062

3.7K 380 18
                                    

Author POV

Sejak peristiwa di London terjadi, Gulf menjadi lebih memikirkan banyak hal. Terutama bagaimana ia memikirkan keberadaan Mew yang signifikan mengubah hidupnya. Dahulu ia terbiasa sendiri. Tidak pernah bergantung pada orang lain. Bahkan meminta bantuan adalah hal sanksi yang jarang dilakukannya. Namun sekarang, ia bahkan sering salah paham dan merasa Mew tidak mencintainya seperti ia mencintai pria itu. Ada banyak hal yang mengacaukan pikirannya. Ia pun tersadar tujuan hidupnya sudah berubah. Padahal ia mati-matian berjuang meraih impiannya, menjadi sukses dengan usaha dan kerja kerasnya.

Gulf menghela napas panjang karena tidak bisa mengikuti sidang yang digelar tiga bulan lagi. Dengan kata lain ia perlu mencari uang lebih banyak agar bisa mengejar ketertinggalan kelas. Gulf tidak ingin menyalahkan situasi yang telah terjadi, tapi andai saja ia tidak bertemu dengan Mew, semua ini tidak akan terjadi. Akan tetapi, semua ini sudah terlanjur. Gulf hanya perlu terus berjalan ke depan. Tidak ada waktu untuk mundur dan menarik semuanya. Gulf harus menyelesaikan kuliahnya lalu mendapatkan pekerjaan yang stabil.

Handphone-nya berdering lagi. Terlihat nama Mew tertera di layar. Gulf tidak menjawab panggilan dari Mew sejak kemarin. Gulf merasa pertemuan dengan Mew seperti cerita Cinderella. Mungkin ia harus bangun dari tidurnya sekarang. Ia harus kembali lagi ke dunia nyata. Setelah masa kerja magangnya selesai, ia harus menyeret kakinya ke berbagai pekerjaan di luar sana. Dan sekarang ia merasa tidak mampu melakukannya. Hanya karena perasaannya yang terikat oleh ekspektasi. Gulf membenci itu.

Gulf memutuskan akan kembali ke kontrakannya setelah mengambil semua barangnya di rumah Mew. Bahkan koper dan pakaian yang kemarin ia bawa ke London masih belum dibereskan di rumah Mew. Ia seolah terlena dengan kenyamanan yang diberikan Mew. Padahal ada dunia nyata yang menyakitkan di luar sana. Dan itu yang akan Gulf temui setelah hubungannya berakhir dengan Mew. Ia harus terbiasa dengan ini, bukan terbiasa hidup bersama pria.

Gulf sampai di depan pintu rumah Mew. Namun ia ragu untuk membukanya. Ia masih belum siap bertemu dengan pria yang sejak kemarin dicueki itu. Gulf belum tahu akan mengatakan apa, tapi ia harus keluar sekarang. Gulf memasukan passcode pintu lalu masuk ke dalam rumah.

Mew tidak terlihat berada di ruang tengah, juga tidak di dapur. Gulf meyakini bahwa pria itu sudah berangkat ke kantor. Dengan cepat ia menaruh ranselnya di sofa lalu berlari ke lantai atas untuk mengambil barang-barangnya di kamar Mew. Sebelum Mew pulang, ia harus secepat mungkin membereskan semuanya.

"Gulf?" Panggil pria yang sangat ia hindari itu. Mew berdiri di belakangnya yang sedang membereskan pakaiannya ke dalam koper.

Gulf belum menjawab. Ia masih membelakangi Mew. "Kamu mau ke mana?"

Gulf lanjut membereskan pakaiannya. Tidak menggubris Mew sama sekali. Membuat pria itu kesal setengah mati. "Gulf, kamu mau ke mana!?" sentak Mew yang membuat Gulf terkejut.

"Aku mau pulang..." jawab Gulf singkat tanpa menatap mata Mew.

"Kenapa kamu menghindar dariku? Gulf, apa karena Zom?" tanya Mew tegas.

Gulf menggelengkan kepalanya. "Tidak ada hubungannya dengan Zom. Masalahnya adalah aku. Aku butuh waktu dan ruang sendiri, Mew."

"Kenapa?" tanya Mew terdengar ragu-ragu.

"Aku...--"

"Apa karena ini?" tanya Mew sambil menunjukkan surat dan dokumen yang dibawa Gulf tadi. Gulf jelas ingat sudah memasukan itu ke dalam ranselnya.

"Kamu mau pergi karena kamu membutuhkan uang buat kuliah kamu?"

Gulf hanya terdiam menatap lurus ke arah mata Mew.

ENCOUNTER 1 (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang