014

6.4K 672 7
                                    

Mew POV

Sejak sesi mengobrol bersama Gulf kemarin sore, membuatku semakin penasaran dengan kehidupannya. Apa yang membuatnya begitu bekerja keras? Dan siapa saja orang-orang didekatnya. Entah mengapa aku merasa iri dengan orang-orang yang sangat mengenalnya sejak dahulu.

Seperti biasa hari ini jadwalku padat sekali. Bahkan hari ini aku ada script reading web series terbaruku. Pekerjaan di kantor kupangkas habis-habisan demi datang ke script reading. Karena pekerjaanku di dunia entertainment sama pentingnya dengan pekerjaanku di kantor.

Aku meminta Gulf membawa pakaian ganti yang nyaman untuk ia kenakan saat script reading nanti. Biasanya proses script reading agak membutuhkan waktu yang lama. Jadi aku ingin ia merasa lebih nyaman dengan pakaiannya. Bukan mengenakan kemeja magangnya.

Aku memandangi jalanan kota yang sudah mulai macet ini. Pagi ini aku tidak meminta Podd menjemputku karna kutahu ia terlanjur excited menanti cutinya yang lama itu.

Hari ini keperluan pekerjaanku di kantor dibantu oleh Gulf. Podd benar-benar terlalu excited jadi aku memintanya mengurus rapat-rapat kecil di kantor. Karena pukul 11 nanti aku sudah harus berangkat menuju lokasi script reading.

Perhatianku terus teralihkan dengan keberadaan Gulf yang membantuku merapikan files dan dokumen yang perlu kutandatangani. Ia terlihat lebih baik dari beberapa hari yang lalu. Itu membuatku semakin ingin merawatnya. Entah mengapa tapi semakin lama, aku ingin melihat Gulf bekerja dengan lebih ringan dan bahagia.

"Gulf..." seruku yang membuat dua maniknya yang indah itu langsung menatapku. Ia menungguku melanjutkan perkataanku lagi.

"Apa Podd sudah memberitahumu soal perjalanan bisnis ke London bersama saya?" tanyaku lagi. Terlihat wajah Gulf berubah sedikit gugup.

"Sudah, pak. Tapi saya tidak yakin, akan banyak membantu Anda di sana. Dilihat saya hanya seorang intern," jawabnya dengan nada penuh ketidakpercayaan diri.

Aku menatapnya tajam hingga Gulf mulai salah tingkah. Anak itu memang tidak bisa menatap mataku lebih dari semenit. Ia merasa terintimidasi olehku. Which is good. Tapi aku tidak menyukai bagian insecurity dia tentang kapabilitas kinerja kerjanya. Bagiku ia cukup berbakat bekerja bersamaku. Sebagai seorang intern bukan menjadi sebuah alasannya.

"Ini perintah. Saya ingin kamu ikut pergi ke London menemani saya. Mengerti?" ujarku yang membuatnya tidak lagi mendebat. Ia hanya menganggukan kepala.

Waktu menunjukkan pukul 11. Waktunya berangkat ke script reading. Aku meminta Gulf mengganti pakaiannya menjadi lebih nyaman tetapi tetap terlihat formal. Begitupun denganku.

Gulf terlihat lebih relaks menghadapiku. Mungkin karena kita sudah banyak mengobrol kemarin sore. It was such as a good time. Aku tidak pernah menyangka mengenal Gulf begitu mengesankan.

Apa yang sebenarnya aku rasakan padanya? Entahlah...

Seperti biasa, Gulf duduk di samping di kursi belakang bersamaku. Matanya masih menatap layar iPad-nya lalu menjelaskan rangkaian jadwalku besok dan lusa. Aku hanya terus memandanginya.

Gulf punya wajah yang sangat indah. Terutama dua manik dan bentuk mulutnya. Bibirnya yang indah... aku penasaran bagaimana rasanya bibir indah itu. Eh?? Apa yang kupikirkan?? Aku mencoba menghilangkan pemikiran itu jauh-jauh. Aku harus ingat, Gulf hanya seorang bocah kurang ajar yang menjadi intern-nya. Itu saja.

...

Gulf POV

Hari ini aku harus menemani Mew ke script reading webseries terbarunya. Seperti biasa Mew terlihat tampan. Tapi, sejak kejadian kemarin, entah mengapa pandanganku jadi semakin berbeda.

Ia jauh lebih tampan dari sebelumnya. Dan... entah apa yang kupikirkan tapi jantungku terus berdegup lebih kencang ketika ia menatapku. Hingga membuatku salah tingkah. Apalagi mengingat tatapan hangat dan sentuhan lembutnya saat makan bersama sore kemarin.

"Saya iri mendengar ada begitu banyak orang yang dekat denganmu dan mengetahui masa lalumu..."

Ucapan Mew kala sore itu tidak bisa kulupakan. Berapa kalipun aku mencoba, tetap saja itu membuatku merasa sedikit senang.

Lalu ketika ia menatapku hangat, ada getaran yang tidak bisa kudeskripsikan. Rasanya aneh...

Seperti saat ini ketika aku menyadari Mew sedang menatapku sedari tadi selama perjalanan menuju pertemuan script reading. Aku menyadari itu. Tapi aku terlalu takut untuk menoleh ke arahnya dan juga jantungku berdegup dengan sangat kencang.

"Gulf..." panggil Mew yang menghentikanku memaparkan jadwalnya.

Kemudian ia mengambil beberapa lembar tisu. Tanpa kusadari tisu itu membersihkan cairan merah yang keluar dari hidungku. Aku masih memandangi wajahnya. Ia terlihat begitu cemas.

"Ohh! Maaf, pak. Saya bersihkan sendiri..." ujarku lalu mengambil tisu itu dan membersihkan noda mimisanku.

Ia masih memandangiku dengan wajah cemasnya.

"Pak, tolong mampir ke mall dulu..." seru Mew ke supir pribadinya lalu tentu cepat dijawab "iya" olehnya.

"Mengapa ke Mall?" tanyaku kebingungan. Padahal saat ini kami sedang mengejar waktu.

Tapi Mew tidak menggubrisku. Ia menatap layar ponselnya lalu menerima telepon yang kurasa dari salah satu crew di tempat pertemuan script reading.

...

Haaiiii~ I'm back!

Ada yang menanti kelanjutan AU ini tidak? Nggak ada?

Yauda gapapa tetap gue update saja ya. Mengingat gue berjanji akan lebih sering update supaya mengejar ketertinggalan di Twitter.

Malam ini akan update sebanyak mungkin. So, stay tuned!

Jangan lupa follow dan vote ya!👄

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang