Author POV
Gulf menghabiskan hari Sabtunya bersama Mew. Basically hanya menonton seharian reality show favoritnya Masterchef satu season. Mew bahkan tidak suka menonton reality show memasak. Tetapi, itu hal yang sangat disukai Gulf ketika libur bekerja. Ia akan menghabiskan waktunya hanya untuk menonton acara memasak.
Keduanya terlihat santai dan menikmati moment bersama. Mew duduk bersandar sambil terus merangkul tubuh Gulf di sofa dan menonton melalui layar teater besar. Mew tidak berniat untuk beranjak dari sana. Gulf pun begitu. Ia sangat menikmati waktu liburnya saat ini. Dengan mengenakan kaus kebesaran dan celana tidur milik Mew, ia bahkan tidak menggerakan tubuhnya sama sekali. Terlalu fokus menonton.
"Gulf, apa kamu tidak lapar? Ini sudah hampir sore. Kita belum makan siang..." ujar Mew sambil memainkan rambut Gulf.
Sementara Gulf masih fokus menonton. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Tidak heran kalau tubuhmu makin kurus. Kamu harus makan yang banyak. Kalau tidak aku---"
"Mew, aku baik-baik saja. Aku terbiasa makan sehari sekali karena pola makanku berbenturan dengan waktu kerjaku..." sambar Gulf memotong ucapan Mew.
"Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja part time? Kamu bisa bekerja full time di kantorku saat lulus. Aku bisa membiayai kuliahmu," ujar Mew meminta Gulf untuk tidak bekerja part-time lagi.
Gulf mengalihkan pandangannya dari layar. Sekarang ia menatap dalam ke arah Mew. "Baru saja kamu menyinggung perasaanku," aku Gulf yang membuat Mew terkejut.
"Aku tidak bermaksud, Gulf..."
"Aku tahu. Tapi, aku ingin kamu tahu, bahwa aku harus tetap bekerja part time karena aku tidak ingin menjadi benalu siapapun. Ini juga demi mengejar impianku. Dan aku tidak ingin memanfaatkan status kita untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman. Apalagi memanfaatkanmu," jelas Gulf yang membuat Mee kehabisan kata-kata.
Demi tuhan, Mew tidak tahu harus membalas apa. Ia merasa sesak saat Gulf berkata seperti itu. Tetapi ia juga merasa bangga memiliki seseorang seperti anak ini di hidupnya. Mew hanya bisa memeluknya erat dan menyebarkan kehangatan.
"Kamu harus ingat, kamu tidak sendirian. Kalau kamu sedang kesulitan, pulanglah ke rumah. Pulanglah padaku, Gulf..." bisik Mew yang membuat hati Gulf menghangat.
"Aku tahu... terima kasih, Mew..."
...
Gulf bersiap-siap untuk pulang ke rumah karena ia harus bekerja esok hari di kafe. Ia sudah terlanjur berjanji akan menggantikan rekannya yang izin tidak masuk. Mew bersikeras akan mengantarnya pulang. Jadi ia membereskan beberapa pekerjaan lebih dahulu setelah mendapatkan telepon dadakan dari Podd persoalan perjalanan bisnis ke London minggu depan. Gulf menunggu Mew di dapur sambil mencuci beberapa perlatan makan yang digunakan mereka tadi pagi.
Tiba-tiba suara seorang wanita terdengar dari pintu masuk. Gulf tersentak kaget ketika melihat sosok wanita paruh baya dengan pakaian mewah menatapnya dan berhenti berbicara kepada wanita lainnya yang terlihat lebih muda darinya.
"Siapa anak laki-laki ini?" tanya wanita itu kepada wanita di sampingnya. Ia terdengar sangat angkuh membuat Gulf agak canggung menanggapinya.
"Saya tidak tahu, Nyonya," jawab wanita yang lebih muda itu.
Wanita paruh baya itu menghampiri Gulf yang berdiri di belakang counter dapur. Ia memandangi Gulf dengan seksama.
"Dia terlihat seperti anak tidak terurus. Baunya pun bau orang miskin. Aku yakin kamu bukan teman Mew..." ujar wanita itu dengan sangat angkuh dan kasar. Gulf hanya terdiam. Ia bingung dan terlalu terkejut mendengar ucapan wanita di hadapannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...