Author POV
Sejak kejadian semalam, Mew dan Gulf terlihat begitu bahagia menuju kantor. Keduanya terlihat berseri-seri entah seperti anak ABG kasmaran. Podd yang datang terlebih dahulu, melihat pemandangan langka tersebut langsung menyerbu meja kerja Gulf.
"Apa bos dapat tawaran besar, Gulf?" tanya Podd dengan nada menginterogasi.
"Tawaran?" tanya Gulf mencoba mengingat apakah Mew mendapatkan tawaran besar atau tidak. Namun tidak ada ingatan itu. Justru ingatan kejadian semalam terus terngiang yang membuatnya tak kuasa menahan senyuman merekah di wajahnya.
"Gulf?"
"Uhm?"
"Jadi???"
"Saya nggak tahu, Phi..."
"Uhm... mungkin mood-nya sedang bagus aja kali ya?"
Drrtt...drrtt...
Handphone Gulf bergetar beberapa kali. Nama Mew tertera di layar handphone-nya membuat Podd mengerutkan keningnya. Sejak kapan Mew aktif menelepon Gulf via handphone saat di kantor? Biasanya ia akan menggunakan intercom atau telepon dari ruangannya.
"Pagi, pak. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Gulf tidak menunjukkan gelagat mencurigakan.
"Baik, pak..."
Dengan terburu-buru, Gulf mengambil beberapa berkas, iPad, handphone, dan notebook-nya.
"Ada meeting, Gulf?"
"Iya, Phi. Tadi pak Mew bilang akan ada meeting mengenai review beberapa dokumen sebelum rapat direksi lusa ini. Saya ke ruangan pak Mew dulu ya, Phi..." ujar Gulf lalu pergi begitu saja menuju ruangan Mew.
Podd baru sadar bahwa akan ada rapat direksi lusa nanti. Ia bahkan sudah jarang berkontak langsung dengan Mew sejak Gulf menggantikannya. Apakah Gulf benar-benar akan menggantikannya? Lalu bagaimana dengan nasibnya? Entahlah. Untuk saat ini ia tidak sabar menantikan hari di mana ia akan liburan panjang.
Gulf mengetuk pintu ruangan Mew yang disahut dengan cepat oleh pemiliknya. Anak itu masuk ke dalam dengan sikap seperti biasa. Namun Gulf bisa merasakan tatapan Mew yang mengikutinya sejak anak itu masuk ke dalam ruangan sampai ia berdiri di depan mejanya.
Suasana mendadak hening ketika keduanya saling bertukar pandangan. Jantung Gulf berdegup dengan sangat kencang. Entah mengapa ia begitu senang melihat Mew mengingat kejadian semalam.
"Ehem..." Mew mencoba memecahkan keheningan di sana. Entah mengapa senyuman Mew mengembang saat melihat Gulf memutuskan tatapan dengannya.
"Maaf, pak. Ini dokumen yang Anda minta..." ujar Gulf lalu berjalan mendekati Mew sambil menyodorkan beberapa dokumen di atas mejanya.
Mew mencoba fokus untuk memeriksa dokumen-dokumen itu. Namun keberadaan Gulf benar-benar mengecohkan pikirannya. Ia mencoba menahannya, tapi tetap tidak bisa. Bahkan aroma tubuh Gulf begitu menarik baginya.
"Gulf..."
"Iya, pak?" jawab Gulf secepat kilat. Ia sudah terbiasa menjawab Mew apapun itu karena ia tahu Mew tidak suka menunggu.
"Apa kamu mau dinner di rumah saya malam ini?" tanya Mew yang membuat Gulf membeku.
Lalu dengan lembut Mew meraih tangan Gulf dan mengecup bagian telapak tangannya berulang kali. Saat itulah Gulf merasa seolah jantungnya berhenti berdetak.
"Kok kamu diam saja?"
Gulf hanya menganggukan kepalanya karena hanya itu yang mampu ia lakukan saat ini.
"Maaf kalau saya tiba-tiba lancang mengecup telapak tanganmu tanpa bilang kamu dahulu. Ini satu-satunya cara saya menahan diri, Gulf."
Gulf tidak menjawab. Ia hanya terdiam hingga suara ketukan menginterupsi suasana hening nan panas di dalam sana. Kemudian Podd menongolkan kepalanya lalu masuk ke dalam. Berkat Podd, Gulf bisa melarikan diri dari suasana menegangkan tadi. Suasana di mana pertama kalinya Gulf dibuat tidak bisa berkutik sama sekali oleh Mew Suppasit.
...
Suasananya udah beda gaaesss. Maklum ada yang baru ehem jadian ehem hehehe...
Tahan...
Jangan senyum-senyum, ya!😉

KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER 1 (Editing)
Fanfiction[END/ COMPLETE] - Bahasa Indonesia, English Pertemuan singkat antara Mew Suppasit yang dikenal sebagai aktor sekaligus CEO dari perusahaan keluarganya dengan seorang mahasiswa dan part timer di sebuah bar, Gulf Kanawut tidak disangka menjadi turning...