengar sedikit panik. Gulf juga menyadari ekspresi Max mengeras dan terlihat menahan sesuatu saat Lucas mengatakan itu.
"Easy, Grace. I'm just fooling around. Don't take it seriously, guys. Relax..."
Gulf masih terdiam dan berdiri memperhatikan Lucas juga semua orang di ruangan ini. Ia sudah memantapkan hati jika apapun yang terjadi, ia tidak akan menyakiti Mew."Give him the phone," ujar Lucas kepada Max. Kemudian Max menyodorkan sebuah handphone sekali pakai kepada Gulf. Entah mengapa Max menghindari kontak mata dengan Gulf.
"Call him. Then tell him to break the contract with China client and come to the hotel to pick you up alone..." jelas Lucas memerintah Gulf.
Namun Gulf hanya menatapnya tajam sambil menggenggam erat handphone tersebut. Semua mata memandangnya. Menantikan apa yang akan dilakukan oleh anak itu selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
أدب الهواة[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...