048🔞

6.2K 390 24
                                    

⚠️ WARNING ⚠️⚠️

Ada sign delapan belas coret dan warning. Pertanda chapter ini akan membahas adegan seksual yang lumayan detil sehingga diyakini bermunculan konten dewasa dan explicit language. Jadi, untuk para pembaca yang umurnya belum di atas 18 tahun agar bisa lebih bijak. Boleh diskip karena chapter ini akan full dengan konten enaena saja.

Semoga sebelum baca cerita di bawah ini, udah baca notes dari author ini, ya. So you can be prepared buat memastikan otak kalian siap author bawa seliweran, berimajinasi liar, hehe... ingat! Buat yang underage untuk lebih bijak, ya! Konsekuensi ditanggung individu masing-masing.

Love, author Cha💙

-------------------------------------

Gulf POV

Flashback 🔞

Aku dan Mew akhirnya bisa menyentuh sofa empuk di rumahnya. Lagi-lagi aku harus berakhir menginap di sana. Aku menghela napas panjang membuat Mew menoleh ke arahku. Hari ini sangat melelahkan. Untungnya besok weekend. Jadi setidaknya aku akan lebih banyak waktu beristirahat.

Aku melihat Mew beranjak dari sofa menuju ruang theater. Lalu kembali lagi dengan buket bunga Lilac magenta di sana. Ia menyodorkan buket bunga itu kepadaku sambil tersenyum.

Aku menerima bunga itu dengan tentu saja senyuman terlebar dariku. "Ada event apa dengan memberikan bunga? Hari ini aku nggak ulang tahun..."

Mew duduk bergeser sedikit menempel denganku. Ia merangkul pinggangku lalu mencium sekilas pipiku. "Nggak ada. Aku cuma mau kasih bunga ke kamu..."

Pria yang membuatku senang 24/7 itu mulai menjelajahi leherku dengan bibirnya. Ia mencium garis rahangku hingga perpotongan leherku yang masih tertutup kerah kemeja. Aku masih memandangi bunga Lilac magenta pemberiannya.

"Focus on me, babe..." bisik Mew yang membuatku bergidik.

"Kamu kasih bunga ke aku sebagai permintaan seks, nih?" tanyaku begitu lantang dan polos membuat Mew tertawa.

"Tentu aja nggak. Kamu nggak aku kasih bunga juga masih mau. Walaupun harus aku bujuk dulu," cicit Mew lalu mencium leherku lagi.

Aku mendorong pelan tubuh Mew agar sedikit menjauh. "Mew, aku mau bertanya sesuatu..."

Mew memandangiku menantikan aku melanjutkan perkataanku. "Uhm, kalau suatu saat terjadi sesuatu padaku, apa kamu akan memperjuangkanku?"

"Tentu aja." Aku menundukkan kepala memandangi bunga di tanganku.

"Aku akan memprioritaskan dirimu. Aku akan memperjuangkanmu. Apapun yang terjadi. Aku nggak akan meninggalkanmu sendirian..."

Aku masih terdiam. Aku merasakan tangan Mew mengusap punggungku dengan lembut. "Kalau terjadi sesuatu padamu dan kamu sangat membutuhkanku, sebutkan kejadian aku memberikan bunga ini padamu. Aku akan langsung datang kepadamu."

Aku mendongakan kepala lalu menatap dalam mata Mew. Ia memajukan tubuhnya lalu mengecup bibirku. Membuatku tersenyum.

"Berhenti overthinking dan khawatir berlebihan. Aku nggak akan pernah meninggalkanmu sendirian..." ucap Mew lalu menciumku sangat dalam.
Mew mengambil buket bunga itu lalu menaruhnya di atas meja tanpa melepaskan tautan ciumannya di bibirku.

Mew mendorong tubuhku perlahan hingga punggungku menyentuh empuknya sofa di sana. Aku masih sibuk membalas ciuman Mew yang semakin memanas. Lidahnya mendesak masuk, namun tidak terburu-buru. Begitu smooth hingga rasanya mulutku meleleh. Suara benturan dan lumatan mulai mengisi ruangan itu. Tak lupa suara desahanku yang tidak kalah kerasnya.

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang