047

3.9K 385 8
                                    

Gulf POV

Setelah bertemu dengan Lucas, aku kembali ke tempat penyekapan seperti semula. Aku hanya terdiam selama perjalanan pulang ke sana. Kepalaku dipenuhi dengan apa yang harus kulakukan. Aku tidak ingin menyakiti Mew dengan merusak kepercayaannya padaku. Tapi aku pun tidak ingin membiarkannya menderita lebih jauh lagi.

Aku benar-benar bingung. Apa yang harus kulakukan? Mew, apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Aku sangat merindukanmu.

Aku menghela napas panjang. Membuat Max menoleh ke arahku. "I told you don't make any fuss..."

Aku menoleh ke arahnya dengan wajah bingung dan lemas. Aku tidak memiliki energi yang cukup untuk merespon Max. Mereka hanya memberiku makan sekali saja.

"I've known him since ages. He's too ambitious... I suggest you to do what he says and live on with a new life."

Aku menundukkan kepala lalu mencoba untuk berpikir lagi. Tapi aku tetap tidak ingin melakukan keduanya. "He would never satisfied until he get what he want. Just stay alive in lies. It's better than get killed..." lanjut Max lalu membiarkanku termenung lagi.

Ada apa dengan Lucas, Type, dan Mew? Aku penasaran bagaimana semua ini bisa terjadi dan kembali lagi ke Type. Apakah semua orang mengenal Type, tapi tidak denganku?

Hari sudah sangat gelap dan sunyi. Perkiraanku sekarang sudah hampir tengah malam. Aku cukup lama menghabiskan waktu di penthouse Lucas.

Mobil terhenti di depan gedung hotel bertuliskan MAMAMIA. Gedung itu benar-benar sudah tidak beroperasi. Bukan sebuah gedung hotel yang besar, tapi cukup menonjol untuk berada wilayah entah berantah seperti sekarang. Max mendorongku turun dari mobil. Kedua tanganku masih terikat sejak bertemu dengan Lucas. Aku yakin itu akan meninggalkan bekas yang cukup lama.

Sesampainya di dalam kamar yang sama, Max melepas ikatan di tanganku. Kemudian pria lain datang membawa senampan makanan dan minuman.

"My treat..." ujar Max lalu pergi setelah mengunci dan merantai pintu.

Aku hanya membalas dengan senyuman kecil. Aku masih merasa beruntung karena bertemu seseorang yang masih baik seperti Max. Walaupun dia salah satu anggota dari komplotan dan ia memang penjahat, tapi ia masih peduli denganku. Setidaknya memperlakukanku lebih hormat.

Aku duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi pergelangan tanganku yang terlihat ada bekas biru di sana. Angin malam masuk di sela-sela jendela yang sudah tertutup. Aku bisa melihat cahaya bulan masuk ke dalam kamar. Satu-satunya lampu yang menyala hanya lampu kamar mandi. Aku bisa melihat bayanganku sendiri di lantai kamar berkat cahaya bulan.

Mew, aku sangat merindukanmu. Apakah kamu sedang memperjuangkanku? Atau justru sebaliknya seperti kata Lucas?

Tiba-tiba kepalaku sakit dan perutku mual. Aku bergegas berlari ke arah kamar mandi. Lalu memasukan wajahku ke dalam mulut closet. Aku memuntahkan makananku tadi siang dan cairan kuning di sana.

Seberapa banyak mereka membiusku? Gumamku dalam hati sambil menahan perutku yang sakit.

Tidak lama kemudian ada serpihan ingatan yang pulih di memoriku. Aku ingat kapan dan bagaimana mereka menculikku. Benar saja. Setelah aku menghabiskan minumanku, aku langsung tidak sadarkan diri akibat seseorang memasukan obat tidur di sana. Lalu saat menyekapku di mobil, mereka menyuntikan obat bius lagi. Aku ingat bagaimana aku melawan mereka. Beberapa kali mereka memukul bagian perut dan leherku.
Aku juga ingin mencoba lari dari mobil ketika di jalan raya hingga akhirnya sebuah mobil nyaris menabrakku. Untungnya aku menghindar. Namun karena obat yang mereka suntikan, aku tidak stabil hingga terguling dan menubruk sisi jalan. Aku sekarang mengerti bagaimana banyak lebam biru di tubuhku. Tapi setelah itu aku tidak ingat lagi. Satu hal yang pasti, mereka terus membiusku demi menahan perlawanan dariku. Lucas menginginkanku hidup-hidup. Ya, karena aku kunci menghancurkan Mew Suppasit.

Aku duduk di lantai kamar mandi dengan napas terengah-engah. Mataku berair karena menahan sakit. Aku mencoba menghapusnya, tapi tetap saja air mata bergulir membasahi pipiku. Sekarang aku tidak tahu apakah ini air mataku menahan sakit atau kesedihan. Aku benar-benar menyedihkan. Pada akhirnya aku akan selalu sendirian. Cepat atau lambat Mew akan pergi. Akhirnya mereka akan berjalan di jalan yang berbeda.

"Apa yang harus kulakukan, Mew?" isakku di dalam tangisku malam itu.
...

SAWADEEEE~!!!

Apa kabar kalian semua????

I'm back!!

Ada yang menantikan kelanjutan AU ini nggak??

Kalau ada author Cha pengin sungkem sama kalian satu-satu karena udah sangat setia menunggu, hehehe...

Malam ini author akan up dua chapter ya.. semoga kalian menikmatinya. P.s., chapter setelah ini mungkin akan sedikit smut dan rated. Tapi tenang... author akan kasih warning sign kok. Jadi, buat kalian yang underage dimohon agar bijaksana dalam membaca konten di AU ini.

Anyway, doakan author supaya nggak mageran dan nggak kena writer block ya. Soalnya akhir-akhir ini seret inspirasi banget huehehe...

Well, enjoy reading this AU! Jangan lupa untuk kasih feedback dgn komen, follow author, dan ofc vote AU ini, ya!

Wuv you all💙🤟

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang